BAB 2 Landasan Teori
2.1. Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2011 : 36), manajemen operasional adalah kumpulan aktivitas yang menhasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di seluruh organisasi. Untuk menghasilkan barang dan jasa, organisasi akan menjalankan 3 fungsi yaitu : 1. Marketing, sebagai pengumpul permintaan. 2. Production/Operation, sebagai pembuat/pengadaan produk. 3. Finance/Accounting, sebagai pelacak seberapa baik organisasi dalam melakukan pembayaran tagihan dan pengumpulan uang. Ada empat alasan mempelajari manajemen operasional, menurut Heizer dan Render (2011 : 38), yaitu: 1. Manajemen operasional adalah salah satu dari tiga fungsi utama menjalankan organisasi dan berhubungan secara utuh dengan semua fungsi bisnis lain. Mengetahui bagaimana aktivitas manajemen operasional berjalan sangat penting, karena seluruh organisasi akan memasarkan
(menjual),
memproduksi
membiayai
(mengoperasikan).
(mencatat
Kita
juga
rugi perlu
laba),
dan
mempelajari
bagaimana orang-orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan yang produktif. 2. Mempelajari
manajemen
operasional
karena
ingin
mengetahui
bagaimana barang dan jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang membuat produk dan jasa yang akan digunakan. 3. Mempelajari manajemen operasional untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasional. Dengan memahami apa yang dilakukan, kita dapat mengkaji lebih dalam mengenai keahlian yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer dalam bidang ini. 4. Mempelajari
manajemen
operasional
karena
di
dalam
sebuah
organisasi, fungsi manajemen operasional yang paling banyak menghabiskan biaya. Tetapi manajemen operasional memberikan
13
14 peluang untuk meningkatkan keuntungan dan pelayanan terhadap masyarakat.
2.2. Peramalan Heizer dan Render (2011 : 136) menyatakan bahwa, seni atau ilmu untuk memperkirakaan kejadian di masa depan disebut dengan peramalan. Hal ini dapat
dilakukan
dengan
melibatkan
pengambilan
data
historis
dan
memproyeksikan ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Perusahaan melakukan perkiraan atau peramalan besarnya permintaaan pelanggan akan produknya dengan tujuan, untuk mengurangi resiko atau ketidakpastian yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Russell dan Taylor (2011 : 497) menyatakan bahwa, banyaknya persediaan yang dibutuhkan, banyaknya produk yang harus dibuat dan banyaknya material yang harus dibeli dari supplier akan ditentukan dengan meramalkan permintaan produk, yang bertujuan untuk mencapai kebutuhan pelanggan yang sudah diramalkan. Oleh karena itu, peramalan untuk permintaan produk adalah dasar keputusan perencanaan yang paling penting dengan tujuan menghindari persediaan dalam jumlah dan biaya yang besar untuk mengatisipasi ketidakpastian permintaan oleh pelanggan. Kegunaan peramalan pada umumnya adalah sebagai alat bantu dalam perencanaan yang efektif dan efesien, menentukan kebutuhan sumber daya di masa mendatang dan juga sebagai bahan pengambilan keputusan yang tepat. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan ditentukan oleh ketetapan ramalan yang dibuat. Tetapi perlu diketahui bahwa ramalan selalu ada unsur kesalahan, sehingga yang perlu diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kesalahan dari ramalan tersebut.
2.2.1. Jenis-jenis Peramalan Berdasarkan Heizer dan Render (2011 : 137), setiap organisasi terdapat tiga tipe peramalan yang utama dalam percencanaan operasional di masa depan yaitu : 1. Peramalan Ekonomi (Economic Forecast)
15 Menjelaskan bahwa siklus bisnis dengan mempredikasi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan Teknologi (Technological Forecast) Memperhatikan bahwa tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 3. Peramalan Permintaan (Demand Forecast) Merupakan proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut peramalan penjualan yang menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia serta mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan. Heizer dan Render (2011 : 136), juga menyatakan bahwa peramalan bisa
diklasifikasi
berdasarkan
horizon
waktu
masa
depan
yang
dilingkupinya. Horizon waktu tersebut terbagi menjadi beberapa kategori yaitu : 1. Peramalan Jangka Pendek (Short-range Forecast) : dimana jangka waktu peramalan ini hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang dari tiga bulan, yang digunakan untuk merencanakan pembelian, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, penjadwalan kerja dan tingkat produksi. 2. Peramalan Jangka Menengah (Medium-range Forecast) : dimana jangka waktu peramalan ini mencakup hitungan bulan hingga tiga tahun, yang digunakan untuk merencanakan penjualan, anggaran kas, perencanaan dan anggaran produksi serta menganalisis bermacam-macam rencana operasional. 3. Peramalan Jangka Panjang (Long-range Forecast) : dimana jangka waktu peramalan ini umumnya untuk perencanaan tiga tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, lokasi atau pengembangan fasilitas, pembelanjaan modal, serta penelitian dan pengembangan.
16 2.2.2. Pendekatan dalam Peramalan Menurut Heizer dan Render (2011 : 141), dalam peramalan terdapat dua pendekatan umum yaitu : 1. Peramalan Kuantitatif (Quantitative Forecast) Untuk meramalkan permintaan dengan menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variable sebab akibat. 2. Peramalan Kualitatif (Qualitative Forecast) Untuk meramalkan permintaan dengan menggabungkan faktor seperti intuisi, pengalaman pribadi, emosi, dan sistem nilai pengambilan keputusan.
2.2.3. Proses Peramalan (Forecasting) Menurut Russel dan Taylor (2011 : 502) peramalan adalah proses yang berkelanjutan yang tidak hanya sekedar mengidentifikasi dan menggunakan metode untuk menghitung perkiraan secara numerik permintaan dimasa yang mendatang, tetapi membutuhkan pemantauan konstan dan penyesuaian yang diilustrasikan oleh langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan peramalan. 2. Menggumpulkan data historis. 3. Menempatkan data dan mengidentifikasi pola. 4. Pilih model prediksi yang sepertinya tepat untuk data. 5. Mengembangkan/menghitung perkiraan untuk periode data historis. 6. Periksa akurasi peramalan dengan satu atau lebih ukuran. 7. Apakah akurasi peramalan dapat diterima? 8. a. Jika Ya, Ramalkan lebih dari horizon perencanaan. b. Jika Tidak, Pilih model perkiraan baru atau sesuaikan dengan parameter model yang sudah ada. 9. Sesuaikan peramalan berdasarkan informasi kualitatif tambahan dan wawasan. 10. Memantau hasil dan mengukur akurasi peramalan.
17 2.2.4. Metode Peramalan Heizer dan Render (2011 : 140-153), menyatakan terdapat metodemetode peramalan kuantitatif, terdiri dari : 1. Pendekatan Naif (Naive Method) Merupakan teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan pada periode terakhir. Metode ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya, untuk beberapa jenis produk. 2. Rata-rata Bergerak (Moving Average) Merupakan teknik peramalan yang menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan periode berikutnya. Metode ini berguna dengan kita mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan perdiksi permintaan periode mendatang) dinyatakan dengan : Rata-rata bergerak =
Permintaan dalam periode n sebelumnya n
Keterangan : n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 3. Rata-rata
Bergerak
dengan
Pembobotan
(Weighted-Moving
Average) Bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nila terkini, pada saat terdapat pola yang terdeteksi yang membuat metode ini lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. Tidak ada rumus untuk menetapkan pemilihan bobot. Pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman Rata-rata bergerak dengan pembobotan dapat digambarkan secara matematis, yaitu: Rata-rata bergerak dengan Pembobotan =
(Bobot periode n ) (Permintaan dalam periode n ) Bobot
Keterangan : n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
18 4. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Merupakan teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan di mana titik-titik data dibobotkan oleh fungsi eksponensial. Metode ini merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan yang menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan dengan : Peramalan
Baru
=
Peramalan
Periode
Terakhir
+
α
(Permintaan sebenarnya Periode Terakhir - Peramalan Periode Terakhir) Dimana α adlah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan diatas juga dapat ditulis sebagai berikut :
Ft
=
Ft-1 + α (At-1 - Ft-1)
Keterangan : Ft
= peramalan baru.
Ft-1 = peramalan sebelumnya. α
= konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≥ 1).
At-1 = permintaan aktuan periode lalu. Prediksi terakhir untuk
permintaan sama dengan prediksi lama,
disesuaikan dengan sebagian diferensiasi permintaan aktual periode lalu dengan prediksi lama. Metode ini mudah digunakan dan telah berhasil diterapkan pada hampir setiap jenis bisnis, tetapi nilai yang tepat untuk kontanta penghalusan, α, dapat membuat diferensiasi antara peramalan yang akurat dan yang tidak akurat. Nilai α yang tinggi dipilih saat rata-rata cenderung berubah dan nilai α yang rendah digunakan saat rata-rata cukup stabil dengan tujuan untuk mendapatkan peramalan yang paling akurat.
19 5. Penghalusan Eksponensial dengan Tren (Exponential Smoothing with Trend) Merupakan penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon pada tren yang ada, dengan menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk keterlambatan (lag) positif atau negatif pada tren, sehingga estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk ratarata dan β untuk tren. Kemudian, menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode.
Ft
=
α (At-1) + (1 - α) (Ft-1 + Tt-1)
Tt = β (Ft + Ft-1) + (1 - β)Tt-1 Keterangan : Ft
= peramalan baru dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t.
Tt
= tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t.
At
= permintaan aktual pada periode t.
α
= konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≥ 1).
β
= konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ β ≥ 1).
Jadi, terdapat tiga langkah menghitung peramalan yang disesuaikan dengan tren, yaitu : 1) Menghitung Ft peramalan eksponensial yang dihaluskan untuk periode t, menggunakan persamaan Ft. 2) Menhitung tren yang dihaluskan, Tt menggunakan persamaan Tt. 3) Menghitung peramalan dengan tren, FIT, dengan rumus :
FITt = Ft + Tt
20 6. Regresi Linear (Linear Regression) Merupakan teknik peramalan yang mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression yaitu :
Dimana : ŷ
= nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi.
a
= persilangan sumbu y.
b
= kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x).
x
= variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).
Penentuan nilai a dan b, akan dijelaskan pada rumus dibawah ini:
Dimana : b
= kemiringan garis regresi. = tanda penjumlahan total.
x
= nilai variable bebas yang diketahui.
y
= nilai variable terkait yang diketahui.
Dimana : = rata-rata nilai x. = rata-rata nilai y.
21 2.2.5. Mengukur Kesalahan Peramalan Heizer dan Render (2011 : 145), menyatakan keakuraratan keseluruhan dari setiap metode peramalan, dapat dijelaskan dengan membandingkan nilai yang diramal dengan nilai aktual atau nilai yang sedang diamati. Jika Ft melambangkan peramalan pada periode t, dan At melambangkan permintaan aktua pada periode t, maka kesalahan peramalannya (deviasi) adalah sebagai berikut :
Kesalahan peramalan
= Permintan Aktual - Nilai Peramalan = At - Ft
Ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Pengukuran kesalahan peramalan adalah diantarnya adalah : 1. Mean Absolute Deviation - MAD (Deviasi Rata-Rata Absolut) MAD merupakan ukuran kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari setiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n). Rumus untuk menghitung MAD adalah :
MAD = Ʃ | aktual - peramalan | n
2. Mean Squared Error - MSE (Kesalahan Rata-Rata Kuadrat) MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan nilai yang diamati. Rumus untuk menghitung MAD adalah : 2 MSE = Ʃ | kesalahan peramalan | n
22 2.3. Persediaan Heizer dan Render (2011 : 500), menyatakan 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan perusahaan adalah persediaan, oleh karena itu persediaan merupakan salah satu aset termahal dalam perusahaan. Persediaan adalah stok atau barang toko (Stevenson (2011 : 549)). Menurut Rahadi, Musadieq dan Susilo (2014 : 3), persediaan adalah simpanan bahan, baik bahan baku, bahan pembantu, bahan setengah jadi, bahan jadi, maupun bahan lain-lain, untuk kebutuhan yang akan datang. Setiap perusahan selalu memerlukan persediaan Penyimanan ini dilakukan perusahaan untuk menghindari resiko tidak terpenuhinya keinginan pelanggan atau konsumen. Chase and Jacobs (2011 : 594) menjelaskan bahwa persediaan adalah stok atau sumber yang digunakan dalam sebuah organisasi, yang diatur dalam sebuah sistem pengendalian yaitu seperangkat kebijakan dan pengendalian yang memantau tingkat persediaan dan menentukan tingkat apa yang harus dipertahankan, ketika stok harus diisi kembali dan berapa besar pesanan yang seharusnya. Ruauw (2011 : 1) menjelaskan bahwa, kegagalan pengendalian persediaan akan menyebabkan kegagalan dalam memperoleh laba. Oleh karena itu penting bagi setiap perusahaan mengadakan pengendalian persediaan untuk memperoleh tingkat persediaan optimal dengan menjaga keseimbangan antara biaya persediaan yang terlalu banyak dengan biaya persediaan terlalu sedikit.
2.3.1. Fungsi Persediaan Terdapat empat fungsi persediaan menurut Heizer dan Render (2011 : 500) yaitu : 1. Memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi atau disebut juga dengan "decouple" 2. Melakukan "decouple" perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persedian barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. 3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang. 4. Melindungi dari inflasi dan kenaikan harga.
23 Selain itu Deitiana (2011 : 186) menjelaskan manajemen persediaan mempunyai tiga fungsi, yaitu menyelaraskan antara produksi dan distribusi, antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi, serta pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian. Selain itu, persediaan juga memiliki fungsi untuk melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi dengan fleksibel, antara lain untuk : 1. Memberikan
stok
agar
dapat
memenuhi
permintaan
yang
diantisipasi akan terjadi. 2. Menyeimbangkan produksi dan distribusi. 3. Memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon. 4. Hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu dan ketidaktepatan pengiriman. 6. Menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses (work in process).
2.3.2. Tujuan Persediaan Menurut penjelasan Chase dan Jacobs (2011 : 595), setiap perusahaan menyimpan pasokan persediaan dengan alasan yaitu untuk : 1. Menjaga independensi operasi. Dengan adanya persediaan akan memangkas waktu kerja sehingga dapat mengkompensasi waktu kerja yang lama. 2. Memenuhi variasi pada permintaan produk. Permintaan biasanya tidak sepenuhnya diketahui secara pasti, dan persediaan pengaman harus dijaga untuk mengantisipasi variasi. 3. Memungkinkan fleksibilitas dalam jadwal produksi. Tekanan pada sistem produksi untuk mengelurkan barang jadi dapat diringankan dengan stok persediaan. Hal ini menyebabkan waktu tunggu (lead time) yang lebih lama, sehingga memungkinkan perencanaan prosuksi untuk alur yang lebih halus dan operasi rendah biaya melalui prosuksi lot-size yang lebih besar. 4. Menyediakan perlindungan bagi variasi dalam waktu pengiriman bahan baku.
24 Penundaan dapat terjadi pada saat bahan baku dipesan dari vendor dengan beberapa alasan antara lain : kekurangan bahan baku di pabrik vendor yang menyebabkan backlogs, pemogokan tak terduga pada pabrik vendor atau perusahaan ekspedisi, pesanan yang hilang atau kiriman bahan baku yang salah atau rusak, serta variasi normal dalam waktu pengiriman. 5. Mengambil keuntungan ekonomi dari ukuran pesanan pembelian. Dalam melakukan pemesanan terdapat biaya antara lain : tenaga kerja, panggilan telepon, pengetikan, ongkos kirim dan lain sebagainya. Oleh karena itu, semakin besar pemesanan dilakukan, maka semakin kecil pemesanan yang harus ditulis. Selain itu, biaya pengiriman (shipping cost) mendukung pemesanan yang lebih besar, karena besarnya pengiriman akan mempengaruhi biaya per unit.
2.3.3. Jenis-jenis Persediaan Heizer dan Render (2011 : 501) menyebutkan bahwa perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan dalam mengakomodasi fungsifungsi persediaan, yang terdiri dari : 1. Raw Material Inventory (Persediaan bahan baku yang telah dibeli, tetapi belum diproses) Jenis persediaan ini melakukan decouple (pemisahan) pemasok dari proses produksi dan pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisah. 2. Work in Process - WIP Inventory (Persediaan barang setengah jadi) Pada jenis persediaan ini, bahan baku telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena terdapat waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). Persediaan akan berkurang jika mengurangi waktu siklus. 3. Maintenance, Repair, Operating - MRO (Pemeliharaan, Perbaikan, Operasi) Pada jenis ini, persediaan yang telah disediakan digunakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi untuk menjaga agar
25 mesin-mesin dan proses-proses tetap produktif. MRO ada karena tidak diketahuinya kebutuhan dan waktu untuk pemeliharaan serta perbaikan dari beberapa perlengkapan. 4. Persedian barang jadi Pada jenis persediaan ini, barang jadi merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menuju pengiriman dan dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.
2.3.4. Biaya-biaya dalam Persediaan Menurut Heizer dan Render (2011 : 506), pada saat mengevaluasi masalah persediaan, terdapat biaya-biaya yang perlu diperhitungan, diantaranya : 1. Biaya Pemesanan (ordering cost) yaitu total biaya pemesanan dan pengadaan barang sampai siap untuk dipergunakan atau diproses lebih lanjut, yang mencakup biaya-biaya persediaan, formulir, proses pemesanan, pembelian dan dukungan administrasi dan sebagainya. 2. Biaya penyetelan (setup cost) yaitu biaya yang ada pada saat mempersiapkan sebuah mesin/proses untuk membuat pesanan. Pemesanan dan pembayaran elektronik merupakan salah satu cara untuk menurunkan biaya pemesanan serta biaya penyetelan. 3. Biaya penyimpanan (holding cost) yaitu biaya yang berhubungan dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu, yang juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, contohnya asuransi, pegawai tambahan dan pembayaran bunga.
2.3.5. Manajemen dan Pengendalian Persediaan Menurut Stevenson (2009 : 549) Manajemen persediaan adalah kegiatan utama manajemen operasional. Manajemen persediaan yang baik adalah penting untuk keberhasilan operasi dari sebagaian besar bisnis dan rantai pasokan mereka. Bagian Operasi, Pemasaran dan Keuangan memiliki
26 kepentingan dalam manajemen persediaan yang baik. Manajemen Persediaan yang buruk akan menghambat operasi, mengurangi kepuasan pelanggan dan meningkatkan biaya operasi. Konsep mengelola persediaan sangat penting diterapkan oleh perusahaan agar tujuan efesiensi dapat tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara dalam mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat dengan biaya yang optimal yaitu dengan manajemen persediaan. Manajemen persediaan melakukan pengelolaan persediaan dengan tujuan tercapainya keseimbangan antara investasi persediaan dengan tingkat pelayanan konsumen, melalui pengurangan biaya persediaan dengan menurunkan tingkat persediaan, tetapi kebutuhan konsumen tetap terpenuhi. Hal-hal yang mempengaruhi tingkat persediaan adalah mutu, rekayasa, produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tegang (lead time) dan profitabilitas
keseluruhan.
Salah
satu
senjata
perusahaan
untuk
memenangkan keunggulan kompetitif jangka panjang adalah kebijaksanaan manajemen persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah.
2.3.5.1. Model Persediaan 2.3.5.1.1.
EOQ (Economic Order Quantity) Menurut Heizer dan Render (2011 : 507), Economic Order
Quantity merupakan salah satu teknik kontrol persediaan yang paling terkenal dan tertua, yang meminimalkan total biaya dari pemesanan dan penyimpanan. Teknik kontrol persediaan ini relatif mudah digunakan, tetapi bergantung pada beberapa asumsi : Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen. Waktu tunggu (waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan) diketahui dan konstan. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya, yang berarti persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada satu waktu. Tidak tersedian diskon kuantitas.
27 Biaya variabel hanya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan dalam waktu tertentu. Kekurangan
persediaan
dapat
sepenuhnya
dihindari
jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Heizer dan Render (2011 : 509) menjelaskan secara matematis EOQ memiliki rumus :
Dimana : Q*
= jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)
D
= permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
S
= biaya pemesanan setiap pesanan
H
= biaya penyimpanan per unit per tahun
N
= jumlah pemesanan
2.3.5.1.2.
Safety Stock Kehabisan persediaan dapat terjadi karena permintaan produk
yang tidak pasti (tidak konstan). Menyimpan unit-unt tambahan dalam persediaan ata disebut juga persediaan pengaman, merupakan salah satu metode untuk mengurangi kehabisan persedian (Heizer dan Render (2011 : 519)). Menurut Heizer dan Render (2011 : 519), tingkat pelayanan (service level) yaitu komplemen dari probabilitas kehabisan persediaan, merupakan hal yang mempengaruhi dalam menentukan persediaan pengaman (safety stock). Jika probabilitas kehabisan persediaan adalah 0,05, maka tingkat pelayanan adalah 0,95. Safety stock bertujuan untuk meminimalkan terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya penyimpanan serta biaya stock out
28 total, biaya penyimpanan bisa bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal dari reorder point oleh karena adanya safety stock. Keuntungan adanya safety stock yaitu pada saat jumlah permintaan mengalami lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untuk menutup permintaan tersebut. Rumus persediaan pengaman (Safety Stock) adalah sebagai berikut :
Dimana : Z = Tingkat Kepuasan(diperoleh dari tabel distribusi normal. biasanya, Z = 95%, artinya tingkap pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) σ = Standar Deviasi, dengan rumus :
L = Waktu Tunggu (Lead Time)
2.3.5.1.3.
ROP (Reorder Point) Menurut Heizer dan Render (2011 : 512), Reorder Point adalah
tingkat persediaan yang menentukan harus melakukan pemesanan kembali. Q*
pesanan tiba Kemiringan = unit/hari = d
ROP (Unit)
Waktu Waktu tunggu = L
Sumber : Heizer dan Render (2011 : 512) Gambar 2.1 Titik Pemesanan Ulang (ROP)
29 Q* adalah kuantitas pesanan optimum, dan waktu tunggu merupakan waktu antara penempatan pesanan dan peneriman pesanan. ROP memiliki rumus :
ROP = (d x L) + Safety Stock
Keterangan : ROP
= Titik ulang pemesanan
d
= Permintaan per hari
L
= Waktu tunggu pesanan baru dalam hari
Safety Stock
= Persediaan pengaman.
2.3.5.1.4.
EOI (Economic Order Interval)
Sistem persediaan periodik (Economic Order Interval) adalah sistem persediaan berbasiskan waktu, yang bergantung kepada periode pemesanan pada waktu tertentu, bukan kepada jumlah sisa persediaaan. Jumlah pesanan bergantung pada pemakaian permintaan selama periode waktu tersebut. Menurut Sarjono H., dan Aryanto R. (2014 : 92), model ini menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level) selama lead time dan interval waktu yang konstan dalam melakukan pemesanan kembali (reorder), tetapi kuantitas produk yang dipesan dapat berubah-ubah (dinamis) hingga mencapai optimum. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan dihitung. Pemesanan dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan persediaan dan jumlahnya tergantung berapa jumlah yang berkurang (maximum inventory level). Berarti, jumlah pesanan didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu melakukan perhitungan. Ada dua parameter yang digunakan yang terdiri dari periode tetap pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E). Secara matematis rumus EOI adalah :
30 E = SS + D (T' + L) I = SS + ½(D x T') Q* = E - I
TC = PD
Dimana : T'
= Periode.
Co
= Biaya Pemesanan.
Cc
= Biaya Penyimpanan.
D
= Permintaan.
SS
= Safety Stock.
Z
= Tingkat Kepuasan.
σ
= Standar Deviasi.
L
= Waktu Tunggu (Lead Time).
E
= Maximum Inventory Level.
I
= Average Inventory Level.
Q*
= Kuantitas Pemesanan.
TC
= Total Biaya.
P
= Harga.
2.3.5.1.5.
Min-Max
Menurut Sarjono H., dan Aryanto R. (2014 : 5), model ini melakukan reorder ketika persedian telah melewati batas minimum dan mendekati batas Safety Stock. Batas minimum (minimum stock) adalah batas tingkat reorder dan batas maksimum (maximum stock) adalah batas ketersediaan perusahaan dalam menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan. Secara matematis min-max memiliki rumus :
Min Stock = (DL) + SS Max Stock = (2) (DL) + SS Order(min-max) = Max Stock - Min Stock
31
TC = PD
Dimana : SS
= Safety Stock.
D
= Permintaan.
F = N = Frekuensi Pemesanan. Q*
= Kuantitas Pemesanan.
L
= Waktu Tunggu (Lead Time).
TC = Total Biaya. P
= Harga.
Co
= Biaya Pemesanan.
Cc
= Biaya Penyimpanan.
2.4. Sistem Informasi Menurut O'Brien dan Marakas (2013 : 4), Sistem Informasi dapat terorganisis berupa kombinasi dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Pengertian Sistem Informasi menurut Satzinger et al (2012 : 4), sistem informasi koleksi komponen yang saling terkait yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis. Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
merupakan
koleksi
komponen
yang
saling
terkait
yang
memungkinkan kombinasi orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan dan prosedur menjadi saling terkait sehingga dapat
mengumpulkan,
memproses,
menyimpan,
menyediakan
dan
menyebarkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis.
32 2.5. Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger et al (2012 : 5), perancangan sistem adalah sekumpulan kegiatan yang memungkinkan seseorang untuk mendefinisikan, menjelaskan dan menetapkan secara rinci bagaimana beberapa komponen dari sistem informasi harus diterapkan. Hal ini bertujuan agar perancangan sistem tersebut memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah yang ada. Dalam perancangan sistem ini dibutuhkan Perancangan sistem berada diurutan ke empat pada proses inti dalam pembangunan berulang (Iterative Development). Dalam bukunya, Satzinger et al (2012 : 8) menyebutkan terdapat 6 proses inti yang mengendalikan dalam pengembangan software yang akan disajikan. Enam proses inti tersebut dan perulangannya antara lain :
Sumber : Satzinger et al (2012 : 8) Gambar 2.2 Enam proses inti dan perulangan dalam sebuah projek
2.5.1. Pendekatan Object Oriented Menurut Satzinger et al (2012 : 241), pendekatan object oriented merupakan sebuah pendekatan pengembangan sistem yang melihat sistem informasi sebagai sekumpulan dari object-object yang saling berinteraksi yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.
2.5.2. Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) terdiri dari dua istilah yaitu Object-Oriented Analysis (OOA) dan Object-Oriented Design (OOD).
33 Dimana menurut Satzinger et al (2012 : 241), OOA mengidentifikasi dan mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan use case seperti apa yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dalam sebuah sistem baru. Sedangkan OOD mendefinisikan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat di dalam sistem, menampilkan bagaimana objek
berinteraksi
untuk
menyelesaikan
suatu
tugas-tugas,
dan
menyempurnakan definisi dari setiap jenis objek sehingga objek tersebut dapat diterapkan dengan bahasa atau lingkungan tertentu.
2.5.3. Unified Modeling Language (UML) Unified Modeling Language (UML) adalah serangkaian standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan Management
object Group
oriented, (OMG),
yang sebuah
didefinisikan organisasi
oleh
Object
standar
untuk
pengembangan sistem. (Satzinger et al (2012 : 46)). Dengan menggunakan UML, analis dan pengguna akhir dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram khusus yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.
Sumber : Satzinger et al (2012 : 297) Gambar 2.3 Design models with their respective input requirement models
34 2.5.4. Activity Diagram Sebuah Activity Diagram sebagai workflow diagram sederhana yang menjelaskan berbagai aktivitas-aktivitas user (atau sistem), orang yang melakukan setiap kegiatan dan urutan aliran dari kegiatan mereka. (Satzinger et al (2012 : 57)). Terdapat beberapa simbol-simbol dasar dalam pembuatan sebuah Activity Diagram.
Sumber : Satzinger et al (2012 : 58) Gambar 2.4 Activity diagram symbols
Sumber : Satzinger et al (2012 : 59) Gambar 2.5 Activity diagram sederhana 2.5.5. Use case Diagram
35 Use case Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menunjukan berbagai peran user dan bagaimana peran-peran tersebut menggunakan sistem. Sedangkan use case merupakan aktivitas yang diselesaikan oleh sistem (Satzinger et al (2012 : 78)). Tujuan dari use case adalah untuk mengidentifikasi bagaimana sistem akan digunakan.
Sumber : Satzinger et al (2012 : 81) Gambar 2.6 Use Case sederhana dengan aktor
Sumber : Satzinger et al (2012 : 82) Gambar 2.7 Use case diagram dengan beberapa aktor
36 2.5.6. Use Case Description Menurut Satzinger et al (2012 : 121), use case description merupakan deskripsi yang berisi daftar rincian pengolahan untuk use case. Satzinger et al (2012 : 122), menyebutkan dua tingkat detail dalam use case description yang terpisah, yaitu deskripsi singkat, dan deskripsi yang dikembangkan sepenuhnya, penggunaanya tergantung pada kebutuhan seorang analis.
Sumber : Satzinger et al (2012 : 123) Gambar 2.8 Use case description
2.5.7. Domain Class Diagram Menurut Satzinger et al (2012 : 101), class diagram digunakan untuk menunjukan kelas objek untuk sistem. Salah satu jenis class diagram UML yang menunjukkan hal-hal 'work domain' pengguna, disebut sebagai domain class diagram.
37
Sumber : Satzinger et al (2012 : 102) Gambar 2.9 Domain class diagram sederhana
Sumber : Satzinger et al (2012 : 110) Gambar 2.10 Domain class diagram
2.5.8. System Sequence Diagram System Sequence Diagram adalah diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dengan sistem dalam sebuah use case. (Satzinger et al (2012 : 126)).
38
Sumber : Satzinger et al (2012 : 127) Gambar 2.11 System sequence diagram symbols
Sumber : Satzinger et al (2012 : 130) Gambar 2.12 System sequence diagram dengan pesan berulang
39 2.5.9. First Cut Domain Class Diagram First cut domain class diagram merupakan pengembangan dari domain class diagram. (Satzinger et al (2012 : 314)) Terdapat dua langkah dalam membuat first cut domain class diagram antara lain : 1. Mengelaborasi nilai pada atribut dengan jenis informasi dari nilai awal 2. Menambahkan panah navigation visibility.
Sumber : Satzinger et al (2012 : 314) Gambar 2.13 First cut domain class diagram
2.5.10. Multilayer Sequence Diagrams Menurut Satzinger et al (2012 : 345) menjelaskan bahwa system sequence diagram hanya menunjukan interaksi antar sistem dan dunia eksternal yang diwakili oleh aktor, sedangkan Multilayer Sequence Diagrams tidak terlihat lagi object :System. Multilayer Sequence Diagrams terdapat dua objek berupa view layer dan controller. Notasi dalam
40 Multilayer Sequence Diagrams hampir sama seperti system sequence diagram hanya saja tidak ada objek :System karena setiap objek berupa view layer dan satu object berupa controller.
Sumber : Satzinger et al (2012 : 346) Gambar 2.14 Multilayer sequence diagram
2.5.11. Updated Class Diagram Updated Class Diagram adalah pengembangan dari first- cust class diagram dengan menambahkan metode berdasarkan informasi dari urutan diagram yang digunakan sebagai dokumentasi menyeluruh dari class design dan berfungsi sebagai blueprint untuk pemograman sistem. (Satzinger et al (2012 : 351)).
41
Sumber : Satzinger et al (2012 : 317) Gambar 2.15 Updated class diagram
2.5.12. Communication Diagram Communication Diagram adalah jenis interaksi diagram yang menekankan pada objek yang mengirim dan menerima pesan untuk use case tertentu. (Satzinger et al (2012 : 332)).
42
Sumber : Satzinger et al (2012 : 350) Gambar 2.16 Communication diagram symbols
Sumber : Satzinger et al (2012 : 350) Gambar 2.17 Communication diagram
2.5.13. Package Diagram Package Diagram adalah diagram tingkat tinggi yang memungkinkan desainer untuk mengasosiasikan kelas dalam kelompok terkait, yang digambarkan dalam three-layer design yang meliputi view layer, domain layer dan data access layer (Satzinger et al (2012 : 353)).
43
Sumber : Satzinger et al (2012 : 353) Gambar 2.18 Package diagram
2.5.14. Entity Relationship Diagram Entity Relationship Diagram adalah diagram yang terdiri dari entitas data berserta hubungannya, yang menjelaskan informasi yang sistem butuhkan. (Satzinger et al (2012 : 98)).
Sumber : Satzinger et al (2012 : 98) Gambar 2.19 Entity relationship diagram sederhana
44
Sumber : Satzinger et al (2012 : 100) Gambar 2.20 Entity relationship diagram
2.5.15. Persistent Object Presistent Object (Object Class) adalah mengidentifikasi sebuah objek dengan memberikan contoh isi dari objek tersebut pada saat objek tersebut dibuat. (Satzinger et al (2012 : 15)).
Sumber : Satzinger et al (2012 : 15) Gambar 2.21 List of presistent object (object class)
2.5.16. User Interface User Interface adalah antarmuka sistem (tampilan sistem) yang langsung melibatkan pengguna sistem. (Satzinger et al (2012 : 189)).
45
Sumber : Satzinger et al (2012 : 203) Gambar 2.22 User interface
2.5.17. Deployment Diagram Deployment Diagram adalah diagram yang menunjukkan komponen perangkat keras apa yang digunakan, komponen perangkat lunak apa yang berjalan pada setiap perangkat keras dan bagaimana bagian-bagian yang berbeda terhubung. (Satzinger et al (2012 : 417)).
Sumber : Satzinger et al (2012 : 172) Gambar 2.23 Internet deployment of software application
46 2.5.18. Navigation Diagram Navigation Diagram adalah proses pengeluaran (tampilan) sebuah objek pengenal dari satu objek dan menggunakannya untuk akses objek lain (Satzinger et al (2012 : 201)).
Sumber : Satzinger et al (2012 : 201) Gambar 2.24 Navigation diagram
47 2.6. Kerangka Pemikiran
Identifikasi masalah pada perusahaan : PT. Goodrich Global Indonesia
Peramalan dengan membandingkan metode : Naive Moving Average
Analisis Perancangan dengan OOAD: Activity Diagram Use Case Diagram
Weighted Moving Average
Use Case Description
Exponential Smoothing
Domain Class Diagram
Exponential Smoothing with Trend Linear Regression
System Sequence Diagram First-Cut Class Diagram Multilayer Sequence Diagram
Identifikasi MAD & MSE Paling Kecil
Updated Class Diagram Communication Diagram
Identifikasi Model Persediaan dengan membandingkan model :
Package Diagram Entity Relationship Diagram Persistent Object
EOQ
EOI
Min-Max
User Interface Deployment Diagram Navigation Diagram
Perancangan Sistem yang Diusulkan
Sumber : Penulis Gambar 2.25 Kerangka Pemikiran
48