BAB 2 PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Mobilisasi Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991). Sectio caesaria adalah lahirnya janin, melalui insisi di dinding abdomen dan dinding uterus (Kasdu, 2003). 1. Etiologi Indikasi Ibu a. Panggul sempit absolute b. Placenta previa c. Ruptura uteri mengancam d. Partus lama e. Partus tak maju f. Pre eklamsia, dan Hipertensi Kelainan Letak a. Letak lintang Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesaria adalah jalan / cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain. b. Letak belakang Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak beakang bila panggul sempit, primigravida, janin besar. -
Gawat janin
-
Janin besar
-
Kontra Indikasi
-
Janin mati
-
Syok, anemia berat
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Sectio Caesarea Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks da segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati. 3. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesarea Persalinan dengan sectio caesaria, memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis sectio caesaria menurut Doenges (2001), antara lain: a. Nyeri akibat ada luka pembedahan b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen c. Fundus uteri kuat dan terletak di umbilicus d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak) e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi situasi baru g. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar h. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah i. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan 4. Patofisiologi Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bay tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cepalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC) Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat. A, 2009). Jenis mobilitas antara lain: 1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang. b. Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
Faktor yang mempengaruhi mobilitas seseorang antara lain: 1. Gaya hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. 2. Proses penyakit/cedera Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur
Universitas Sumatera Utara
femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan Kemampuan
melakukan
mobilitas
dapat
juga
dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas. 4. Tingkat energi Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas fisik dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup. 5. Usia dan status perkembangan Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi 2.2.1. Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilaai, dan gaya hidup yang dilakukan klien. (Potter & Perry, 2005). 1. Menurut Hidayat (2006), Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah sebagai berikut : a. Riwayat keperawatan sekarang Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas. b. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan
cerebrovaskular,
trauma
kepala,
peningkatan
tekanan
intracranial, miastenia gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit sistem musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat penyakit sistem pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat penyakit pemakaian obat seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lainlain. c. Kemampuan fungsi motorik Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis. d. Kemampuan mobilitas Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tingkat aktivitas/Mobilisasi Tingkat 0
Kategori Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
Tingkat 4
Sangat
tergantung
dan
tidak
dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
2. Tahap-tahap mobilisasi dini Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003) Tahap-tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea : a. 6 jam pertama ibu post SC Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. b. 6-10 jam Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan e. Pelaksanaan mobilsasi dini Hari ke 1: a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadar b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar
Universitas Sumatera Utara
Hari ke 2: a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih b. Kemudian posisi tidur telentang dirubah menjadu setengah duduk c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita / ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari Hari ke 3: a. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu. 2.2.2 Analisa data Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatan lainnya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005) Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan
untuk
menentukan
diagnosis
keperawatan,
merencanakan
asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial assesment). (Potter & Perry, 2005) Tujuan Pengumpulan Data :
Universitas Sumatera Utara
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien. 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien. 3. Untuk menilai keadaan pasien. 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Tipe Data : 1. Data Subjektif Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang mobilisasi. (Potter & Perry, 2005) 2. Data Objektif Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pe,eriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. (Potter & Perry, 2005)
2.2.3 Rumusan masalah Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi fisik harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi. (Potter & Perry, 2005)
2.2.4 Perencanaan Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik. (Potter & Perry, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik Faktor yang berhubungan : - Ansietas - Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia - Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik - Ketidaknyamanan - Nyeri - Program pembatasan gerak - Keengganan memulai pergerakan ( WIKINSON, 2012) Perencanaan Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil : -
mobilitas
Meningkatkan/mempertahankan
pada
tingkat
paling tinggi yang mungkin -
Mempertahankan posisi fungsional
-
Meningkatkan
kekuatan/fungsi
yang
sakit
dan
mengkompensasi bagian tubuh -
Menunjukkan
teknik
yang
memampukan
melakukan
aktivitas Intervensi
Rasional
Mandiri Lakukan
mobilisasi
secara Pasien
mungkin
dibatasi
bertahap, berikan penjelasan pada dengan pengetahuan tentang klien
tentang
mobilisasi post SC
pentingnya mobilisasi post SC, mobilisasi bertahap
akan
membantu
mobilisasi klien. Dorong partisipasi pada aktivitas Memberikan terapeutik/rekreasi.
Pertahankan untuk mengeluarkan energi,
rangsang lingkungan (contoh : memfokuskan radio,
tv,
Koran,
keluarga/teman)
kesempatan
kembali
kunjungan perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial
Universitas Sumatera Utara
Tingkatkan tentang
pengetahuan
pentingnya
ibu Pentingnya
tentang agar
ibu
lebih
antusias.
Awasi TD dengan melakukan Hipotensi aktivitas
mengetahui
mobilisasi pengetahuan
sehingga memotivasi ibu untuk mobilisasi, melakukannya.
ibu
postural
adalah
masalah umum menyertai tirah baring
lama
dan
dapat
memerlukan intervensi khusus Auskultasi bising usus
Tirah
baring,
analgesik,
dan
penggunaan perubahan
dalam kebiasaan diet dapat memeperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi
Universitas Sumatera Utara
2.3
Asuhan Keperawatan Kasus PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
I.
BIODATA IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.R
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 29 tahun
Status Perkawinan
: Sudah menikah
Agama
: Kristen
Pendidikan
: Diploma
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl. Bilal, komplek Anggarah, No: 71K
Tanggal Masuk RS
: 1 juni 2014
No. Register
: 00.90.67.51
Ruangan/kamar
: Neonati, Tulip 1
Golongan Darah
:A
Tanggal Pengkajian
: 2 juni 2014
Tanggal Operasi
: 1 juni 2014
Diagnosa Medis
: Post Sectio Saecaria (SC)
II. KELUHAN UTAMA Klien post operasi sectio saecaria hari ke 2 mengatakan sulit melakukan aktivitas dasar sehari-hari, terasa sedikit nyeri di bagian abdomen di atas simpisis pubis , dengan luka insisi ±13 cm horizontal pada saat bergerak, skala nyeri 4, dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10)
Universitas Sumatera Utara
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative 1. Apa penyebabnya Post operasi Sectio Saecaria hari ke 2 2. Hal-hal yang memperbaiki Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas dengan bantuan keluarga B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan Klien mengatakan terasa nyeri di bagian abdomen di atas simpisis pubis pada saat melakukan pergerakan, skala nyeri 4, dengan menggunakan skala numerik (0-10) 2. Bagaimana dilihat Muka tampak meringis C. Region 1. Dimana lokasinya Pada abdomen di atas simpisis pubis, luka insisi ± 13 cm, horizontal 2. Apakah menyebar Klien mengatakan nyeri tidak menjalar D. Severity Klien mengatakan nyeri mengganggu aktivitas dasar sehari-hari, skala nyeri 4, dengan menggunakan skala numerik (0-10) E. Time Klien mengatakan nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami Klien mengatakan pernah mengalami sakit Appendicitis B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Klien mengatakan penyembuhan penyakit usus buntunya dengan operasi C. Pernah dirawat/dioperasi Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi pada tanggal 20 Desember 2007 di Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan
Universitas Sumatera Utara
D. Lama dirawat 7 hari (seminggu) E. Alergi Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan, binatang maupun lingkungan F. Imunisasi Klien mengatakan mendapatkan Imunisasi lengkap
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua Klien mengatakan ibu dari klien menderita asam lambung B. Saudara kandung Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit berat C. Penyakit keturunan yang ada Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga dari klien yang mengalami gangguan jiwa
VI. RIWAYAT OBSTETRIK G:0 No
P:1
Umur
28
HPHT: 22-09-2013
Komplikasi/Masalah Kehamilan
1.
A:0
Persalinan
TTP: 29-06-2014 Kondisi
Penolong
Anak
Nifas
Tidak ada
Persalinan Sectio
Masalah
Kondisi
Dokter
masalah
Saecaria karena
mobilisasi dini
anak
bedah,
selama
berat bayi 4,0 Kg
baik.
perawat
Apgar
anastesi,per
score 8
awat
kehamilan
pelaksana
Universitas Sumatera Utara
VII.
RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya Klien dapat menerima kondisinya sekarang dan yakin akan bisa beraktivitas seperti biasanya B. Konsep diri 1. Gambaran diri
: Klien bersemangat ingin segera sembuh
2. Ideal diri
: Klien percaya bahwa ia akan segera sembuh
3. Harga diri
: Klien tidak malu dengan kondisinya sekarang
4. Peran diri
: Klien seorang istri dan dalam keluarga
5. Identitas
: Klien pribadi yang sabar dan tenang
C. Keadaan emosi Keadaan emosi klien baik D. Hubungan social 1. Orang yang berarti Klien mengatakan saat ini orang yang berarti adalah ibu, suami dan anaknya 2. Hubungan dengan keluarga Klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga baik 3. Hubungan dengan orang lain Klien mengatakan hubungan klien dengan orang lain baik 4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Tidak ada hambatan, keluarga dan tetangga sering menjenguk klien selama di rawat di rumah sakit, klien juga berhubungan baik dengan perawat. E. Spiritual 1. Nilai dan keyakinan Klien beragama kristen 2. Kegiatan ibadah Klien mengatakan selama dirawat klien tidak pernah melakukan kegiatan ibadah
Universitas Sumatera Utara
VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum Kesadaran komposmentis B. Tanda-tanda vital 1. Suhu tubuh
: 370C
2. Tekanan darah
: 130/80 mmhg
3. Nadi
: 80 x/menit
4. Pernafasan
: 20 x/menit
5. Skala nyeri
:4
6. TB
: 152 cm
7. BB
: 55 kg
C. Pemeriksaan head to toe 1. Kepala dan rambut − Bentuk
: bulat simetris
− Ubun-ubun
: keras dan tertutup
− Kulit kepala
: kulit kepala bersih
2. Rambut − Penyebaran dan keadaan rambut
: penyebaran rambut merata,
warna hitam agak sedikit kusam, tekstur sedikit kasar − Bau
: agak sedikit bau apek
− Warna kulit
: normal
3. Wajah − Warna kulit
: normal , sawo matang
− Struktur wajah
: simetris
4. Mata − Kelengkapan dan kesimetrisan
: lengkap, simetris antara kiri
dan kanan − Konjungtiva dan sclera
: konjungtiva tidak pucat, sclera
berwarna putih − Pupil
: pupil normal, bentuk bulat,
letak sentral, isokor ± 3mm − Cornea dan iris
:
cornea
transparan,
halus,
bersinar dan jernih; iris berwarna hitam
Universitas Sumatera Utara
− Visus
:
− Tekanan bola mata
: tidak ada peningkatan tekanan
bola mata
5. Hidung − Tulang hidung dan posisi septum nasi − Lubang hidung
: keras dan stabil
: simetris antara keduanya,
tiadak ada sekret − Cuping hidung
: tidak ada pernafasan cuping
hidung 6. Telinga − Bentuk telinga
: simetris antara kiri dan kanan
− Ukuran telinga
: normal , sama ukurannya antara kiri dan
kanan − Lubang telinga
: bersih, tidak tampak serumen
− Ketajaman pendengaran
: baik
7. Mulut dan faring − Keadaan bibir
: merah muda, lembab, simetris dan halus
− Keadaan gusi dan gigi : gusi berwarna merah muda, halus dan lembab; gigi berwarna sedikit kekuningan dan adanya karag gigi di beberapa gigi bagian belakang − Keadaan lidah
: berwarna merah pudar, lembab, sedikit
kasar pada bagian permukaan − Orofaring
:-
8. Leher − Posisi trachea
: normal, teraba pada keduan sisi
− Thyroid
: tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid
− Suara
: normal dan jelas
− Kelenjar limfe
: tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe
− Vena jugularis
: vena jugularis dapat teraba
− Denyut nadi karotis : denyut nadi teraba 9. Pemeriksaan integument − Kebersihan
: kebersihan klien kurang
Universitas Sumatera Utara
− Kehangatan
: kulit klien teraba hangat
− Warna
: sawo matang , tidak pucat
− Turgor
: baik, < 3 detik
− Kelembatan
: baik
− Kelainan pada kulit
: tidak ada kelainan
10. Pemeriksaan thoraks/dada − Inspeksi thoraks (normal, barrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : normal − Pernafasan
: frekuensi 20 x/menit, irama reguler
− Tanda kesulitan bernafas : tidak ada tanda kesulitan bernafas 11. Pemeriksaan paru − Palpasi getaran suara
: getaran merata di paru-paru kanan dan
kiri − Perkusi
: resonan
− Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : bronkovesikuler, suara nafas normal, tidak ada suara tambahan 12. Pemeriksaan jantung − Inspeksi
: warna kulit dada normal seperti warna kulit tubuh,
tidak ada kebiruan atau pucat − Palpasi
: tidak teraba massa atau benjolan
− Perkusi
: dullnes
− Auskultasi : 80x/menit 13. Pemeriksaan abdomen − Inspeksi (bentuk, benjolan) Bentuk normal dan simetris, ada luka bekas insisi ± 13cm, dibagian abdomen kuadran 3 dan 4 berbentuk horizontal − Auskultasi Frekuensi peristaltik usus :13x/menit − Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) Tidak ada nyeri tekan, tetapi klien mengatakan tidak terlalu nyeri. Ada luka bekas insisi dan keadaan luka baik, tidak ada kemerahan disekitar luka
Universitas Sumatera Utara
− Perkusi (suara abdomen) Timpani
14. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya − Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) Tidak ada kelainan, memakai duk − Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) Tidak ada kelainan 15. Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) − Ekstremitas atas Tidak ada edema − Ekstremitas bawah Tidak ada edema 16. Pemeriksaan neorologi (nervus cranialis) Fungsi neurologi normal 17. Fungsi motorik Fungsi motorik normal 18. Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) Klien dapat mengetahui area kulit yang diberi sentuhan, klien mampu mengidentifikasi benda tajam dan tumpul, klien mampu membedakan rasa panas dan dingin, pasien mampu merasakan getaran yang diberi pada daerah wajah. 19. Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tendon achiles, plantar) Refleks bisep terangsang dengan baik kanan dan kiri, refleks trisep terangsang dengan baik kanan dan kiri, refleks brachioradialis terangsang dengan baik kanan dan kiri, refleks patelar, tendon achiles.
IX.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI A. Pola makan dan minum 1. Frekuensi makan/hari Klien makan 3x sehari
Universitas Sumatera Utara
2. Nafsu/selera makan Nafsu makan baik 3. Nyeri ulu hati Tidak terdapat nyeri ulu hati 4. Alergi Tidak ada makan yang membuat alergi atau makanan yang tidak disukai 5. Mual dan muntah Klien tidak mengalami mual ataupun muntah 6. Waktu pemberian makanan Pagi, siang, malam dan kadang diselingi dengan cemilan 7. Jumlah dan jenis makanan Setiap kali makan klien menghabiskan 1 porsi makanan ; klien makan makanan yang disediakan dari rumah sakit dan kadang membeli makanan dari luar untuk makanan selingan 8. Waktu pemberian cairan/minum Dalam sehari klien dapat menghabiskan 5-7 gelas sedang 9. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) Tidak ada masalah dalam makan dan minum, tidak ada kesulitan ,menelan dan mengunyah
B. Perawatan diri/personal hygiene 1. Kebersihan tubuh Klien tidak mandi selama habis operasi 2. Kebersihan gigi dan mulut Klien melakukan oral hygiene pada pagi hari dengan batuan perawat dan keluarga rutin setiap hari 3. Kebersihan kuku dan kaki Kuku klien terlihat bersih
Universitas Sumatera Utara
C. Pola kegiatan/aktivitas 1.
Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total. Klien mandi 1x sehari, oral hygiene dilakukan pada pagi hari, klien makan 3x sehari, ganti pakaian 1x sehari. Semua aktivitas dasar sehari-hari klien dibantu oleh perawat dan keluarga. Klien mengatakan susah buat melakukan pergerakan
2.
Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Klien tidak pernah melakukan ibadah
D. Pola Eliminasi 1. Pola BAB -
Karakter feses
: 1x sehari : berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lembek,
bau khas feses -
Riwayat perdaharan : tidak ada riwayat perdarahan
-
BAB terakhir
: tanggal 31 juni 2014, pagi hari
-
Diare
: tidak ada
-
Penggunaan laktasif : tidak ada
2. BAK -
Pola BAK
: 6-7 kali sehari
-
Karakteristik urine
:kemerah-merahan,
bau
khas urine -
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK
:tidak ada nyeri , rasa
terbakar atau kesulitan saat berkemih -
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
: tidak ada
-
Penggunaan diuretik
: tidak ada
-
Upaya mengatasi masalah
: tidak ada masalah BAK
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
No 1.
Analisa Data
Data DS:
Etiologi Sectio Caesaria
Masalah Keperawatan Hambatan mobilisasi fisik
Klien mengatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan
Luka insisi
aktivitas dasar seharihari secara mandiri Nyeri
DO : •
Tampak semua aktivitas klien dibantu oleh
Hambatan mobilisasi fisik
keluarga dan perawat
2.
DS:
Sectio Caesaria
Klien mengatakan
Gangguan aman nyaman : Nyeri
nyeri pada abdomennya skala
Luka insisi
nyeri 4 (rentang nyeri 0-10) DO: •
Kerusakan jaringan kulit Muka tampak meringis
•
Skala nyeri 4 Nyeri
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Rumusan Masalah 1. Hambatan mobilitas fisik Diagnosa Keperawatan (Prioritas) 1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan post op Sectio Caesaria hari ke 2 ditandai dengan ketidakmampuan klien melakukan aktivitas dasar sehari-hari, ditandai dengan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
2.3.4 Perencanaan Keperawatan
No.
Perencanaan Keperawatan
Dx 1
Tujuan dan kriteria hasil : -
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
-
Mempertahankan posisi fungsional
-
Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh
-
Menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas Intervensi
Lakukan
Rasional
mobilisasi
secara
Pasien mungkin dibatasi dengan
bertahap, berikan penjelasan pada pengetahuan
tentang
mobilisasi
klien tentang pentingnya mobilisasi post SC, mobilisasi bertahap akan post SC
membantu mobilisasi klien
Dorong partisipasi pada aktivitas Memberikan terpeutik/rekreasi.
kesempatan
Pertahankan mengeluarkan
untuk energi,
rangsang lingkungan (contoh : memfokuskan kembali perhatian, radio,
tv,
Koran,
kunjungan meningkatkan rasa kontrol diri.
keluarga/teman)
Universitas Sumatera Utara
Awasi
TD
dengan
melakukan Hipotensi postural adalah nasalah umum menyertai tirah baring lama
aktivitas
dan dapat memerlukan intervensi khusus
Dorong dukungan dan bantuan Mengajak orang terdekat untuk keluarga / orang terdekat pada aktif dalam perawatan pasien dan pelatihan mobilisasi
memberikaan terapi lebih konstan / konsisten
Dorong partisipasi pasien dalam Meningkatkan
kemandirian.
semua aktifitas sesuai kemampuan Meningkatkan individual.
2
harga
diri,
dan
membantu proses perbaikan
Tujuan dan kriteria hasil : -
Nyeri berkurang
-
Skala nyeri 2 (diukur dengan skala nyeri numerik dengan rentang nyeri 0-10)
-
Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
-
Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal Intervensi
Rasional
Mandiri Lakukan pengkajian tentang nyeri Mempengaruhi
pilihan
/
meliputi lokasi, waktu, kualitas, pengawasan keefektifan intervensi. intensitas nyeri.
Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)
terutama
ketidakmampuan
untuk
Tingkat
ansietas
dapat
mempengaruhi persepsi / reaksi terhadap nyeri
berkomunikasi secara efektif. Ajarkan
menggunakan
teknik Memfokuskan kembali perhatian,
Universitas Sumatera Utara
nonanalgetik seperti latihan napas meningkatkan dalam,
mengalihkan
televisi,
membaca
(menonton meningkatkan buku
kontrol harga
diri
dan dan
atau kemampuan koping
majalah, mendengarkan musik)
Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi Memberikan ketenangan kepada respon pasien terhadap pasien sehingga nyeri tidak ketidaknyamanan seperti ruangan bertambah dan suara
Kolaborasi Pemberian analgetik
Analgetik
dapat
mengurangi
pengikatan mediator kimiawi nyeri pada reseptor nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Hari /
No.
Implementasi
Tanggal
Dx
Keperawatan
Senin, 2
1.
Evaluasi (SOAP)
derajat S :
- Mengkaji
juni
mobilitas
2014
dihasilkan oleh cedera
yang - Klien mengatakan sulit beraktivitas
perhatikan O:
dan persepsi
pasien - Tampak klien beraktivitas dasar
terhadap mobilisasi
sehari-hari dengan bantuan perawat dan keluarga
- Mendorong partisipasi
pada - TD: 130/20 mmHg,
aktivitas
- Peristaltik usus 6 kali/menit
terapeutik/rekreasi.
- Klien mampu melakukan latihan
Mempertahankan
rentang gerak yang diajarkan
rangsang lingkungan
perawat
(contoh : menonton - Ibu sudah bisa tidur setengah tv)
duduk dan duduk 5 menit. TD
- Mengukur
dan - Klien tampak antusias
mengauskultasi bising usus
A:
- Dorong dukungan dan Masalah gangguan mobilitas fisik bantuan
keluarga
/ belum teratasi
orang terdekat pada P : pelatihan
rentang Tindakan keperawatan lanjutkan
gerak - Dorong
partisipasi
pasien dalam semua aktifitas
sesuai
kemampuan individual
Selasa, 3 juni
- Mengkaji kemampuan S :
mobilisasi pasien
-
Klien mengatakan sudah mulai
Universitas Sumatera Utara
2014
bisa melakukan sebagian aktivitas
- Mendorong
partisipasi
dasar sehari-hari
pada
aktivitas
O:
terapeutik/rekreasi.
-
Tampak klien beraktivitas dasar
Mempertahankan
sehari-hari dengan bantuan
rangsang lingkungan
perawat
(contoh : menonton -
TD: 120/80 mmHg, peristaltik
tv)
usus 8 kali/menit TD
- Mengukur
dan -
Klien mampu melakukan latihan
mengauskultasi bising
rentang gerak yang diajarkan
usus
perawat
- Dorong dukungan dan bantuan
keluarga
/
berjalan sendiri perlahan-lahan
orang terdekat pada pelatihan
Ibu sudah bisa berdiri sendiri,
Klien tampak antusias
mobilisasi
pasien seperti belajar A : duduk, berdiri - Dorong
Masalah gangguan mobilitas fisik
partisipasi teratasi sebagian
pasien dalam semua P : aktifitas
sesuai Tindakan keperawatan lanjutkan
kemampuan individual
Rabu, 4
− Mengkaji kemampuan S :
juni
yang dihasilkan oleh
- Klien mengatakan sudah mulai
2014
pasien, dan mengkaji
bisa melakukan aktivitas dasar
perkembangan
sehari-hari
mobilisasi pasien - Mendorong partisipasi O: pada
aktivitas -
sehari-hari tanpa bantuan perawat
terapeutik/rekreasi. Mempertahankan rangsang
lingkungan
Tampak klien beraktivitas dasar
-
TD: 120/80 mmHg, peristaltik usus 10 kali/menit
Universitas Sumatera Utara
seperti ( menonton tv) - Mengukur
TD
-
dan
rentang gerak yang diajarkan
mengauskultasi bising usus
perawat -
- Dorong dukungan dan bantuan orang
keluarga terdekat
pelatihan
Klien mampu melakukan latihan
Ibu sudah bisa kekamar mandi sendiri, dan melakukan
/
mobilisasi secara teratur
pada -
Klien tampak antusias
mobilisasi A :
seperti latihan berdiri, Masalah gangguan mobilitas fisik berjalan tanpa bantuan teratasi perawat dan keluarga - Dorong pasien aktifitas
P:
partisipasi Tindakan keperawatan dihentikan dalam
semua sesuai
kemampuan individual
Universitas Sumatera Utara