BAB 1 PENGANTAR
A. Latar Belakang Kajian menyatakan
mengenai bahwa,
sejarah periode
ekonomi tahun
Indonesia
1950-an
modern
seharusnya
merupakan babak baru bagi bangsa Indonesia untuk membangun dan
menumbuhkan
perekonomian.
1
Kemerdekaan
menjadi
momentum penggerak perekonomian, suatu kesempatan bagi pribumi untuk mendominasi dalam mengelola potensi alam Indonesia yang sekian lama dimonopoli oleh penjajah. Akan tetapi, hal tersebut tidak didukung oleh stabilitas keamanan. Situasi keamanan Republik Indonesia pasca Revolusi tidak stabil, karena banyak laskar yang tidak terakomodasi ke dalam militer Indonesia dan konflik antara tokoh masyarakat yang bersebrangan ideologi dengan pemerintah sehingga melakukan perlawanan. Salah satu
Anne Booth. „Pertumbuhan dan Kemandekan dalam Era Pembangunan Bangsa: Penampilan Ekonomi Indonesia dari 19501965.‟ Dalam J.T Lindblad (editor). Fondasi Historis Ekonomi Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada, 2002) hlm. 485. 1
1
bentuk ketidakamanan itu adalah konflik antara pemerintah dengan gerakan Darul Islam- Tentara Islam Indonesia (DI-TII) .2 Pertumbuhan ekonomi Tasikmalaya dalam arus sejarahnya, dipengaruhi secara besar oleh perluasan jaringan kereta api di Pulau Jawa. Pada 1890-an dibangun jalur kereta api yang diproyeksi menghubungkan Tasikmalaya dengan Bandung. Jalur kereta api tersebut dapat diselesaikan pada 1892-an dan dapat dioperasikan pada awal tahun 1893.3 Dampak pembangunan jalur kereta api tersebut memacu perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan
industri.
Sebagai
contoh,
pembangunan
bank
daerah di Tasikmalaya. Dengan tujuan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan barang dan jasa, pemerintah kolonial pada 1902 mendirikan bank daerah bernama Perkumpulan Duit Hadian di Tasikmalaya.4
Het nieuwsblad voor Sumatra, 07 Februari 1951. Dalam www.delpher.nl diakses pada 13 Agustus 2015 pukul 02:28 WIB. 2
Rachmat Susatya. Pengaruh Perkretaapian di Jawa Barat Pada Masa Kolonial. (Bandung: tidak tertera penerbit, 2008) hlm 29. Dalam http://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q =pengaruh+perkeretaapian+di+jawa+barat. Diakses pada Rabu, 28 Mei 2014, pukul 09:00 WIB. 3
Widyo Nugrahanto, dkk. “Perkreditan Rakyat di Tasikmalaya Pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda dan Republik Indonesia (1900-2003).” Laporan penelitian. (Bandung : Universitas Padjajaran, 2008) hlm. 41. 4
2
Perkembangan infrastruktur dan pembangunan jaringan distribusi (kereta api) pada era Kolonial Belanda tersebut tidak dilakukan
oleh
penjajahan
Jepang
(1942-1945).
Hal
itu
disebabkan mayoritas prioritas produksi dialihkan hanya untuk keperluan militer Jepang.5 Aktivitas militer Jepang di Tasikmalaya terfokus dalam mengeksploitasi bahan pangan terutama beras. 6 Pada era kolonial, Tasikmalaya diketahui merupakan pengahasil beras terbaik di Jawa Barat, dengan luas lahan sawah lebih dari 14.000 hektar.
7
Selain itu, pendudukan militer Jepang di
Tasikmalaya juga banyak merekrut pemuda lokal untuk dijadikan tentara dikesatuan angkatan udara Jepang. 8 Oleh karena itu, pada era penjajahan Jepang terjadi kelangkaan bahan pangan pokok dan krisis tenaga kerja sehingga perekonomian Tasikmalaya tidak mungkin berjalan dengan baik. Setelah penjajahan Jepang berakhir tahun 1945, rakyat Indonesia
memiliki
kesempatan
untuk
berperan
R.Z. Leirissa, dkk. Sejarah Perekonomian (Yogyakarta: Ombak, 2012) hlm. 89-90. 5
6
dalam
Indonesia.
Ibid. hlm 89-90.
Muhajir Salam. „Tasikmalaya Menjelang Abad XX’. Dalam Soekapoera Vol. 1, No. 01, 2013 (Tasikmalaya: Kopinkra Naratas, 2013) hlm 63. 7
Wawancara dengan mantan anggota OKD (Organisasi Keamanan Desa) yang bernama Encep, pada tanggal 25 oktober 2012, pukul 10:00 WIB di Sindangpalay, Indihiang, Tasikmalaya. 8
3
memulihkan perekonomian. Akan tetapi, setelah Soekarno dan Hatta
memproklamasikan
kemerdekaan
Indonesia
pada
17
Agustus 1945, tidak lebih dalam tempo dua bulan kemudian Belanda
dan
mengerahkan
sekutunya
kembali
kekuatan militer.
ke
Indonesia
dengan
Setelah itu meletus perang
Revolusi Indonesia yang terkenal dengan nama agresi militer pertama yang terjadi pada 1947 dan agresi militer kedua terjadi pada 1949. Akibatnya, perekonomian tidak bisa dijalankan dengan baik.
9
Hal
tersebut
menyebabkan
kelangkaan
bahan-bahan
produksi batik, terutama kain dan cat.10 Setelah Revolusi berakhir pada 1949, politik nasional pada 1950-an tidak serta merta membaik.11 Hal tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing melemah, terjadi distorsi
Bandingkan R.Z. Leirissa, dkk. op.cit., ; J.A.C Mackie. „Periode 1941-1965 Sebagai Selingan dalam Pembentukan Ekonomi Nasional: Bagaimana Sebaiknya Kita Menafsirkannya?‟. Dalam J. T. Linblad (editor). Fondasi Historis Ekonomi Indonesia. (Yogyakarta : Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada dan Pustaka Pelajar, 2002). 9
http://www.kompasiana.com/jurnalgemini/sehari-sehelai -benang-setahun-sehelai-sarung-koperasi-dan-industri-kerajinandi-tasikmalaya-awal-1950-an_551101818133117a3cbc6e40. Diakses pada Rabu, 29 Juli 2015 pukul 12:23 WIB. 10
11 Taufik
Abdullah. „Indonesianisasi: Sebuah Wacana dan Serentetan Peristiwa‟. Jurnal Lembaran Sejarah. Indonesianisasi dan Nasionalisasi Ekonomi. (Yogyakarta: Jurusan Sejarah dan Program Pasca Sarjana Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.2005), hlm. 2-8.
4
pasar
luar
perdagangan
negeri
karena
melemah,
dan
kontrol
pemerintah
kebijaksanaan
yang
terhadap diterapkan
pemerintah terhadap pajak import dan eksport yang cenderung pragmatis sehingga merugikan pengusaha lokal. 12 Hal tersebut diperparah ketika pemerintah menyatakan Demokrasi Terpimpin, adalah babak baru menuju ekonomi yang semakin kacau.13 Masih pada 1950-an, konflik DI-TII turut memperparah kondisi sosial-ekonomi Tasikmalaya. DI-TII merupakan gerakan radikal yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang
mempunyai
tujuan
untuk
mendirikan
Negara
Islam
Indonesia (NII). NII dideklarasikan pada 6 Agustus 1949 di Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Pada waktu itu, Tasikmalaya adalah salah satu daerah yang termasuk dalam kesatuan Republik Indonesia. Akibatnya deklarasi NII dianggap pemberontakan oleh pemerintah Republik Indonesia. Menanggapi hal itu, melakukan
resistensi.
Chiara
Formichi
mencatat
DI-TII
resistensi
pertama oleh DI-TII kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) terjadi pada bulan Januari dan Februari tahun 1949.
Howard Dick. „Ekonomi Indonesia Pada Tahun 1950-an: Kurs Beraneka, Jaringan Bisnis Serta Hubungan Pusat-Daerah‟. Dalam Sita Van Bemmelen dan Remco Raben. Antara Daerah dan Negara Indonesia Tahun 150-an. (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia dan KITLV Jakarta, 2011). hlm 39-45. 12
13
J.A.C Mackie, op.cit., hlm. 400-402. 5
Even though January and February 1949 witnessed attacks on several TNI battalions by Islamic soldiers around Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan and Majalengka, clear rules of engagement prohibited the Islamic Army from killing Republican troops, who were only to be relieved of their equipment and then dispersed.14
Selain itu, Het Dagblad memberitakan pada 12 Februari 1949 terjadi penyerbuan oleh gerombolan DI-TII ke Tasikmalaya yang berlangsung sekitar 12 jam.
15
Menurut Encep Sarjo,
kekacauan DI-TII di Tasikmalaya khususunya di Indihiang terjadi dalam skala besar. 16 Warga Indihiang terpaksa mengkonsumsi sampeu (singkong) untuk kebutuhan hidup sehari-hari karena beras milik warga dipaksa untuk diserahkan kepada DI-TII dan diancam apabila tidak menyerahkan akan dibunuh. sumber
lain,
perampasan
harta
benda,
17
Dalam
penculikan
dan
pembunuhan oleh DI-TII marak terjadi di desa-desa yang jaraknya
Chiara Formichi. Islam And The Making Of The Nation; Kartosuwiryo and Political Islam In Twentieth Century Indonesia. (Leiden: KITLV, 2012), hlm 127. 14
Het Dagblad, Sabtu 12 Februari 1949. Dalam http://kranten.delpher.nl/. Diakses pada Jumat 6 Juni 2014, pukul 23:00 WIB. 15
Wawancara dengan mantan anggota OKD (Organisasi Keamanan Desa) yang bernama Encep, pada tanggal 25 oktober 2012, pukul 10:00 WIB di Sindangpalay, Indihiang, Tasikmalaya. 16
17
Ibid.
6
jauh dari konsentrasi pasukan TNI. 18 Dampaknya, Tasikmalaya mengalami perubahan besar dalam ketersediaan tenaga kerja. Perubahan besar dalam ketersediaan tenaga kerja menyebabkan aktivitas di perkebunan, pabrik batik dan sektor-sektor lainnya terhenti sementara. 19 Selain itu, konflik menghambat aktifitas distribusi barang dan jasa dari Tasikmalaya dan ke Tasikmalaya. Pada periode 1949-1962 Tasikmalaya dilanda berbagai macam teror dan ancaman kejahatan oleh DI-TII. Tapi hanya pada 1955-an, teror DI-TII di Tasikmalaya terjadi dalam skala besar. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia merespon berbagai macam teror dengan memerintahkan TNI untuk menghancurkan jaringan DI-TII.
20
Pada 1959, dicanangkan strategi “pager bitis” (pagar
betis) untuk memojokkan DI-TII di atas gunung supaya tidak melakukan aksi kejahatan lagi. Dalam merealisasikan strategi
Bandingkan Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Penumpasan Pemberontakan DI/TII S.M Kartosuwiryo Di Jawa Barat. (Bandung: Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, 1982); A. Ruhimat, Biografi S.M Kartosoewirjo. (Yogyakarta: NARASI, 2009); Pinardi, Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo. (Jakarta: Aryaguna, 1964). 18
Wawancara dengan mantan anggota OKD (Organisasi Keamanan Desa) yang bernama Encep, pada tanggal 25 oktober 2012, pukul 10:00 WIB di Sindangpalay, Indihiang, Tasikmalaya. 19
Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, op.cit., ; A. Ruhimat, op.cit., 20
7
tersebut, kontak senjata malah terjadi lebih banyak. Hal tersebut menyebabkan banyak korban yang berjatuhan.21
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Konflik antara DI-TII dengan TNI yang terjadi di Tasikmalaya pada 1949-1962 diasumsikan berdampak terhadap perekonomian wilayah. Di satu sisi ekonomi dituntut mengembangkan mengikuti kebutuhan masyarakat dan pasar, tetapi di sisi lain kondisi keamanan di Tasikmalaya tidak stabil. Berdasarkan kondisi tersebut dapat ditarik satu pertanyaan pokok dalam hal apakah dan sejauh mana (pengaruh) gerakan radikal DI-TII terhadap kehidupan ekonomi Tasikmalaya. Berdasarkan pada uraian di atas memunculkan beberapa pertanyaan penelitian untuk menjawab pokok permasalahan. (1) Eskalasi konflik DI-TII dengan TNI terhadap ekonomi Tasikmalaya, bagaimana proses dari konflik memengaruhi perekonomian di Tasikmalaya? (2) Dalam hal dinamika industri dan tenaga kerja, sektor ekonomi apa dan siapa atau kelompok sosial mana saja yang terdampak konflik? (3) Dalam hal pengaruh konflik terhadap kuantitas dan kualitas ekonomi, seperti apa dampak konflik DISJARAHAD. No 9. DI/TII – 1962, OPS Pamungkas. 0043/D/03/01. 21
8
terhadap produksi, distribusi dan infrastruktur? (4) Respon masyarakat dalam konflik, strategi apa saja yang dilakukan masyarakat untuk bertahan hidup dalam gejolak konflik? Cakupan spasial dalam skripsi ini melingkupi seluruh Tasikmalaya karena DI-TII menjadikan Tasikmalaya sebagai salah satu daerah basis gerakan terpenting. Oleh sebab itu, pengaruh invasi
DI-TII
terhadap
kondisi
kehidupan
sosial-ekonomi
melingkupi Kabupaten Tasikmalaya maupun Kota Tasikmalaya. Cakupan temporal dalam skripsi ini adalah 1949-1962 ketika konflik DI-TII terjadi di Tasikmalaya. Penentuan batas awal temporal dalam skripsi ini adalah tanggal 6 Agustus 1949. Pada waktu ini, Kartosuwiyo mendeklarasikan NII. Selain itu, deklarasi itu merupakan simbol awal dari eksistensi DI-TII di Tasikmalaya. Batas akhir tempo dalam skripsi ini adalah tahun 1962. Tahun 1962 adalah akhir dari eksistensi DI-TII di Tasikmalaya yang ditandai oleh tertangkapnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Gunung Beber. 22
Pinardi. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo. (Jakarta: Aryaguna, 1964). hlm 171. 22
9
C. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menjelaskan
pengaruh
pergolakan politik tahun 1949 sampai 1962 terhadap kondisi sosial-ekonomi Tasikmalaya. Selain itu, Penelitian ini mencoba menganalisa sejarah perekonomian Tasikmalaya yang berkenaan dengan konflik DI-TII. Oleh karena itu, penelitian sejarah ini diharapkan mampu bermanfaat bagi perkembangan akademik, khususnya untuk studi bidang sejarah ekonomi dan wilayah. Selain itu, adanya penelitian ini semoga dapat menginspirasi penelitian mengenai Tasikmalaya selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka Penulisan mengenai Tasikmalaya dewasa ini cukup banyak dilakukan. Penulisan bertemakan sejarah sosial dan sejarah ekonomi pernah dilakukan oleh sarjana Universitas Padjajaran dan sarjana Universitas Gadjah Mada, seperti Amin Mudzakkir dalam skripsinya yang berjudul Kaum Santri Kota : Pengusaha, Perubahan Ekonomi, dan Islam di Kota Tasikmalaya, 1930-1980an. Amin memaparkan kehidupan santri dalam perekonomian Kota Tasikmalaya. Menurutnya santri tidak lepas dari sejarah perekonomian menguasai
Tasikmalaya.
beberapa
sektor
Kaum
santri
perekonomian
10
di
Tasikmalaya
penting
di
Kota
Tasikmalaya
seperti
pabrik
batik,
industri
payung
geulis,
perkebunan, kolom geulis dan banyak lagi. Selain itu, skripsi tersebut terfokus pada peran santri terhadap perubahan ekonomi Tasikmalaya. Oleh karena itu keterlibatan santri akan menjadi pembeda paling jelas dengan penelitian ini. Ada lagi yang membahas ekonomi Tasikmalaya yaitu Widyo Nugrahanto dalam laporan
penelitian
yang
berjudul
Perkreditan
Rakyat
di
Tasikmalaya pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda dan Republik
Indonesia
membahas
(1900-2003).
mengenai
perkembangan
Dalam
pengaruh
masyarakat
tulisannya
perkreditan
Tasikmalaya
kota
Widyo
terhadap maupun
di
pedesaan. Miftahul Falah beserta Nina H Lubis dan Agusmanon Yuniadi dalam sebuah laporan penelitiannya yang berjudul Pertumbuhan ekologi, politik, sosial, budaya dan ekonomi kota Tasikmalaya tahun 1832-1945. Laporan tersebut memaparkan tentang Tasikmalaya sebagai kota terpenting di Priangan Timur pada
masa
Kolonial.
Letaknya
yang
strategis
menjadikan
Tasikmalaya dipakai sebagai pusat pemerintahan. Menurut Nina, Miftahul dan Agusmanon perkembangan ekonomi Tasikmalaya kurang
begitu
memperlihatkan
menonjol,
tetapi
perkembangan
kehidupan yang
sosial-budayanya
signifikan,
dilihat
dari
bersaingnya media massa yang ada di Tasikmalaya dengan yang ada di kota lain, seperti Bandung.
11
Selain itu, ada pula penulisan mengenai Tasikmalaya yang terfokus pada bidang sosial-politik, salah satu contohnya adalah Perubahan Sosial Pesantren di Tasikmalaya pada Paruh Pertama Abad ke-20 (1905-1950) karya Nurul Hak. Karya ini menjelaskan tentang dinamika pesantren dalam merespon pemerintah yang berkuasa, budaya kolonial dan modernisasi dalam konteks makro. Pesantren yang menjadi objek tulisan tersebut adalah Cipasung dan Suryalaya. DI-TII banyak disinggung dalam tulisan tersebut dalam hal intervensi terhadap pesantren dan sebaliknya. Ada juga karya
Miftahul
Tasikmalaya
Falah
(1820-1942)
yang
berjudul
dari
Kota
Pertumbuhan
Distrik
Menjadi
Kota Kota
Kabupaten, menjelaskan mengenai perkembangan Tasikmalaya sejak datangnya kolonialisme ke Tasikmalaya. Dalam tulisan tersebut juga dijelaskan adanya perdebatan mengenai asal muasal Tasikmalaya
sebagai
pecahan
dari
distrik
Cicariang
atau
perkembangan dari Sukapura. Tulisan tersebut juga memaparkan aspek demografis sebagai topik utama. Setelah itu, karya dari C Santi Muji Utami dan Djoko Suryo yang berjudul Perdagangan Suatu Bentuk Kehidupan Ekonomi Kota tidak
luput
untuk
ditinjau.
Karya
Santi
dan
Djoko
ini,
menganalisis sarana pendukung perekonomian kota, seperti modal, kebijakan, barang, dan jasa. Tulisan tersebut juga tidak
12
lepas dari peran orang Tionghoa sebagai penggerak ekonomi kota. Ada lagi sebuah karya yang ditulis oleh Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia yang juga dapat ditinjau. Tulisan tersebut berjudul Penumpasan Pemberontakan DI/TII S.M Kartosuwiryo di Jawa Barat. Buku itu menceritakan penumpasan DI-TII yang dimulai sejak akhir 1950-an. Conelis Van Dijk, karyanya berjudul Darul Islam Sebuah Pemberontakan yang diterbitkan pada 1987. Garis besar buku ini menjelaskan gagasan pertama tentang ide NII, politik Darul Islam, Kartosoewirjo dan gerakan DI-TII. Banyaknya topik yang dibahas dalam buku tersebut, tak khayal buku ini sangat detail dalam menceritakan DI-TII walaupun tulisan Van Dijk ini cenderung bersifat politis. Ada karya lain yang ditulis oleh C.A.O Van Nieuwenhuijze yang berjudul The Dar ul-Islam Movement in Western Java. Karya dari Nieuwenhuijze ini merupakan tulisan pertama yang membahas tentang NII. Karyanya menjelaskan tentang Darul Islam sebagai fokus. Ia membahas dengan rinci mengenai Darul Islam dalam berbagai aspek. Ia menyebut gerakan Darul Islam sebagai komunis yang berkedok agama. Selain itu, politik propaganda DI-TII tak luput dibahas. Karya terbaru yang membahas sejarah DI-TII ditulis dengan baik oleh Chiara Formichi dengan judul Islam and The Making of The Nation : Kartosuwiryo
13
and Political Islam in 20th Century Indonesia diterbitkan pada 2012. Ia membahas lebih jauh respon pemerintah Indonesia terhadap politik Kartosuwiryo di Jawa Barat. Selain itu, ia juga membahas pengaruh gerakan DI-TII terhadap dinamika politik nasional dan mobilitas sosial di Jawa barat. Karya-karya yang sudah disebutkan tidak menekankan kepada aspek sejarah ekonomi sebagai fokus kajian secara eksplisit.
Sekalipun
ada, penulisan sejarah ekonomi belum
menganalisa lebih jauh mengenai ekonomi Tasikmalaya terutama saat gejolak DI-TII periode 1949-1962. Oleh karena itu, orisinalitas penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dibedakan pula dengan karya-karya yang sudah disebutkan dalam tinjauan pustaka.
E. Metode dan Sumber Sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu, adapula yang menyebutnya dekonstruksi masa lalu. Seseorang dapat dikatakan sejarawan apabila ia mempunyai karya. Dalam membuat karya, seorang sejarawan tidak dapat dipisahkan dengan metode sejarah, begitupun penulis. Metode sejarah ini meliputi pemilihan topik,
14
pengumpulan
sumber,
verifikasi
(kritik
sejarah,
keabsahan
sumber), interpretasi dan penulisan.23 Pengumpulan sumber sangat penting dilakukan untuk mencari informasi dan fakta suatu peristiwa sebanyak-banyaknya. Langkah pertama yang dilakukan adalah menelusuri arsip, surat kabar
dan
dokumen
lainnya
yang
menjelaskan
tentang
perekonomian tahun 1949 sampai 1962-an. Penelusuran ini dilakukan dibeberapa tempat, seperti Perpusnas (Perpustakaan Nasional), ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia), DISJARAHAD (Dinas Sejarah Angkatan Darat) dan perpustakaan daerah Provinsi Jawa Barat. Koleksi Arsip, surat kabar dan dokumen lainnya di empat tempat tersebut cukup lengkap dan menunjang penelitian. Penelusuran selanjutnya adalah mencari buku, jurnal, artikel-artikel, skripsi, tesis, desertasi, dokumen, dan laporan tahunan untuk menunjang penulisan secara langsung ataupun tidak
langsung.
Penelusuran
ini
dilakukan
di
beberapa
perpustakaan di Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta, di antaranya Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan daerah Jawa Barat, PERPUSNAS, ANRI dan sumber online seperti jstor.org.
Kuntowijoyo. Pengantar Bentang Pustaka, 1995), hlm 90. 23
15
Ilmu
Sejarah.
(Yogyakarta:
Tahap selanjutnya adalah kritik sumber, tujuannya untuk menguji keaslian dan kebenaran sumber yang telah didapatkan. Sumber
primer
dan
sekunder
akan
dikomparasikan
dan
diverifikasi sehingga menghasilkan sumber yang kredibel. Selain itu, kritik ini bertujuan untuk mencari keaslian sumber dan data kuantitatif yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Tahap sejarah.
selanjutnya
Interpretasi
ini
adalah sangat
interpretasi penting
dan
penulisan
dilakukan
untuk
memunculkan fakta-fakta baru yang selanjutnya ditulis menjadi penulisan sejarah. Patut
diketahui
sumber
primer
dalam
penelitian
ini
diantaranya laporan dari BPS (Badan Pusat Statistik), laporan tahunan perbankan, arsip dan sumber lisan. Selain itu, sumber sekunder dalam penelitian ini yaitu buku, jurnal, artikel, tesis, skripsi dan desertasi dipergunakan sebagai penuntun untuk menggambarkan situasi masyarakat pada 1949-1962.
F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini disusun dalam 5 bab. Bab pertama merupakan bab pengantar atau pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, ruang lingkup
16
dan permasalahan, tujuan
penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber, dan sistematika penulisan. Berikutnya bab dua, bab ini berisi mengenai DI-TII dan ekonomi Tasikmalaya sebelum 1949. Selanjutnya bab tiga, yaitu menjelaskan perkembangan industri dan tenaga kerja. Pada bab empat membahas mengenai sarana distribusi, transportasi dan infrastruktur. Bab lima adalah kesimpulan, berisikan hasil temuan dari penelitian ini.
17