BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Upaya membentuk manusia Indonesia seutuhkan tidak hanya dapat dicapai dari peningkatan pendidikan dan pelatihan di jalur pendidikan formal. Pembentukan SDM yang berkualitas juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pemahaman dan pengamalan berdasarkan dimensi spiritual. Masing - masing penduduk dengan agama yang dianutnya dapat melaksanakan ritual ibadah dalam rangka meningkatkan derajat kemanusiaan dan keluhuran budinya baik dari sisi hubungan secara vertikal maupun secara horizontal kepada sesama manusia. Salah
satu ajaran agama yang sangat dianjurkan dalam rangka
membentuk sumber daya manusia yang mempunyai nilai kebersamaan, tidak mementingkan
suku,
ras,
golongan,
kedudukan
dan
menomersatukan
persaudaraan dalam ajaran Islam adalah ibadah haji. Haji merupakan rukun Islam ke-5 dan yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang mampu seperti firman Allah SWT (QS 2 : 97) dalam bulan tertentu (QS 2 :197) dan dikerjakan secara sempurna (QS 2:196) serta dikerjakan di kota Makkah (QS 2:96). Dari tahun – ke tahun jumlah jama’ah haji Indonesia menunjukkan adanya kenaikan. Kenaikan jumlah jama’ah haji Indonesia yang signifikan ini mengakibatkan setiap tahunnya pemerintah perlu mengatur pemberangkatan dan jumlah jama’ah haji yang harus diberangkatkan. Jika diambil
1
2
rata – rata setiap tahun jumlah jama’ah haji Indonesia yang berangkat menunaikan rukun Islam kelima tersebut sebanyak 200.000 jama’ah. Ibadah haji dalam tata aturannya mempunyai syarat dan rukun yang harus dikerjakan secara sempurna. Untuk mencapai kesempurnaan tersebut setiap jama’ah tidak boleh berbuat, berkata kotor ( rafas), fasik dan berbantah-bantahan dan dalam keadaan aman. Dan untuk menuju kesempurnaan tersebut maka calon jama’ah haji harus mendapatkan pelajara n yang dikenal dengan manasik haji. Bahan pelajaran manasik haji telah dikemas oleh pemerintah dan dibagikan kepada calon jama’ah haji sejak mereka mendaftarkan diri sebagai calon jama’ah haji di Kantor Departemen Agama di daerah masing-masing calon jama’a h haji. Manasik pada dasarnya adalah memberikan pelajaran atau informasi kepada calon jama’ah haji mengenai tata cara melaksanakan ibadah haji di tanah Suci. Perlunya manasik haji ini karena calon jama’ah haji Indonesia sangat heterogen, baik pekerjaannya, usianya, asal daerahnya, pengetahuan tentang hajinya dan pendidikannya (Kabat, 1988). Dari tingkat pendidikannya lebih dari 57% tingkat pendidikan sekolah dasar, sebagian besar bukan lulusan pendidikan sekolah agama Islam. Dengan demikian maka bahan pelajaran yang disampaikan sudah barang tentu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Apalagi bahan mata pelajarannya banyak yang ditulis dalam huruf Arab serta berbahasa Arab yang tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Manasik haji setiap tahun hanya disampaikan selama 3 kali tatap muka oleh Departemen Agama menjelang keberangkatan dan dalam bentuk ceramah umum. Sudah barang tentu cara yang demikian tidak efektif karena materi hanya
3
disampaikan satu arah tanpa ada dialog. Sehingga materi yang disampaikan kurang dapat mencapai tujuannya, yang berakibat kesempurnaan haji tidak tercapai. Dengan demikian, ini sangat perlu adanya pengembangan dalam metode manasik yang sudah sekian lama diterapkan pada calon jama’ah haji. Pengembangan metode diharapkan dapat meningkatkan mutu calon jama’ah haji baik dari sisi pemahaman akan tata cara berhaji maupun perilaku. Tetapi pada kenyataannya masih banyak jama’ah haji Indonesia yang masih belum sepenuhnya memahami tata cara peribadatan haji. Hal ini tampak pada tragedi Mina tahun 2004, jumlah jama’ah haji Indonesia yang meninggal (200 orang) lebih banyak dibandingkan jama’ah haji dari negara lain. Hal ini disebabkan tidak patuhnya jama’ah haji Indonesia akan peraturan yang ditetapkan pemerintah Saudi Arabia. Kondisi ini berbeda dengan pengaturan jama’ah haji di Malaysia. Pelaksanaan bimbingan ibadah haji (manasik haji) dilakukan kurang lebih 2 tahun sebelum calon haji berangkat. Secara teknis pelaksanaan bimbingan ibadah haji sudah dilaksanakan saat mereka mendaftarkan diri pada pihak bank yang ditunjuk pemerintah, sehingga kemungkinan untuk melakukan pembinaan pada peserta calon haji dapat dilakukan jauh – jauh hari. Tujuan pemerintah Malaysia untuk memberikan pemahaman tentang tata cara haji secara lebih menyeluruh dan pembinaan mentah pasca kepulangan dari menunaikan rukun Islam kelima tersebut. (Republika, Februari : 2004) Sedangkan dari sisi perilaku masih banyak terjadi walaupun mereka sudah pulang menunaikan ibadah haji (apalagi yang menjadi tokoh baik tokoh politik
4
maupun LSM), ucapannya sering menimbulkan kegelisahan. Mereka masih dengan bangga merusak lingkungan dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa harapan calon jama’a h haji dan jama’ah haji mengenai model pelatihan bimbingan ibadah haji yang terkait dengan peserta, materi, metode, pelatih, dan lama latihan yang ada di Kabupaten Gresik ? 2. Apa model pelatihan bimbingan ibadah haji yang sesuai dengan harapan jama’ah haji d i Kabupaten Gresik ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengembangkan model pelatihan bimbingan ibadah haji yang sesuai di Kabupaten Gresik 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis permasalahan dan harapan calon jama’ah haji dan jama’ah haji mengenai model pelatihan bimbingan ibadah haji yang terkait dengan peserta, materi, metode, pelatih, dan lama latihan di Kabupaten Gresik 2. Menggali harapan calon jama’ah haji dan jama’ah haji tentang pelatihan bimbingan ibadah haji yang terkait dengan peserta, materi, metode, pelatih, dan lama latihan yang ada di Kabupaten Gresik
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi Akademis
1. Memberikan masukan kepada pemerintah dan calon jama’ah haji tentang pelajaran ibadah haji yang mudah diterima dan bagi calon jama’ah haji 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjelaskan model pelatihan bimbingan ibadah haji di Kabupaten Gresik untuk meningkatkan SDM pelatihan bimbingan ibadah haji. 3. Menjadi dasar penelitian selanjutnya, terutama dalam pelatihan bimbingan ibadah haji
1.4.2
Bagi Pelatih Dapat memberikan pengetahuan tentang peranan pelatihan terhadap
bimbingan ibadah haji
1.4.3
Bagi Departemen Agama
1. Sebagai bahan masukan untuk penyusunan materi, metode, pelatih dan lama latihan yang sesuai dengan keinginan calon jama’ah haji dan jama’ah haji di Kabupaten Gresik.