BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Di masa yang semakin berkembangnya demokrasi dan birokrasi seperti saat
ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam berbagai informasi dan transaksi ekonomi atau keuangan adalah sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan agar terciptanya kepercayaan yang besar terhadap perusahaan. Oleh karena itu diperlukannya suatu tata kelola perusahaan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, dimana kondisi ini disebut Good Corporate Governance (GCG). Isu tentang tata kelola perusahaan ¡ni berkembang sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997. Krisis keuangan yang terjadi bukan hanya menyerang Indonesia tetapi menyerang negara-negara yang ada di Asia ini dipandang karena lemahnya praktik Good Corporate Governance di negara-negara Asia (Tjager, 2003). Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan Internasional Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan mengintroduksir konsep Good Corporate Governance (GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat. Konsep ini diharapkan dapat melindungi pemegang saham (stockholders) dan kreditor agar dapat memperoleh kembali investasinya. Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ABD) menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di Negaranegara Asia, termasuk Indonesia, adalah (1) mekanisme pengawasan dewan 1
2
komisaris dan komite audit suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan (2) pengelolaan perusahaan yang belum professional. Dengan demikian, penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengakibatkan kepentingan stakeholders (sutedi, 2011) Di Indonesia ada beberapa kasus yang memperlihatkan masih lemahnya praktik Good Corporate Governance. Salah satunya adalah kasus (www.bumn.go.id, 03/12/2007) PT Pindad dalam menuju Kemandirian industri pertahanan belum tercapai. Pengalaman selama ini telah membuktikan bagaimana ketergantungan terhadap produk negara asing banyak merugikan PT. Pindad. Memang tidak satupun negara didunia ini yang sanggup mandiri secara hakiki dalam melengkapi kebutuhannya, tetapi sudah waktunya PT. Pindad mengurangi ketergantungan itu dengan memanfaatkan produk pabrikan dalam negeri dan tidak selalu mengandalkan produk negara asing untuk melengkapi kebutuhan alat utama sistem senjata (Alutsista) PT. Pindad menuju kemandirian industri pertahanan. Sisi lain, kemandirian perlu didukung oleh penerapan good corporate governance, kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan teknologi yang saling berkaitan. Penerapan good corporate governance yang mandiri dapat dikelola tanpa adanya bantuan apapun dari pihak luar, Sumber daya manusia yang memiliki kreatifitas, inovatif, percaya diri serta terampil berkomunikasi dan bekerja sama, merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan produksi dan penciptaan produksi. Dalam hal tersebut, diperlukan pula penguasaan teknologi dan jaminan logistik serta
3
kemampuan pengembangan produk baru. Penelitian dan pengembangan diperlukan untuk memungkinkan temuan-temuan baru dan mengatasi berbagai masalah secara optimal. Profesionalisme merupakan suatu kredibilitas, profesionalisme pada auditor internal merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan perusahaan yang sehat (Herawati, 2013). Memiliki sikap profesionalisme seorang auditor internal dalam menjalankan perannya akan semakin terjamin dan dapat bertanggung jawab, karena apabila seorang auditor internal tidak berperilaku profesional maka akan dapat mempengaruhi integritas akan apa yang telah dihasilkannya. Beberapa fenomena yang terjadi
sebagian besar diakibatkan oleh auditor internal yang tidak bisa
mempertahankan sikap profesionalisme dalam pelaksanaan tugasnya (Herty Safitri, 2010). Standar profesionalisme auditor internal menurut (Hery, 2013) ada 4 yaitu Pertama Independensi, Auditor internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian auditor internal sangat penting terutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak. Hal ini hanya dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif dari para auditor internal. Kedua Kemampuan Profesional, Audit internal harus dilaksanakan secara ahli dan dengan ketelitian profesional. Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh setiap auditor internal. Dalam setiap pemeriksaan, pimpinan audit internal haruslah
4
menugaskan orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik, perpajakan, dan hukum, yang memang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. Ketiga Lingkup Pekerjaan, Lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi. tujuan utama pengendalian internal adalah untuk keandalan informasi, kesesuaian dengan berbagai kebijakan, perlindungan terhadap aktiva organisasi, penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien, dan tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Keempat pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, Kegiatan pemeriksaan meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan, dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan tugas pemeriksaan. Untuk hal tersebut, pemeriksaan internal akan melakukan analisis-analisis dan penilaian serta memberikan rekomendasi dan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance (pada tiga perusahaan BUMN dibidang Industri kota Bandung.”
5
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut penulis mengidentifikasi
masalah yang diteliti adalah: 1. Bagaimana Profesionalisme Auditor Internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. 2. Bagaimana Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung 3. Apakah profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan terhadap Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai Profesionalisme Auditor Internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung.
6
1.4
Kegunaan penelitian 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat rnenambah wawasan dan pengetahuan serta
memperoleh
gambaran
nyata,
khususnya
mengenal
pengaruh
profesionalisme auditor internal terhadap Good Corporate Governance. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan solusi bagi perusahaan BUMN untuk lebih meningkatkan profesionalisme auditor internal terhadap Good Corporate Governance. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Guna memperoleh data yang objektif sebagaimana yang di perlukan dalam
menyusun skripsi ini. Maka penulis melakukan penelitian pada beberapa perusahaan BUMN di Bandung: 1. PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), Jl. Moch. Toha No.77 Bandung 2. PT. PINDAD (Persero), Jl. Jend Gatot Subroto No.517 Bandung 3. PT. LEN Industri Jl. Soekarno Hatta 442 Bandung
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit Internal Audit merupakan pengendalian manajemen serta pendukung utama untuk
tercapainya pengendalian internal dalam suatu organisasi. Selama melaksanakan kegiatannya, audit harus bersikap objektif dan kedudukannya dalam organisasi harus bersifat independen. 2.1.1
Pengertian Audit Internal Audit Internal mempunyai peranan yang cukup penting dalam suatu
organisasi seperti yang dikemukakan oleh Hery (2010:33) merupakan suatu rangkaian proses dan teknis dimana karyawan suatu perusahaan mencari kepastian atas keakuratan informasi keuangan dan jalannya operasi sesuai dengan yang ditetapkan. Disamping meningkatkan keandalan informasi dan memastikan dipatuhinya kebijakan manajemen, lingkup pekerjaan audit internal juga meliputi perlindungan terhadap harta perusahaan dan penilaian terhadap apakah penggunaan sumber daya telah dilakukan secara ekonomis dan efisien. Pengertian audit internal yang dikemukakan oleh Sawyer, secara garis besar sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO) yaitu : “Internal audit is the process affected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objective in: 1) effectiveness and efficiency
8
operations, 2) reability of financial reporting, 3) the compliance with applicable laws and regulations.” (Arens, 2008:65) COSO mendefinisikan audit internal sebagai suatu proses yang dijalankan dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dari suatu organisasi didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian: 1) efektivitas dan efisiensi operasi, 2) keandalan laporan keuangan, 3) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Pengertian audit internal banyak dikemukakan oleh para ahli audit. Pada intinya semua memandang audit internal sebagai suatu fungsi yang independen, yang memberikan pelayanan kepada organisasi dalam menilai sistem pengendalian intern suatu perusahaan. 2.1.2
Tujuan Audit Internal Pernyataan tujuan audit internal pun dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2006:
2) sebagai berikut: ”Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Untuk itu pemeriksa internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.” Keseluruhan tujuan dari audit internal menurut Hery (2013:32) yaitu: “keseluruhan tujuan pemeriksaan intern adalah membantu segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggungjawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa.”
9
Untuk mencapai keseluruhan tujuan ini, maka auditor internal harus melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut: a. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi lainnya. b. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan. c. Memeriksa
sampai
sejauh
mana
aktiva
perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian. d. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan. e. Menilai prestasi kerja para pejabat/ pelaksana dalam menyelasaikan tanggungjawab yang telah ditugaskan. 2.1.3
Ruang Lingkup Audit Internal Menurut Arens (2008:123) Audit Internal meliputi lima kategori atau
komponen pengendalian yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan jaminan bahwa sasaran basil pengendalian manajemen akan terpenuhi, yakni: 1 . Lingkungan kendali. 2. Penilalan risiko. 3. Aktivitas pengendalian. 4. Informasi dan komunikasi.
10
5. Pengawasan. Terdapat ruang lingkup dalam internal audit didalam buku Hery (2013:62): “Ruang lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecakupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi.” Ruang lingkup audit internal menurut
Institut of Internal Auditor (IIA)
mencakup pendekatan sistematis yang dirancang untuk mengevaluasi dan meningkatan kecukupan atau kememadaian dan keefektifan manajemen resiko, pengendalian, pengelolaan organisasi serta kualitas dari kinerja organisasi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam organisasi. Lingkup pengendalian audit internal yang dimuat dalam SPAI (2004: 13) adalah sebagai berikut: “Fungsi audit internal melakukan evaluasi danmemberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.” 2.1.4
Wewenang dan Tanggungjawab Audit Internal Wewenang dan tanggungjawab audit internal harus dinyatakan secara tegas
dalam dokumen tertulis yang formal. Wewenang dan tanggungjawab dari fungsi audit internal ini dimuat dalam suatu Internal Audit Charter. Charter tersebut harus mendapat persetujuan dari Direktur Utama dan Dewan Komisaris. Berikut ini merupakan salah satu kewenangan yang dimiliki auditor internal menurut (Hiro Tugiman,2006:79) : “Pimpinan audit internal bertanggung jawab untuk memperoleh persetujuan dari manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis yang formal untuk bagian audit internal.”
11
Tanggungjawab dari auditor internal yang dikemukakan oleh (Amin Widjadja Tunggal, 2005: 21) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Direktur audit internal memiliki tanggungjawab dalam menetapkan program audit internal organisasi. Direktur audit internal bertugas untuk mengarahkan personil atau karyawan dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal yang menyiapkan rencana tahunan, untuk memeriksa semua unit organisasi beserta aktivitas yang telah dilakukan organisasi. Direktur audit internal menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan. 2. Auditing supervisor memiliki tanggungjawab dalam membantu direktur auditor internal dalam mengembangkan program audit tahunan yang telah dibuat dan membantu dalam mengkoordinasi kinerja pihak auditing dengan auditor independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai. 3. Tanggungjawab senior auditor adalah menerima program audit dan instruksi untuk area audit yang telah ditugaskan oleh auditing supervisor. Senior auditor memimpin staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit, dengan memantau dan memberikan instruksi yang telah ia terima, agar pelaksanaan audit dapat berjalan sesuai. 4. Tanggungjawab staf auditor adalah melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit sesuai dengan aturan dan intruksi yang diterimanya. Dari pernyataan di atas auditor internal tidak mempunyai wewenang untuk memberi perintah langsung pada pegawai-pegawai bidang operasi. Dengan demikian
12
terlihat jelas bahwa audit internal hanya bertanggungjawab sebatas penilaian yang dilakukannya, sedangkan tindakan koreksinya merupakan tugas dari manajemen. Peran auditor internal menurut Iman S. Tunggal dan Amin W. Tunggal (2002:49), adalah sebagai Compliance Auditor dalam hal ini auditor internal bertanggungjawab kepada direktur utama dan mempunyai akses kepada komite, memonitor pelaksanaan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi, mengevaluasi sistem pengendalian internal, memelihara dan mengamankan aktiva perusahaan dengan meminimalisir resiko yang terjadi, serta menelaah kinerja korporat melalui mekanisme audit keuangan dan audit operasional. Selain itu, audit internal juga berperan sebagai Internal Business Consultant dalam hal ini audit internal membantu komite audit dalam menilai resiko dengan memberi nasihat pada pihak manajemen, melaksanakan fungsi konsultan dan memastikan pelaksanaan corporate governance, serta menelaah peraturan corporate governance minimal dalam setahun sekali. 2.1.5
Profesionalisme Auditor Internal Rangkuman norma praktek professional audit internal menurut Hiro Tugiman
(2001:27) yaitu: 1. Independensi: audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya. a. Status organisasi: status organisasi dari unit audit internal (bagian pemeriksaan internal) haruslah memberi keleluasaaan untuk memenuhi
13
dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya. b. Objektivitas:
para pemeriksa internal
(internal
auditor) haruslah
melaksanakan tugasnya secara objektif. c. Kemampuan Profesional: audit internal harud mencerminkan keahlian dan ketelitian professional. 2. Audit internal: a. Kesesuaian dengan standar profesi: pemeriksa internal (internal auditor) haruslah mematuhi standar professional dalam melakukan pemeriksaan. b. Pengetahuan dan kecakapan: para pemeriksa internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. c. Hubungan antarmanusia dan komunikasi: para pemeriksa internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif. d. Pendidikan berkelanjutan: para pemeriksa internal harus mengembangkan kemampuan terknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan. e. Ketelitian professional: dalam melakukan pemeriksaan, para pemeriksa internal
haruslah
bertindak
dengan
ketelitian
professional
yang
sepatuhnya. 3. Lingkup pekerjaan: lingkup pekerjaan pemeriksa internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem
14
pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. a. Keandalan informasi: pemeriksa internal haruslah memeriksa keandalan (reabilitas dan integritas) infromasi keuangan dan pelaksanaan pekerjaan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mengindentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan suatu informasi tersebut. b. Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur dan peraturan perundang-undangan: pemeriksa internal haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan,rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang memiliki akibat penting terhadap pekerjaan-pekerjaan atau operasioperasi, laporan-laporan serta harus menentukan apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut. c. Perlindungan terhadap harta: pemeriksa internal haruslah memeriksa alat atau cara yang digunakan untuk melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi. d. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien: pemeriksa internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. e. Pencapaian tujuan: pemeriksa internal
haruslah menilai pekerjaan,
operasi, atau program untuk menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu
15
pekerjaan, operasi, atau program telah dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana. 4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan: kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan
pemeriksaan
pengujian,
serta
pengevaluasian
informasi,
pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up) a. Perencanaan pemeriksaan: pemeriksa internal haruslah merencanakan setiap pemeriksaan. b. Pengujian dan pengevaluasian informasi: pemeriksa internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasi, dan membuktikan kebeneran informas untuk mendukung hasil pemeriksaan. c. Penyampaian hasil pemeriksaan: pemeriksaan internal harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaanya. d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan: pemeriksa internal harus terus meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap temuantemuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan lanjut yang tepat. 5. Manajamen bagian audit internal: pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. a. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab: pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.
16
b. Perencanaan: pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. c. Kebijakaan dan prosedur: pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa. d. Manajemen personil: pimpinan audit internal harus menetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagia audit internal. e. Auditor eksternal: pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha-usaha atau kegiatan audit internal dengan auditor eksternal. f. Pengendalian mutu: pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal. Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi Standards Professional Practice Internal Auditing yang telah ditetapkan oleh The Institute ofInternal Auditors dalam Hery (2013), antara lain: 1. Standar atribut: berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit internal. Standar ini berlaku untuk semua penugasan. 2. Standar kinerja: menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar kinerja ini memberikan praktik-
17
praktik terbaik dalam pelaksanaan audit, mulai dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut. Standar ini berlaku untuk semua penugasan 3. Standar implementasi: hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar yang diterbitkan adalah standar implementasi untuk kegiatan assurance, kegiatan consulting, kegiatan investigasi, dan standar implementasi atas control self sassessment. Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja yang profesional. Kualitas profesionalisme didukung oleh ciri-ciri sebagai berikut (Asikin, 2006): a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal. b. Meningkatkan dan memelihara profesionalnya. c. Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya. d. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesionalnya 2.1.6
Kode Etik Profesi Audit Internal Menurut Hery (2013,46) bagi Kode Etik Profesi Audit Internal membuat
standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Isi dari Kode Etik Profesi Audit Internal adalah sebagai berikut: a. Auditor internal harus menunjukan kejujuran, objektivitas, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesinya.
18
b. Auditor internal harus menunjukan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani, namun secara sadar tidak boleh terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum. c. Auditor secara sadar tidak boleh terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya. d. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya, atau kegiatankegiatan
yang
dapat
menimbulkan
prasangka,
yang
meragunakan
kemampuanya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab profesi secara objektif. e. Auditor internal tidak boleh menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun, ataupun mitra bisnis organisasinya, yang patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya. f. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya. g. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya (tidak boleh menggunakan informasi rahasia yang dapat menimbulkan kerugiaan terhadap organisasinya untuk mendapatkan keuntungan pribadi).
19
h. Auditor internal harus mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya dalam melaporkan hasil pekerjaanya, karena fakta yang tidak diungkap dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang di-review atau dengan kata lain tidak berusaha menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum/peraturan. i. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan efektivitas, serta kualitas pelaksanaan tugasnya (dengan kata lain wajib mengikuti pendidikan professional secara berkelanjutan). 2.2
Good Corporate Governance Good corporate governance adalah aspek penting dalam suatu organisasi
karena merupakan suatu sistem mengenai bagaimana suatu usaha dikelola dan diawasi. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi berusaha mewujudkan good corporate governance agar tujuan yang telah ditentukan dapat dapat tercapai. 2.2.1
Pengertian Good Corporate Governance Governance yang terjemahannya adalah pengaturan yang dalam konteks
Good Corporate Governance (GCG) ada yang menyebut tata pamong. Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan stuktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal, Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntanbilitas perusahaan guna mewudjukan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika (Sutedi, 2013:1).
20
Komisi Nasional GCG Indonesia mendefinisikan bahwa GCG merupakan pola hubungan, sistem serta proses yang digunakan organ perusahaan (direksi, komisaris) guna memberi nilai tambah kepada pemegang saham secara bersinambung dalam jangka panjang, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders Iainnya. Menurut Bank Dunia (World Bank) dalam Effendi (2009:1) mengatakan bahwa: “Good Corporate Governance (GCG) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.” Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengatur, mengelola, dan mengevaluasi proses pengendalian usaha yang berjalan secara berkesinambungan untuk menaikkan nilai tambah dengan pola kerja manajemen yang bersih. 2.2.2
Tujuan Good Corporate Governance Dalam KEPMEN BUMN NO.117/M-MBU/2002 tentang penerapan GCG di
BUMN, dijelaskan bahwa: "Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN bertujuan untuk: 1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip Keterbukan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
21
2. Mendorong pengelola BUMN secara profesional, transparan, dan efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ. 3. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
yang
berlaku,
serta
kesadaran
akan
adanya
tanggungjawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan sekitar BUMN. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan ikiim, investasi nasional. 6. Mensukseskan program privatisasi.” Menurut Sutojo dan Aidridge (2005: 4) GCG memiliki empat tujuan, yaitu: 1. Melindungi hak dan kepentingan stakeholders. Beberapa kasus dunia telah membuktikan betapa pentingnya penerapan GCG dalam perusahaan. Kasus-kasus yang ada melibatkan CEO (Chief Executive Officers) beberapa perusahaan terkenal di dunia seperti Enron (USA) dan Baring Furniture (Singapore) dimana CEO perusahaan tersebut telah menyalahgunakan jabatan mereka dengan merugikan para stakeholders mereka yang mengakibatkan berbagai kepentingan para stakeholders tidak terlindungi. 2. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.
22
Peningkatan nilai perusahaan dItandai antara lain oleb peningkatan nilai modal sendiri. Modal sendiri adalah sumber dana perusahaan yang dimiliki pemegang saham yang terdiri clan modal yang disetor dan laha ditahan. Peningkatan jumlah modal sendiri dan tahun ke tahun dapat meningkatkan kepercayaan investor dan kreditor untuk menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. 3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Dewan Pengurus atau Board of Director dan manajemen perusahaaan. Dengan
diterapkannya
GCG
dalam
perusahaan
diharapkan
dapat
meningkatkan efisiensi dan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan selalu mengetengahkan etika bisnis dan moral, ketentuan hukum, yang berlaku dan kepentingan masyarakat dalam setiap tindakan dan keputusan penting. 4. Meningkatkan mutu hubungan Board of Director dengan manajemen senior perusahaan. Hal ini sejalan dengan definisi GCG yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tujuan dari GCG adalah untuk meningkatkan kualitas hubungan diantara para stakeholders dan manajemen. 2.2.3
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Dalam SK Menteri BUMN tersebut (Bab II) juga memuat mengenai prinsip
dan tujuan dari pada penerapan GCG dalam lingkungan badan usaha milik Negara menurut Hery (2013:12) sebagai berikut:
23
1. Transparansi (Transparency) Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Kemandirian (Independence) Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun. 3. Akuntabilitas (Accountability) Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawaban (Responsibility) Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (Fairness) Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder. Prinsip Good Corporate Governance menurut Komisi Nasional GCG Indonesia adalah: a. Transparansi (Transparency) Prinsip transparansi adalah untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
24
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Informasi yang disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya (transparency), tanpa rekayasa oleh pihak manapun. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, tidak terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
25
d. Kebijakan
perusahaan
harus
tertulis
dan
secara
proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. b. Akuntabilitas (Accountability) Prinsip akuntabilitas membuat perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.Usaha yangdilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini antara laindenganmemisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan tanggungjawab masing-masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ perusahaan mampumelaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masingmasing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan. b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
26
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system). e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berdasarkan pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati. c. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan
harus
mematuhi
peraturan
perundang-undangan
serta
melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws). b. Perusahaan harus melaksanakan tanggungjawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. d. Independensi (Independency)
27
Prinsip independensi adalah untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independensi berarti bebas dari segala pengaruh dan tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif. Pedoman Pokok Pelaksanaan: a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam
melaksanakan
kegiatannya,
perusahaan
harus
senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Perusahaan dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang saham secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas.
28
Pedoman Pokok Pelaksanaan: a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk
memberikan
masukan
dan
menyampaikan
pendapat
bagi
kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik. 2.2.4
Manfaat Good Corporate Governance Bank Dunia menyatakan bahwa bagi perekonomian dunia, tata kelola
perusahaan yang tepat sama pentingnya dengan tata kelola negara yang tepat. Bank Dunia juga menyadari bahwa corporate governance yang kuat akan menghasilkan kemajuan social yang baik. Menurut Hery (2013:4) Ada 5 manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance, yaitu sebagai berikut: 1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turun membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.
29
2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional dalam hal menarik modal investor dan kreditor dosmetik maupun internasional. 3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam me-mastikan/ menjamin bahwa perusahaan telah taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan. 4. Membantu manajemen dan corporate board dalam pemantauan penggunaan asset perusahaan. 5. Mengurangi korupsi. Manfaat dan GCG yang optimal tidak sama dan satu perusahaan ke perusahaan lainnya bahkan pada perusahaan publik sekalipun, dikarenakan perbedaan faktor-fakor intern perusahaan, termasuk riwayat hidup perusahaan. jerns usaha bisnis, jenis risiko bisnis, struktur permodalan dan manajemennya. Sutojo dan Aidridge (2005:7) Secara rinci beberapa manfaat yang dapat diambil dan penerapan GCG adalah: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang Iebih baik, meningkatkan efìsiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stake holders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
30
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan nilai saham dan dividen. 2.2.5
Keterkaitan Audit Internal dan Good Corporate Governance Good Corporate Governance ternyata sangat membutuhkan peran akuntan
perusahaan baik peran dari akuntan manajemen maupun peran auditor internal. Adapun auditor internal yang bertugas meneliti dan mengevaluasi bekerjanya Sistem akuntansi, disamping menilai seberapa jauh kebijakan dan program kerja manajemen dijalankan. Audit internal memiliki peran penting dalam perusahaan. audit internal merupakan salah satu profesi yang menunjang terwujudnya GCG saat ini dan telah berkembang menjadi komponen utama dalam mewujudkan pengelolaan perusahaan secara
sehat.
bahkan
untuk
pengendalian
korporasi
yang
lebih
luas.
pertanggungjawaban bagi publik ditampilkan dengan kewajiban pembentukan audit internal dan dewan audit. Dalam penelitian Anggraeni (2006), President Chartered Institute of Maizagemenl Accountant (CIMA), David MelvilI (Media Akuntansi: 2000), mengatakan bahwa guna menjamin Efektivitas GCG diperlukan sebuah cara, hal tersebut harus dilakukan secara kolektif oleh pekerjaan didalam tingkatan-tingkatan yang berbeda. Upaya melakukan GCG dapat dilakukan jika masing-masing pihak dalam perusahaan menyadari perannya untuk mewujudkan GCG. Audit internal dapat berperan dalam:
31
1. Membantu dewan dalam menilai risiko dan memberi nasehat kepada pihak manajemen. 2. Mengevaluasi Sistem Pengawasan Internal dan bertanggungjawab kepada komite audit. 3. Menelaah peraturan corporate governance minimal satu tahun sekali. Keterlibatan antara audit interna! dengan GCG bisa dilihat dan segi definisi, ruang lingkup dan tanggungjawab audit internal dihubungkan dengan prinsipprinsip GCG. Dilihat dan defrnisinya, audit internal adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan keyakinan serta meningkatkan kegiatan operasi perusahaan, audit internal membantu organisasi dalam mencapai tujuan mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko. pengendalian. serta proses pengaturan dan pengelolaan organisasi. Dan definisi ¡tu dapat tersirat tujuan audit internal adalah membantil seluruh anggota manajernen agar dapat Melaksanakan tanggungjawabanya secara efektif, dengan jalan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi, saran dan keterangan dari operasi atau aktivitas perusahaan yang diperiksanya. Ada 4 (empat) aktivitas utama audi internal, yaitu: 1. Compliance 2. Operational 3. Verification 4. Evaluation
32
Tampak jelas adanya suatu hubungan antara audit internal dengan prinsipprinsip GCG. Semua aktivitas, tujuan, dan ruang lingkup audit internal dapat mendukung terwujudnya GCG. 2.3
Kerangka Pemikiran Perwujudan
Good Corporate Governance ternyata sangat membutuhkan
peran akuntan perusahaan, baik peran dari akuntan manajemen maupun peran auditor internal. Auditor internal yang bertugas meneliti dan mengevaluasi bekerjanya sistem akuntansi disamping menilai seberapa jauh kebijakan dan program kerja manajemen dijalankan memiliki peran yang penting dalam perusahaan. Auditor sebagai salah satu profesi yang menunjang terwujudnya Good Corporate Governance saat ini telah menjadi komponen utama dalam mewujudkan pengelolaan perusahaan secara sehat. Bahkan untuk pengendalian korporasi yang lebih luas, pertanggungjawaban bagi publik ditampilkan dengan kewajiban pembentukan Auditor Internal dan Dewan Audit (Hasnati, 2004). Keterkaitan antara profesionalisme auditor internal dengan GCG bisa dilihat dari peran auditor internal itu sendiri yang tercermin dari definisi, tujuan, ruang lingkup, wewenang, tugas, dan tanggungjawab auditor internal yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip GCG. Dilihat dari definisinya, auditor internal adalah sebagai orang yang independen yang memberikan penilaian yang objektif terhadap kegiatan operasi perusahaan. Terdapat empat aktivitas utama audit internal yaitu compliance, operational, verification, dan evaluation (Hesti Yolanda, 2009). Sudah terlihat suatu hubungan antara profesionalisme auditor internal dengan prinsip-prinsip GCG, semua
33
aktivitas, tujuan, dan ruang lingkup audit internal dapat meningkatkan pelaksanaan GCG. Pelaksanaan audit internal merupakan salah satu upaya perusahaan dalam mewujudkan GCG. Keberadaanya untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan sebagai fungsi yang independen dengan menciptakan sikap profesional dalam setiap aktivitasnya. Dan uraian tersebut, maka dapat menjelaskan betapa pentingnya peranan internal audit didalam suatu perusahaan untuk dapat menunjang GCG dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam pernyataan di atas dapat disimpulkan pengaruh profesionalisme auditor internal dapat menunjang
GCG di perusahaan. Profesionalisme auditor internal
diharapkan dapat memberikan kontribusi penting yaitu informasi yang diperlukan oleh manajemen perusahaan dalam menilai dan memberikan saran sehingga dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan GCG tersebut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merancang model kerangka pemikiran dibawah ini: Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Profesionalisme Auditor Internal
Good Corporate Governance
34
Variabel (Y)
Variabel (X) 1.
Independensi
a. Transparansi
2. Kemampuan Profesional
b. Kemandirian
3. Lingkup Pekerjaan
c. Akuntabilitas
4. Pelaksanaan
Kegiatan
Pemeriksaan
d. Pertanggungjawaban e. Kewajaran
5. Manajemen Bagian Audit
Sumber: Potret Profesi
Sumber: Standar Profesi Audit
Audit Internal. Hery,2010
Internal. Hiro Tugiman 2006
Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance
2.3.1
Pengembangan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan identifikasi masalah maka dapat ditarik
hipotesis penelitian dibawah ini: a. H0 :
profesionalisme audior internal tidak berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance
b. Ha :
profesionalisme audior internal berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance
35
2.3.2 No.
Peneliti Terdahulu Peneliti
Judul
Sampel
Hasil Penelitian
Penelitian 1.
Astri Rahayu
Pengaruh
(2012)
Profesionalisme pada level
Internal pada PT.Pos
Auditor Internal menengah
Indonesia secara umum
terhadap
telah dilaksanakan
Efektivitas Good Corporate Governance
30 orang
management. kepala devisi, staf pad devisi terkait dan satuan pengawasan
Profesionalisme Auditor
secara memadai, hal ini dilihat dari nilai ratarata yaitu 3,42 yang berada pada interval 3,40-4,19 yang artinya memadai.
internpada PT.Pos Indonesia 2.
Ayuthia
Pengaruh
90 orang
Hasil penelitian
Ramadhani
Faktor-Faktor
responden
menunjukan bahwa
Herman(2013) Auditor Internal ditujukan
faktor-faktor audit
terhadap
kepada
internal berpengaruh
Pelaksanaan
satuan
secara signifikan
Good
pengawasan
terhadap pelaksanaan
Corporate
intern pada
good corporate
Governance
BUMN di
governance pada
Kota Jakarta.
BUMN yang berkantor pusat di Kota Jakarta
36
3.
Kadek Indra
Pengaruh
Sampel yang hasil analisis
Dwi Utama
kompetensi
digunakan
menunjukkan bahwa,
Putra, Edy
auditor internal
dalam
kompetensi auditor
Sujana,
dan kualitas
penelitian ini internal mempunyai
Nyoman Ari
jasa audit
adalah
pengaruh positif
Surya
internal
pegawai
terhadap efektivitas
Darmawan
terhadap
bagian
pengendalian intern,
(2014)
efektivitas
akuntansi
dan auditor internal
pengendalian
secara simultan
intern dan
berpengaruh terhadap
perwujudan
perwujudan good
good corporate
corporate governance
governance
37
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian Objek penelitian menurut Sugiyono (2008:13)pengertiannya adalah sebagai
berikut : “Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian. Dimana yang menjadi objek penelitian yaitu Profesionalisme Auditor Internal dan Good Corporate Governance. 3.2
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan
data
untuk
mencapai
tujuan
tertentu.
Sugiyono
(2009:02)
mendefinisikan bahwa : “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory. Menurut Sugiyono (2012:21)
penelitian
explanatory merupakan penelitian
yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lain. Sedangkan karakteristik penelitian ini bersifat replikasi, sehingga hasil uji hipotesis harus didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya, yang diulang dengan kondisi lain yang kurang lebih sama.
38
3.3
Metode Pengumpulan Data
3.3.1
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan
data yang diperlukan ke dalam dua golongan, yaitu : 3.3.1.1 Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel untuk mengetahui tanggapan tentang penelitian yang sedang diteliti, baik dari informasi maupun pihak lain yang terkait. berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, dalam hal ini petugas/ staf Satuan Pengawasan Internal pada tiga perusahaan BUMN dibidang Industri kota Bandung. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian yang berasal dari literature, artikel dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. 3.3.1.2 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Penelitian Lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instasi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diambil langsung dari perusahaan).
39
Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut: a. Metode pengamatan atau Observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan langsung pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. b. Kuesioner, Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah responden Satuan Pengawasan Intern, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. c. Studi Pustaka (Library Research), merupakan data sekunder penelitian yang dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan serta literatur lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka melakukan pembahasan. 3.3.2
Teknik Penarikan Populasi dan Sampel
3.3.2.1 Populasi Pengertian populasi menurut Sugiyono (2009:80) mengemukakan mengenai populasi yaitu:
40
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah adalah Satuan Pengawasan Intern pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri yang keseluruhan berjumlah 32 orang. Daftar Populasi : Tabel 3.1 Responden SPI No. 1. 2. 3.
Nama Perusahaan PT. PINDAD (Persero) PT. INTI PT. LEN TOTAL
Responden 15 10 7 32
Pengambilan populasi pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung ini agar mengetahui profesionalisme auditor internal terhadap good corporate governance pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. 3.3.2.2 Sampel Menurut Sugiyono (2009:81) tentang pengertian sampel yaitu : ”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
41
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling, dengan metode sampling jenuh menghasilkan jumlah responden sebanyak 32 sesuai dengan jumlah populasi. Teknik non probabilitas sampling (Sugiyono, 2011) adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini juga merupakan teknik pengambilan sampel yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Sampling jenuh menurut Sugiyono (2011) adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. 3.4
Operasional Variabel Operasional variabel adalah suatu cara untuk mengukur konsep dan
bagaimana caranya sebuah konsep harus diukur sehingga terdapat variable-variabel yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, yaitu variabel yang dapat menyebabkan masalah lain dan variabel yang situasi dan kondisinya tergantung oleh variabel lain. Pengertian menurut Sugiyono menerangkan bahwa: “Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. (2006:31)
Untuk meneliti bagaimana pengaruh
profesionalisme auditor internal
terhadap good corporate governance pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung, penulis menentukan operasionalisasi variable sebagai berikut :
42
1) Variable
Independent
atau
variabel
bebas
yaitu
variabel
yang
mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel independent (Variabel X) adalah profesionalisme audior internal. 2) Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel dependent (Variabel Y) adalah good corporate governance. Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Indikator Variabel dan Skala Pengukuran S Variabel
Inst
Indikator kala
rumen
1. Independensi a. Status Organisasi
Profesiona
b. Objektivitas
lisme Auditor Internal (Standar Profesi Audit Internal, Hiro Tugiman 2006)
In
2. Kemampuan Profesional a.
Kesesuaian
dengan
standar
profesi b. Pengetahuan dan Kecakapan c. Hubungan antarmanusia dan
terval
Kue sioner
43
komunikasi d. Pendidikan berkelanjutan e. Ketelitian professional
3. Lingkup Pekerjaan a. Keandalan informasi b.
Kesesuaian kebijaksanaan, prosedur,
dan
dengan rencana, peraturan
perundang-undangan c.
Perlindungan
terhadap
harta d. Penggunaan sumberdaya secara ekonomis dan efisien e. Pencapaian tujuan 4.
Pelaksanaan
Kegiatan
Pemeriksaan a. Perencanaan audit b. Pengujian dan pengevaluasian informasi c. Penyampaian hasil pemeriksaan d. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
44
5. Manajemen Bagian Audit Internal a.
Tujuan,
Kewenangan,
dan
tanggungjawab b. Perencanaan c. Kebijaksanaan dan prosedur d. Manajemen personil e. Auditor eksternal f. Pengendalian mutu 1. Transparansi a. Adanya keterbukaan dalam menyampaikan visi, misi perusahaan
Good Corporate Governance (Potret Profesi Audit Internal, Hery 2013 )
b. Ketepatan waktu dan pengungkapan semua hal yang material di dalam menyampaikan Laporan Keuangan In
Kue
2. Kemandirian Perusahaan telah dikelola tanpa adanya bantuan dan kepentingan pihak tertentu 3. Akuntabilitas a. Adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi b. Pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
terval
sioner
45
4. Pertanggungjawaban a. Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat b. Berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat 5. Kewajaran Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan tujuan untuk menghitung mean (rerata hitung)
dan standar deviasi (simpangan baku-
standard deviation) respons terhadap variable. Dengan kata lain, skala interval tidak hanya mengelompokkan individu menurut kategori tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur besaran (magnitude) perbedaan preferensi antarindividu. skala interval menentukan perbedaan, urutan, dan kesamaan besaran perbedaan dalam variable, skala interval lebih kuat disbanding skala nominal dan ordinal, dan bisa diukur tendensi sentralnya (central tendency) dengan rata-rata aritmetik. Ukuran dispersinya adalah kisaran (range), standar deviasi (standar deviation, dan varians (variance). Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel akan diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.
46
Skala dimulai dari angka 1 sampai dengan 5, yang menunjukkan tingkat sikap dan pendapat responden.Angka 1 menunjukkan nilai ukur sebesar 1, dan selanjutnya sampai dengan angka 5 menunjukkan nilai ukur sebesar 5. Skala likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.” (2009:93) Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Skala Likert Untuk Kuesioner Positif Jawaban Responden
Skor
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Kurang Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju Sumber : Sugiyono, 2007:87
1
Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut : Tabel 3.4
47
Skala Likert Untuk Kuesioner Negatif Jawaban Responden
Skor
Sangat Setuju
1
Setuju
2
Kurang Setuju
3
Tidak Setuju
4
Sangat Tidak Setuju Sumber : Sugiyono, 2004:87 3.5
Metode Analisis Data
3.5.1
Pengujian Validitas dan Pengujian Reabilitas
5
Ada dua syarat penting yang berlaku untuk sebuah kuesioner, yaitu valid dan realibelnya instrumen yang ada di dalam kuesioner tersebut, untuk itu perlu dilakukan uji validitas dan realibilitas. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan uji realibilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu instrumen bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2004). 3.5.1.1 Pengujian Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan dan kevalidan suatu alat ukur atau instrumen penelitian.Validitas menunjukkan seberapa baik suatu instrumen yang dibuat mengukur konsep tertentu yang ingin diukur (Sekaran, 2006). Alat pengukur yang absah akan mempunyai validitas yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
48
Untuk menguji validitas alat ukur atau instrumen penelitian, terlebih dahulu dicari nilai (harga) korelasi dengan menggunakan Rumus Koefisien Korelasi Product Moments Pearson sebagai berikut :
r
n XY X Y
(n X 2 X ) (n Y 2 Y ) 2
2
Keterangan : r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden Y= Jumlah skor total seluruh item Yi X= Jumlah skor tiap item Xi Valid jika nilai r > 0,3
3.5.1.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen (Sekaran, 2006). Untuk menguji reliabilitas atau keandalan alat ukur atau instrumen dalam penelitian
ini
digunakan
koefisien
Alpha
Cronbach.
Koefisien
keandalan
menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data suatu penelitian. Koefisien Alpha Cronbach ditunjukkan dengan :
49
k
Sj²
r= 1 k 1 Sx² Keterangan : k
= banyaknya butir pertanyaan
Sj² = total varians butir Sx² = total varians Tujuan perhitungan koefisien keandalan adalah untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban responden. Besarnya koefisien ini berkisar dari nol hingga satu. Makin besar nilai koefisien, makin tinggi keandalan alat ukur dan tingkat konsistensi jawaban. Jawaban responden dapat dikatakan reliabel jika α > 0,7 Uji reliabilitas dilakukan terhadap alat ukur berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini pada variabel Profesionalisme Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance.Uji reliabilitas terhadap variabel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat pengolahan data software SPSS Ver20.00. 3.5.2
Pemilihan dan Perhitungan Tes Statistik Uji statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-
masing komponen variabel independen terhadap variabel dependen.Pengujian hipotesis secara statistik digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini, alat analisis statistik yang digunakan adalah regresi linier sederhana.
50
3.5.2.1 Analisis Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Bentuk persamaan, model regresi sederhana adalah: Y = a + bx + e Dimana: y = variabel dependen good corporate governance x = variabel independen profesionalisme auditor internal a = penduga bagi intercept (α) b = penduga bagi koefisien (β) e = koefesien penggangu 3.5.2.2 Analisis Korelasi Product Moment Pearson Analisis korelasi digunakan untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain dengan tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel lain. Analisis korelasi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah korelasi product moment pearson dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : r
= Koefisien korelasi pearson
n
= Banyaknya data
51
∑X
= Total variabel X
∑Y
= Total variabel Y
Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1, dimana: a. Apabila r = +1, maka korelasi antara dua variabel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya. b. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali. c. Apabila r = -1, maka korelasi antar kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya. d. Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis menggunakan pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefesien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
52
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2004) 3.5.2.3 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). 3.5.2.4 Penetapan Hipotesis Penelitian Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis secara parsial guna menunjukan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabel dependen.Uji t adalah pengujian koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. 1. Merumuskan Hipotesis
53
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan seperti berikut: a. H0 : β1 = 0, profesionalisme audior internal tidak berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance b. Ha : β1 ≠ 0, profesionalisme audior internal
berpengaruh signifikan
terhadap good corporate governance Menghitung Uji t (t-test) dengan rumus sebagai berikut:
thitung = Keterangan: r :korelasi parsial k : jumlah variabel independen n : jumlah sampel 2. Kriteria Pengambilan Keputusan a. H0 ditolak jika p-value < 0,05 dan thitung > ttabel b. H0 diterima jika p-value > 0,05 dan thitung < ttabel 3.5.2.5 Penetapan Tingkat Signifikansi (α) Tingkat signifikan (significant level) yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 5% atau 0,05 karena dinilai cukup untuk menguji hubungan antara
54
variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Tingkat signifikansi 0,05 artinya adalah kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%.
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
dilanjutkan dengan perhitungan statistik dan pengujian hipotesis untuk menguji profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance. 4.1.1
Gambaran Umum Responden Data responden yang dikumpulkan oleh penulis berdasarkan sampel yang
telah ditentukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 responden. Untuk variabel X dan Y kuesioner diberikan kepada objek penelitian ini adalah karyawan atau staf audit internal yang ada pada perusahaan BUMN di kota Bandung yaitu PT. PINDAD, PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), dan PT LEN. Jumlah responden yaitu sebanyak 32 responden. Untuk menjelaskan latar belakang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, maka dibuatkan tabel deskripsi profil responden. Deskripsi profil responden terdiri dari : jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama bekerja. Adapun data yang penulis peroleh mengenai profil responden adalah sebagai berikut:
56
Tabel 4.1 Profil Responden dan Hasil Penyebaran Kuesioner No.
Nama Perusahaan Responden
Jumlah Responden
1.
PT.PINDAD
15
2.
PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI)
10
3.
PT. LEN
7 Jumlah
32
Sumber : data primer yang telah diolah Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa jumlah responden, PT. PINDAD sebanyak 12 responden, PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) sebanyak 10 responden PT. LEN 7 responden, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 32 responden. 4.1.1.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pria
Frekuensi 22
Persentase 69%
Wanita
10
31%
Total
32
100%
57
Sumber: Data primer yang telah diolah (2015) Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa karyawan audit internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri di kota Bandung didominasi oleh karyawan pria, jenis kelamin reponden terdiri dari 32 orang responden laki-laki atau 69% dan 10 orang responden perempuan atau 31%. 4.1.1.2 Profil Responden Berdasarkan Usia Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Usia Jenjang Usia
Frekuensi
Persentase
< 20 tahun
0
0%
20 – 30 tahun
17
53%
> 30 tahun
15
47%
Total
32
100%
Sumber: Data primer yang telah diolah (2015) Berdasarkan Tabel 4.3 dari 32 responden yang menjadi objek penelitian, terlihat karyawan dengan jenjang usia 20-30 tahun mendominasi dibandingkan dengan karyawan yang jenjang usianya >30 tahun.Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa mayoritas staff pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri terdiri dari usia produktif.
58
4.1.1.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Diploma 1 S1 29 Lainnya 2 Total 32 Sumber: Data primer yang telah diolah (2015)
Presentase 3% 91% 6% 100%
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa yang pendidikan terakhir S1 lebih banyak atau mendominasi dibanding dengan pendidikan terakhir lainnya, hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya karyawan audit internal yang pendidikan terakhirnya S1 dan tingakatan sarjana diatas lainnya. 4.1.1.4
Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan lama bekerja dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja
Frekuensi
Persentase
59
<5 Tahun 4 5 – 15 Tahun 19 >15 Tahun 9 Total 32 Sumber: Data primer yang telah diolah (2015)
12% 59% 29% 100%
Berdasarkan Tabel 4.5 dari 32 responden yang menjadi objek penelitian, terlihat karyawan dengan lama bekerja 5-15 tahun lebih mendominasi dibandingkan dengan waktu lama bekerja lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan auditor internal cukup memiliki loyalitas tinggi. 4.1.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan untuk menguji tingkat ketepatan data yang diperoleh
dari kuesioner yang disebarkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Sedangkan suatu kuesioner dapat dikatakan unreliabel apabila jawaban terhadap pertanyaan adalah konsisten. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu software SPSS 20.0 untuk menguji data yang diperoleh. 1.
Uji Validitas Hasil pengujian untuk validitas kuesioner untuk variabel X dan variabel Y
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Profesionalisme Auditor Internal (Variabel X) No Item 1. 2. 3. 4.
IndeksValiditas(Korelasi) 0,373 0,627 0,516 0,722
Nilai Batas 0,30 0,30 0,30 0,30
Keterangan VALID VALID VALID VALID
60
5. 0,593 6. 0,643 7. 0,680 8. 0,677 9. 0,675 10. 0,569 11. 0,640 12. 0,371 13. 0,495 14. 0,531 15. 0,608 16. 0,564 17. 0,681 18. 0,839 19. 0,750 20. 0,660 21. 0,493 22. 0,577 Sumber: Hasil olah data kuesioner (2015)
0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian validitas variabel profesionalisme auditor internal (variabel X) diatas standar minimum validitas yaitu ≥ 0,30 sehingga data yang diperoleh layak untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini dan sudah valid. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance (Variabel Y) No Item
IndeksValiditas(Korelasi)
Nilai Batas
Keterangan
23. 24. 25. 26. 27.
0,350 0,356 0,641 0,424 0,346
0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
VALID VALID VALID VALID VALID
61
28. 0,371 29. 0,323 30. 0,362 Sumber: Hasil olah data kuesioner (2015)
0,30 0,30 0,30
VALID VALID VALID
Pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian validitas variabel good corporate governance (variabel Y) diatas standar minimum validitas yaitu ≥ 0,30 sehingga data yang diperoleh layak untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini dan sudah valid. 2. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas ini dimaksudkan untuk menguji keandalan alat ukur penelitian (kuesioner) yang digunakan. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah Alpha Cronbach. Suatu alat ukur penelitian dikatakan reliabel jika memilki nilai Alpha Cronbach (α) ≥ 0,70. Dengan menggunakan software SPSS 20.0 diperoleh hasil uji sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Profesinalisme Auditor Internal Reliability Statistics
Cronbach's
N of
Alpha
Items
.931
22
Sumber: Output SPSS 20.0
62
Pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa tingkat konsistensi pada variabel profesionalisme auditor internal (variabel X) yaitu 0,931. Maka hasil uji pada variabel tersebut dapat dikatakan reliabel dikarenakan memperoleh nilai ≥ 0,70. Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Good Corporate Governance Reliability Statistics
Cronbach's
N of
Alpha
Items
.706
8
Sumber: Output SPSS 20.0 Pada tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa tingkat konsistensi pada variabel good corporate governance (variabel Y) yaitu 0,706. Maka hasil uji pada variabel tersebut dapat dikatakan reliabel dikarenakan memperoleh nilai ≥ 0,70. Cara untuk memudahkan penilaian dari jawaban responden maka dibuat kriteria penilaian, dimana setiap pertanyaan berdasarkan skala likert. Dalam perhitungannya diukur dengan lima kriteria yakni sebagai berikut: Sangat Setuju (SS)
=5
Setuju (S)
=4
Kurang Setuju (KS)
=3
Tidak Setuju (TS)
=2
63
Sangat Tidak Setuju (STS)
=1
Selanjutnya dicari rata-rata setiap jawaban responden. Untuk memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut maka dibuat interval. Untuk menentukan panjang kelas interval digunakan rumus menurut Sudjana (2001:79) sebagai berikut: Panjang
kelas
interval
=
Panjang
kelas
interval
=
= 0,8 Alternatif jawaban mengenai variabel yang diteliti dapat diidentifikasi dengan interval sebagai berikut:
Tabel 4.10 Alternatif Jawaban dan Skor Interval
Alternatif Jawaban
1,00 –
Sangat tidak baik
64
1,79 1,80 –
Tidak baik
2,59 2,60 –
Cukup baik
3,39 3,40 –
Baik
4,19 4,20 –
Sangat baik
5,00
4.1.3
Profesionalisme Auditor Internal Profesionalisme auditor internal merupakan sikap atau suatu keharusan yang
harus dimiliki setiap auditor internal perusahaan agar tercapainya suatu tujuan. Auditor internal yang mempunyai sikap profesionalisme akan menjalankan tugasnya dengan baik dan terhindar dari hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi atau kepentingan lainnya yang dapat merugikan pihak perusahaan. profesionalisme auditor internal di perusahaan BUMN sudah berjalan dengan baik. Kedepannya ketiga perusahaan BUMN hanya perlu meningkatkan profesionalisme auditor internal
65
seperti mengembangkan kemampuan profesionalisme yang sesuai dengan standar profesionalisme auditor internal. Variabel profesionalisme auditor internal terdiri dari 22 butir pertanyaan dari 5 indikator yaitu independensi, kemampuan profesional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan manajemen bagian audit internal.
a. Independensi Independensi di tiga perusahaan BUMN Auditor internal telah memiliki sikap organisasi yang memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya. Dan sikap objektivitas yang tidak memiliki kepentingan yang dapat merugikan pihak perusahaan, dengan memiliki sikap objektivitas maka akan terhindar dari tindakan korupsi, kolusi dan tindakan lain yang menyalahi aturan. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.11 Tanggapan Responden mengenai Independensi No.
Alternatif Jawaban Skor Sko % Mea Akru r Item Pernyataan
n SS S KS S TS
al
Ide Skor al
1. Status organisasi internal auditor yang ada kini
F
11 21 0
0
0
143 160 89% 4,5
66
cukup menunjang terciptanya independensi dalam audit 2. Dalam menjalankan tugas pemeriksaan, auditor internal memiliki sikap objektivitas (misalnya: tidak dipengaruhi oleh hubungan pribadi atau hal lain yang sejenis) Akumulasi Jawaban
%
35 65 0
0
0
F
16 16 0
0
0
%
50 50 0
0
0
F
27 37 0
0
0
%
42 58 0
0
0
144 160 90% 4,5
287 320 89% 4,5
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah] Skor total tanggapan responden mengenai profesionalisme auditor internal dalam hal independensi dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut :
sangat tidak
tidak baik
cukup baik
baik
sangat baik
5
baik
1
4,
1,8
2,6
3,4
4,2
5
Gambar 4.2 Garis Kontinum Mengenai Independensi Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.2, jumlah skor total tanggapan responden tentang profesionalisme auditor internal dalam hal independensi dari 2 pernyataan diperoleh total skor akrual 287 dan total skor ideal 320 dengan persentase 89% dan rata-rata skor sebesar 4,5. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan
67
responden termasuk dalam kategori sangat baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku dan sudah memiliki tingkat objektivitas dalam menjalankan tugas pemeriksaan. b. Kemampuan Profesional Kemampuan profesional di tiga perusahaan BUMN auditor internal sudah memenuhi keesesuaian dengan standar profesi, pengetahuan dan kecakapan dengan baik, hubungan antarmanusia dan komunikasi berjalan dengan lancar. para auditor internal memiliki pendidikan berkelanjutan dan ketelitian professional dalam menjalankan tugasnya. Dari semua aspek tersebut mungkin ada beberapa saja yang kurang mencakupi semuanya. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Profesional No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Mea Akru Ideal Item Pernyataan
n
ST al
SS S KS TS
Sko
S r 3. Kemampuan Auditor F 5 25 Internal telah sesuai dengan standar profesi ( SPAI) yang % 16 78 ditentukan
2
0
0
6
0
0
131 160 81% 4,1
68
4. Auditor internal memiliki F 8 22 pengetahuan dan kecakapan % 25 69 sebagai auditor yang professional 5. Auditor Internal F 8 22 mempunyai kemampuan % 25 69 dalam mengembangkan hubungan baik serta komunikasi secara efektif 6. Auditor Internal telah F 5 25 melaksanakan pendidikan % 16 78 berkelanjutan
2
0
0
6
0
0
2
0
0
6
0
0
2
0
0
6
0
0
7. Auditor Internal memiliki F 6 24 ketelitian profesional dalam % 19 75 melaksanakan tugasnya
2
0
0 132 160 82% 4,1
6
0
0
32 118 10
0
0 662 800 83% 4,1
0
0
Akumulasi Jawaban
F
% 20 73
7
134 160 84% 4,1
134 160 84% 4,1
131 160 81% 4,1
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah] Skor total tanggapan responden mengenai profesionalisme auditor internal dalam hal kemampuan profesional dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut :
4,1 sangat tidak baik
tidak baik
cukup baik
baik
sangat baik
69
1
1,8
2,6
3,4
4,2
5 Gambar 4.3 Garis Kontinum Mengenai Kemampuan Profesional Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.3, jumlah skor total tanggapan responden tentang profesionalisme auditor internal dalam hal kemampuan profesional dari 5 pertanyaan diperoleh total skor akrual 662 dan total skor ideal 800 dengan persentase 83% dan rata-rata skor sebesar 4,1. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan profesional dalam sikap profesionalisme seorang auditor internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah memadai dan sesuai dengan standar profesi yang ditentukan dilihat dari pengetahuan, komunikasi, pendidikan dan ketelitian yang baik serta profesional.
c. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan di tiga perusahaan BUMN diantaranya memberikan kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundangundangan. Serta perlindungan terhadap harta,penggunaan sumberdaya secara ekonomis dan efisien,dan pencapaian tujuan yang ingin mereka capai. Semua aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Lingkup Pekerjaan
70
No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Mean ST Akru Ideal
Item Pernyataan
Skor
SS S KS TS S 8. Audit internal memberikan keyakinan atas keandalan informasi keuangan. 9. Auditor internal memeriksa sistem yang telah diterapkan untuk meyakinkan kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan. 10. Auditor internal dapat memberikan perlindungan terhadap asset perusahaan 11. Auditor internal mengevaluasi penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien 12. Audit internal dilakukan untuk menentukan suatu target telah dijalankan secara tepat sehingga pencapaian tujuan terpenuhi. Akumulasi Jawaban
F
7
25
0
0
0
% 22 78
0
0
0
F
0
0
0
% 37,562,5 0
0
0
F
12 20
9
23
0
0
0
% 28 72
0
0
0
F
24
0
0
0
% 25 75
0
0
0
F 12 20
0
0
0
% 37, 62, 0
0
0
F 48 112 0
0
0
% 30 70
0
0
8
5
al 135 160 84% 4,2
140 160 87% 4,3
137 160 87% 4,3
136 160 85% 4,2
140 160 87% 4,3
5
0
688 800 86% 4,3
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah Skor total tanggapan responden mengenai profesionalisme auditor internal dalam hal lingkup pekerjaan dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut:
71
4, sangat tidak baik
1
tidak baik
1,8
cukup baik
2,6
baik
3 sangat baik
3,4
4,2
5 Gambar 4.4 Garis Kontinum Mengenai Lingkup Pekerjaan Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.4, jumlah skor total tanggapan responden tentang profesionalisme auditor internal dalam hal lingkup pekerjaan dari 5 pertanyaan diperoleh total skor akrual 688 dan total skor ideal 800 dengan persentase 86% dan rata-rata skor sebesar 4,3. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori sangat baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme auditor internal dalam hal lingkup pekerjaan pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan sangat baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab auditor internal.
d. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan di tiga perusahaan BUMN dilihat dari perencanaan yang dibuat sudah cukup baik, pengujian dan pengevaluasian informasi yang masih ada kekurangan,penyampaian hasil pemeriksaan sudah dilaksanakan
72
dengan baik, dan tindak lanjut hasil pemeriksaa tidak dilakukan oleh auditor internal. Semua aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Mea Akr Ideal
n
Item Pernyataan SS S KS TS STS ual
Sko r
13. Auditor membuat F perencanaan audit terlebih dahulu sebelum kegiatan % pemeriksaan dilaksanakan di perusahaan. 14. Auditor internal dalam F melaksanaan pemeriksaan, melakukan pengujian dan % pengevaluasian informasi.
14 18
0
0
0
44 56
0
0
0
12 19
1
0
0
38 59
3
0
0
15. Auditor internal F memberikan laporan hasil % pemeriksaan kepada manajemen 16. Auditor internal menindak F lanjut hasil pemeriksaan. %
10 22
0
0
0
31 69
0
0
0
9
22
1
0
0
28 69
3
0
0
Akumulasi Jawaban
F
45 81
2
0
0
%
35 63
2
0
0
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah]
142 160 89% 4,4
139 160 87% 4,3
138 160 86% 4,3
136 160 85% 4,2
555 640 87% 4.6
73
Skor total tanggapan responden mengenai profesionalisme auditor internal dalam hal lingkup pekerjaan dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut:
4, sangat tidak
tidak baik
cukup baik
baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
4,2
6 sangat baik
5
Gambar 4.5 Garis Kontinum Mengenai Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.5, jumlah skor total tanggapan responden tentang profesionalisme auditor internal dalam hal pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dari 4 pertanyaan diperoleh total skor akrual 555 dan total skor ideal 640 dengan persentase 87% dan rata-rata skor sebesar 4,6. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori sangat baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme auditor internal dalam hal pelaksanaan kegiatan pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik dan melaksanakan kegiatan pemeriksaan atau audit yang sudah menjadi tanggung jawab auditor internal di perusahaan dengan sangat teratur sesuai dengan langkah-langkah dalam kegiatan pemeriksaan.
74
e. Manajemen Bagian Audit Internal Manajemen bagian audit internal di tiga perusahaan BUMN mencakup tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab sudah dilaksanakan dengan baik,perencanaan sesuai prosedur,kebijaksanaan dan prosedur yang tetap dan tidak berubah dapat dimengerti oleh auditor internal,manajemen personil belum dikembangkan dengan baik, tidak semua auditor eksternal bisa berkerjasama, dan belum sempurnanya pengendalian mutu di perusahaan . Semua aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.15 Gambaran Mengenai Manajemen Bagian Audit Internal No
Alternatif Jawaban Skor Skor % Me Akru Ideal Item Pernyataan
an
ST al
SS S KS TS
Sko
S r 17. Auditor internal memiliki tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab yang jelas. 18. Auditor internal menetapkan perencanaan bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. Pimpinan audit internal membuat berbagai 19. kebijaksanaan dan prosedur tertulis sebagai pedoman bagi staf audit internal.
F 11 21
0
0
0
% 34 66
0
0
0
F 10 22
0
0
0
% 31 69
0
0
0
F
23
0
0
0
% 28 72
0
0
0
9
139 160 87% 4,3
138 160 86% 4,3
137 160 86% 4,2
75
20. Pimpinan audit internal F 10 21 menerapkan suatu program % 31 66 untuk pengembangan sumber daya manusia audit internal. 21. mengkoordinasikan kegiatan F 8 23 audit dengan pihak auditee % 25 72
0
1
0
0
3
0
0
1
0
0
3
0
22. Pimpinan audit internal
20
3
0
0
% 28 63
9
0
0
F 57 130 3
2
0
% 27 28
2
0
menerapkan pengendalian
F
9
136 160 85% 4,2
134 `160 84% 4,1
134 `160 84% 4,1
mutu Akumulasi Jawaban
3
816 960 85% 4,2
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah] Skor total tanggapan responden mengenai profesionalisme auditor internal dalam hal manajemen bagian audit internal dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut : 4, sangat tidak
tidak baik
baik
cukup baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
2
4,2
sangat baik
5
Gambar 4.6 Garis Kontinum Mengenai Manajemen Bagian Audit Internal Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.6, jumlah skor total tanggapan responden tentang profesionalisme auditor internal dalam hal manajemen bagian
76
audit internal dari 5 pertanyaan diperoleh total skor akrual 816 dan total skor ideal 960 dengan persentase 85% dan rata-rata skor sebesar 4,2. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme auditor internal dalam hal manajemen bagian audit internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah melaksanakan tanggungjawab dan wewenang dengan sangat baik dengan menetapkan perencanaan dan berbagai kebijaksanaan serta telah mengkoordinasikan kegiatan audit dengan auditor dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Tabel 4.16 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Profesionalisme Auditor Internal Indikator
SS(5)
S(4)
KS(3)
TS(2)
STS(1)
Jumlah
Rata-rata
1
27
37
0
0
0
287
4,4
2
32
118
10
0
0
662
4,1
3
48
112
0
0
0
688
4,3
4
45
81
2
0
0
555
4,3
5
57
130
3
2
0
816
4,2
Jumlah
209
478
15
2
0
3008
4,2
Persentase
30%
67%
2%
1%
0%
100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Pengisian Kuesioner di tiga perusahaan BUMN di bidang industri.
77
Berdasarkan hasil penelitian, yang diperoleh dari 5 indikator independensi, kemampuan professional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan manajemen bagian audit yang diperoleh dari penilaian responden untuk profesionalisme auditor internal pada tabel di atas adalah 30% responden menyatakan sangat setuju, ada 67% responden menyatakan setuju, ada 2% menyatakan kurang setuju, ada 1% menyatakan tidak setuju, dan ada 0% menyatakan sangat tidak setuju. Jawaban responden mayoritas sering yang menunjukkan bahwa profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung dinilai sudah baik. Nilai rata-rata untuk penilaian responden terhadap profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung diperoleh sebesar 4,2. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori baik. Ini berarti bahwa profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah baik.
4.1.4
Good Corporate Governance Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur,
mengelola, dan mengevaluasi proses pengendalian usaha yang berjalan secara berkesinambungan untuk menaikkan nilai tambah dengan pola kerja manajemen yang bersih. Good Corporate Governance juga diartikan sebagai tata kelola yang baik, sehingga apabila suatu perusahaan memiliki tata kelola yang baik maka akan mempermudah dan melancarkan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Ketiga perusahaan BUMN tersebut sudah melakukan keseluruhan dari indikator good
78
corporate governance sehingga good corporate governance pada tiga perusahaan BUMN sudah berjalan dengan baik. Kedepannya ketiga perusahaan BUMN hanya perlu meningkatkan kemandirian sehingga perusahaan dapat dikelola secara mandiri. Variabel Good Corporate Governance terdiri dari 8 butir pertanyaan dari 5 (lima) indikator yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban dan kewajaran. a. Transparansi Transparansi di tiga perusahaan BUMN adanya keterbukaan dalam menyampaikan visi, misi perusahaan ke dunia luar, tetapi belum terjalan kuat dalam ketepatan waktu dan pengungkapan semua hal yang material di dalam menyampaikan laporan keuangan. Semua aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.17 Tanggapan Responden Mengenai Transparansi No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Me Akr Ideal
an
Item Pernyataan SS S KS S TS ual
Sko r
23. Adanya keterbukaan dalam visi misi perusahaan
F
14 18 0
0
0
%
44 56 0
0
0
142 160 89% 4,4
79
24. Perusahaan memiliki ketepatan waktu dan pengungkapan semua hal yang material didalam menyampaikan laporan keuangan Akumulasi Jawaban
F
9 19 4
0
0
%
28 60 12
0
0
F
23 37 4
0
0
% 40 59 1
0
0
133 160 83% 4,1
275 320 86% 4,2
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah] Skor total tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal transparansi dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut :
4, sangat tidak
tidak Baik
cukup baik
baik
2
sangat baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
4,2
5
Gambar 4.7 Garis Kontinum Menganai Transparansi Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.7, jumlah skor total tentang tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal transparansi dari 2 pertanyaan diperoleh total skor akrual 275 dan total skor ideal 320 dengan persentase 86% dan rata-rata skor sebesar 4,2. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori baik.Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang tanggapan responden
80
mengenai good corporate governance dalam hal transparansi adalah baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal transparansi pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik, dengan adanya keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan serta adanya pertanggungjawaban dalam melaksanakan setiap tugasnya. b. Kemandirian Kemandirian di tiga perusahaan BUMN telah dikelola tanpa adanya bantuan dan kepentingan pihak belum berjalan dengan baik. masih beberapa aspek yang membutuhkan kepentingan pihak lain. aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.18 Tanggapan Responden Mengenai Kemandirian No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Mea Item Pernyataan SS S KS S TS Akr Ideal
n
81
ual
Sko r
25. Perusahaan telah dikelola tanpa adanya bantuan maupun kepentingan pihak tertentu Akumulasi Jawaban
F
7 21 3
1
0
%
21 76 3
0
0
F
7 21 3
1
0
%
22 66 9
3
0
130 160 81% 4,0
130 160 81% 4,0
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah] Skor total tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kemandirian dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut : 4,0 sangat tidak
tidak Baik
Cucukup baik
sangat baik
baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
4,2
5
Gambar 4.8 Garis Kontinum Good Corporate Governance dalam hal Kemandirian Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.8, jumlah skor total tentang tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kemandirian dari 3 pertanyaan diperoleh total skor akrual 130 dan total skor ideal 160 dengan persentase 81% dan rata-rata skor sebesar 4,0. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori baik.Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang tanggapan responden
82
mengenai good corporate governance dalam hal kemandirian adalah baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kemandirian pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik, dengan adanya keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas Akuntabilitas di tiga perusahaan BUMN sudah terlaksana dengan baik kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi. tetapi masih ada yang kurang setuju pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Semua aspek tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.19 Tanggapan Responden Mengenai Akuntabillitas No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Me Akr Ideal
an
Item Pernyataan SS S KS S TS ual
Sko r
26. Adanya kejelasan fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi
F
11 21 0
0
0
%
34 66 0
0
0
139 160 87% 4,3
83
27. Pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
Akumulasi Jawaban
F
8 25 1
0
0
%
24 73 3
0
0
F
19 46 1
0
0
%
29 70 1
0
0
143 160 89% 4,6
282 320 88% 4,4
Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah] Skor total tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal akuntabilitas dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut : 4,4 sangat tidak
tidak baik
Cucukup baik
baik
sangat baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
4,2
5
Gambar 4.9 Garis Kontinum Mengenai Akuntabilitas Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.9, jumlah skor total tentang tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal akuntabilitas dari 4 pertanyaan diperoleh total skor akrual 282 dan total skor ideal 320 dengan persentase 88% dan rata-rata skor sebesar 4,4. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan
responden
termasuk
dalam
kategori
sangat
baik.Berdasarkan
pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal akuntabilitas adalah sangat baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai
84
good corporate governance dalam hal akuntabilitas pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik, adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
d. Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban di tiga perusahaan BUMN, sebagian besar kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat sudah berjalan dengan baik memenuhi prinsip-prinsip dan sedikit yang tidak mengikuti hal korporasi yang sehat. sudah memadai atau tidaknya pelaksanan pertanggungjawaban tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.20 Tanggapan Responden Mengenai Pertanggungjawaban No.
Alternatif Jawaban Skor Skor % Me Akr Ideal
an
Item Pernyataan SS S KS S TS ual
Sko r
28. Kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
F
9 20 3
0
0
%
29 62 9
0
0
124 160 77% 3,8
85
29. Berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
Akumulasi Jawaban
F
8 24 0
0
0
%
15 82 3
0
0
F
17 44 3
0
0
%
26 69 5
0
0
136 160 85% 4,2
270 320 84% 4,2
Skor total tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal pertanggungjawaban dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut : 4,2 sangat tidak
tidak Baik
Cucukup baik
baik
sangat baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
4,2
5
Gambar 4.10 Garis Kontinum Mengenai pertanggungjawaban Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.10, jumlah skor total tentang tanggapan
responden
mengenai
good
corporate
governance
dalam
hal
pertanggungjawaban dari 4 pertanyaan diperoleh total skor akrual 270 dan total skor ideal 320 dengan persentase 84% dan rata-rata skor sebesar 4,2. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori baik.Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang tanggapan responden mengenai good corporate governancedalam hal pertanggungjawaban adalah baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggapan
86
responden mengenai good corporate governance dalam hal pertanggungjawaban pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik, terdapat kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat, dan adanya bentuk tanggungjawab auditor internal terhadap setiap tugasnya. e. Kewajaran Kewajaran di tiga perusahaan BUMN sudah sangat baik dalam pemerolehan informasi yang relevan dan tepat waktu serta adanya pemenuhan terhadap hak–hak stakeholders. kewajaran juga digambarkan dengan pengawasan yang efektif dalam manajemen perusahaan. Sudah memadai atau tidaknya pelaksanan kewajaran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.21 Tanggapan Responden Mengenai Kewajaran No. Item Pernyataan 30. Keadilan dan Kesetaraan F didalam memenuhi hak-hak stakeholder %
Alternatif Jawaban Skor Skor % Me Akr Ideal an Sko SS S KS S TS ual r 6 26 0 0 0 134 160 84% 4,1 19 81 0
0
0
6 26 0
0
0
% 18 82 0 Sumber: Data Hasil Kuesioner [Diolah]
0
0
Akumulasi Jawaban
F
134 160 84% 4,1
Skor total tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kewajaran dalam bentuk garis kontinum sebagai berikut :
87
sangat tidak
tidak Baik
Cucukup baik
baik
baik
1
1,8
2,6
3,4
4, 1
sangat baik
4,2
5
Gambar 4.11 Garis Kontinum Mengenai Kewajaran Berdasarkan garis kontinum pada Gambar 4.11, jumlah skor total tentang tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kewajaran dari 4 pertanyaan diperoleh total skor akrual 134 dan total skor ideal 160 dengan persentase 84% dan rata-rata skor sebesar 4,1. Dalam pengklasifikasian jumlah skor tanggapan responden termasuk dalam kategori baik.Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kewajaran adalah baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden mengenai good corporate governance dalam hal kewajaran pada tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik, terdapat keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tabel 4.22 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Good Corporate Governance Indikator
SS
S(4)
KS(3)
TS(2)
STS(1)
Jumlah
Rata-
88
(5)
rata
1
27
37
4
0
0
275
4,2
2
7
21
3
1
0
130
4,0
3
19
46
1
0
0
282
4,2
4
17
44
3
0
0
270
4,2
5
6
26
0
0
0
134
4,1
Jumlah
76
174
11
1
0
1091
4,1
Persentase
29%
66%
4%
1%
0%
100%
Sumber : Hasil Pengolahan Data dari Pengisian Kuesioner di tiga perusahaan BUMN di bidang industri. Berdasarkan hasil penelitian, yang diperoleh dari 5 indikator transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran yang diperoleh dari penilaian responden untuk good corporate governance pada tabel di atas adalah 29% responden menyatakan sangat setuju, ada 66% responden menyatakan setuju, ada 4% menyatakan kurang setuju, ada 1% menyatakan tidak setuju, dan ada 0% menyatakan sangat tidak setuju. Jawaban responden mayoritas sering yang menunjukkan bahwa good corporate governance dinilai sudah baik. Nilai rata-rata untuk penilaian responden terhadap good corporate governance diperoleh sebesar 4,1. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori baik.Ini berarti bahwa good corporate governance di tiga perusahaan BUMN di bidang industri sudah baik.
89
4.1.5
Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui pengaruh profesionalisme
auditor internal terhadap good corporate governance, dengan menggunakan cara perhitungan analisis korelasi Product Moment Pearson, analisis regresi linier sederhana, pengujian hipotesis, dan analisis koefesien determinasi. 4.1.5.1 Analisis Korelasi Product Moment Pearson Untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen (profesionalisme auditor internal) dengan variabel dependen (good corporate governance)maka dilakukan perhitungan korelasi Product Moment Pearson. Hasil perhitungan koefisien korelasi yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows dapat dilihat pada tabel 4.27 berikut ini:
Tabel 4.23 Perhitungan Korelasi Sederhana Correlations
90
Profesionalisme Good Corporate Auditor Internal Governance Pearson Correlation
1
Profesion alisme Sig. (2Auditor tailed) Internal N
Pearson Good Correlation Corporate Governan Sig. (2ce tailed) N Sumber: Output SPSS 20.0
.897
.032
32
32
.897
1
.032 32
32
Tabel di atas menunjukkan ukuran hubungan antara profesionalisme auditor internal sebagai variabel bebas (X) dengan good corporate governance (Y) sebagai variabel terikat. Nilai 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme auditor internal dengan good corporate governance Selain itu, dianalisis nilai 0,897 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel bebas dan terikat memiliki hubungan yang tergolong kuat yang interprestasi koefisien korelasinya termasuk 0,80-1,000. 4.1.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
91
Tabel 4.24 Koefisien Regresi Linier Sederhana Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
B (Constant)
Std. Error
30.193
Standardize d Coefficients Beta
Sig.
5.16 .000 6
5.844
1
Profesionalis me Auditor .441 .162 Internal a. Dependent Variable: Good Corporate Governance Sumber: Output SPSS 20.0
t
.329
3.71 .003 2
Dari hasil perhitungan SPSS, diperoleh nilai konstanta a = 30.193, dan koefisien regresi b = 0,441 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = 30.193+ 0,441 X Dari persamaan regresi tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. a = 30,193 merupakan nilai variabel Y (tingkat good corporate governance) taksiran pada saat variabel X (profesionalisme auditor internal) sama dengan nol. 2. b = 0,441 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa pengaruh variabel X (profesionalisme auditor internal) terhadap variabel Y (tingkat good corporate governance) adalah searah (positif). Artinya semakin baik pelaksanaan profesionalisme auditor internal maka tingkat good corporate
92
governance akan meningkat. Demikian juga sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan profesionalisme auditor internal maka tingkat good corporate governance akan menurun. Sedangkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka artinya variabel profesionalisme auditor internal berpengaruh positif signifikan terhadap good corporate governance yang terjadi di tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung. 4.1.5.3 Pengujian Hipotesis Untuk dapat mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen. Dengan kata lain, akan dilakukan pengujian apakah profesionalisme auditor internal dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi tingkat good corporate governance di tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung. Untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor internal (X) terhadap tingkat good corporate governance (Y), maka diperlukan pengujian statistik dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesis statistik H0 : β1 = 0 Profesionalisme auditor internal (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance (Y).
93
Ha : β1 ≠ 0 Profesionalisme auditor internal (X) berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance (Y). b. Menentukan
daerah
penerimaan
atau
penolakan
hipotesis
dengan
membandingkan thitung dengan ttabel dengan ketentuan: Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima. Artinya, terdapat hubungan antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Penentuan hasil pengujian (penerimaan atau penolakan H0) dapat dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Nilai ttabel dengan jumlah sampel (n) = 32; jumlah variabel (k) = 2; taraf signifikansi α = 5%; derajat kebebasan (df) = n - k - 1 = 32 - 1 - 1 = 30 diperoleh sebesar 1,698. Tabel 4.25 Hasil Uji t Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
94
(Constant)
30.193
5.844
.441
.162
5.166
.000
3.712
.003
1 X
.329
a. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS 20.0 Nilai statistik uji t yang terdapat pada tabel 4.24 selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai ttabel untuk menentukan apakah variabel yang sedang diuji signifikan atau tidak. Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung > ttabel (3,712 > 1,698) sehingga pada tingkat kekeliruan 5% H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel profesionalisme auditor internal berpengaruh signifikan terhadap variabel good corporate governance.
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
0 -t 0,975;3 = -3,182
t 0,975;3 = 3,182
t hitung = 3,268
Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 4.1.5.4 Analisis Koefisien Determinasi
ttabel= -1,698
95
Perhitungan koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari profesionalisme auditor internal (X) terhadap good corporate governance (Y). Nilai determinasi ditentukan dengan nilai R Square. Hasil perhitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.26 Analisis
Koefisien Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of l Square the Estimate a 1 .429 .227 .216 5.49046 a. Predictors: (Constant), Profesionalisme Auditor Internal b. Dependent Variable: Good Corporate Governance
Determinasi
Dari hasil output SPSS di atas, diketahui nilai R Square sebesar 0,227. Kd = 0,227 x 100% = 22,7% hal ini menunjukkan bahwa variabel profesionalisme auditor internal (X) memberikan pengaruh terhadap variabel good corporate governance (Y)
96
sebesar 22,7%. Sedangkan sisanya sebesar 100% - 22,7% = 77,3% dipengaruhi variabel lain diluar variabel profesionalisme auditor internal. 4.2
Pembahasan
4.2.1
Profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN dibidang
industri kota Bandung Profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung pelaksanaannya sudah memadai, karena adanya rangkuman norma praktek professional audit internal yaitu adanya independensi, kemampuan professional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan pemeriksan, dan manajemen bagian audit internal sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2001:27). Hasil perhitungan diperoleh rata-rata sebesar 4 yang memiliki nilai sangat baik, dan 1 yang memiliki nilai baik. artinya profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik. Namun dari beberapa pertanyaan yang diajukan masih terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa profesionalisme auditor internal belum terlaksana dengan baik, yaitu pada indikator kemampuan profesional dengan rata-rata paling rendah yaitu sebesar 4,1 yang memiliki nilai cukup baik. 4.2.2
Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri
kota Bandung sudah memadai. Hal tersebut dapat dilihat sebagai suatu proses dan stuktur
yang
digunakan
untuk
meningkatkan
transparansi,
kemandirian,
97
akuntanbilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran perusahaan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Hery, 2013). Namun masih banyak juga perusahaan yang masih dikelola dengan bantuan maupun kepentingan pihak tertentu, hasil perhitungan diperoleh rata-rata sebesar 4,0 yang memiliki nilai baik, artinya tingkat Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung tergolong baik, meskipun perusahaan masih membutuhkan bantuan dan kepentingan dari pihak luar. Hal tersebut menunjukan bahwa good corporate governance belum semuanya tergolong mandiri. 4.2.3
Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance pada tiga Perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa profesionalisme auditor
internal berpengaruh signifikan terhadap good corporate governance. Diperoleh thitung sebesar 3,712 ttabel sebesar 1,698 dan memiliki tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka pada tingkat kekeliruan 5% H0 ditolak dan Ha diterima. Profesionalisme auditor internal memiliki pengaruh terhadap good corporate governance sebesar 22,7% dan sisanya 77,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel profesionalisme auditor internal. Hasil penelitian ini juga didukung oleh landasan teori yang menyatakan keseluruhan tujuan pemeriksaan intern adalah membantu segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggungjawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai
98
kegiatan atau hal-hal yang diperiksa (Hery,2013:32). Jika pemeriksaan intern tesebut tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi kegiatan atau hal-hal yang diperiksa di perusahaan BUMN kota Bandung. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astri Rahayu (2012) yang menyatakan bahwa auditor internal dituntut agar dapat melaksanakan tugas pemeriksaannya dengan sungguh-sungguh dan penerapannya wajib konsisten dengan norma praktek profesionalisme audit internal. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil uji koefisien determinasi pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap efektivitas GCG sebesar 40,96% dan sisanya 59,04% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji hipotesis dengan tingkat signifikasi 5% dan jumlah n sebanyak 30, mendapati bahwa nilai t hitung 4,41 > t tabel 1,701 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima) yang berarti profesionalisme auditor internal (X) berpengaruh signifikan terhadap efektivitas good corporate governance (Y).
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis
mengenai pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap good corporate governance, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Profesionalisme auditor internal pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung pelaksanaannya sudah adanya
independensi,
kemampuan
memadai, karena didukung
professional,
lingkup
pekerjaan,
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, dan manajemen bagian audit. Hasil perhitungan diperoleh rata-rata sebesar 4,2 yang memiliki nilai baik, artinya profesionalisme auditor internal di tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung sudah dilaksanakan dengan baik. Namun dari beberapa pertanyaan yang diajukan masih terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa profesionalisme auditor internal belum terlaksana dengan baik, yaitu pada indikator kemampuan professional dengan rata-rata paling rendah yaitu sebesar 4,1 yang memiliki nilai cukup baik. 2. Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung sudah memadai. Hal tersebut dapat dilihat dari tercapainya Good Corporate Governance dalam transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
100
pertanggungjawaban, dan kewajaran. Namun dari beberapa pertanyaan yang diajukan masih terdapat beberapa responden yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance belum terlaksana dengan baik, yaitu pada indikator kemandirian dengan rata-rata paling rendah yaitu sebesar 4,0 yang memiliki nilai cukup baik Hasil perhitungan diperoleh rata-rata sebesar 4,1 yang memiliki nilai baik, artinya Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung tergolong baik, meskipun tingkat kemandirian kurang efektif pada tiga perusahaan BUMN dibidang industri kota Bandung. Hal tersebut menunjukan bahwa Good Corporate Governance belum sepenuhnya mandiri.
3. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa profesionalisme auditor internal
berpengaruh
terhadap
good
corporate
governance,
maka
Profesionalisme auditor internal memiliki pengaruh terhadap Good Corporate Governance sebesar 22,7% dan sisanya 77,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel profesionalisme auditor internal. 5.2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang Profesionalisme
Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance pada tiga perusahaan BUMN di kota Bandung, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan masukan yang positif, antara lain adalah sebagai berikut: Bagi tiga perusahaan BUMN di bidang industri kota Bandung, kinerja auditor
internal sebaiknya selalu berupaya untuk meningkatkan profesionalisme mereka agar
101
dapat melaksanakan tugas dengan jauh lebih baik, sehingga good corporate governance dapat diterapkan lebih baik lagi. Terutama pada indikator kemandirian dengan rata-rata sebesar 4,0 yang memiliki nilai cukup baik agar dapat lebih dimaksimalkan dalam pelaksanaannya sehingga semua komponen pelaksanaan perusahaan terpenuhi dan berjalan dengan baik, juga agar dapat memicu terhadap faktor baik lainnya dalam hal good corporate governance.