BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan masyarakat akan hak mendapat pelayanan yang bermutu tersebut berdampak berbagai prakarsa dalam sistem pelayanan kesehatan tertuju kepada mutu pelayanan dan pengembangan sistem evaluasi mutu pelayanan. Pendekatan yang optimal dan yang tunggal untuk menilai dan mengevaluasi mutu pelayanan kesehatan pada dasarnya tidak ada, namun banyak negara telah menggunakan model akreditasi sebagai alat efektif untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan. Tiga negara terkemuka di dunia di bidang akreditasi rumah sakit yaitu Amerika Serikat, Kanada dan Australia telah lama mulai melakukan akreditasi. Sistem akreditasi pada ketiga negara tersebut tidak persis sama karena sistem akreditasi pada umumnya spesifik untuk suatu negara, disesuaikan dengan struktur dan nilai sosial, budaya, ekonomi, politik dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun berbeda sistem akreditasi yang digunakan tetapi tujuannya agar upaya peningkatan mutu dibudayakan dan diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Departemen Kesehatan pada tahun 1987 telah mengadopsi sistem akreditasi yang dilakukan di luar negeri sebagai acuan penting dalam menetapkan program dan pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia. Akreditasi Rumah Sakit secara umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan secara khusus bertujuan untuk memberikan jaminan kepuasan dan perlindungan kepada masyarakat, memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang telah menerapkan standar yang ditetapkan dan menciptakan lingkungan internal rumah sakit yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan pasien sesuai standar input / struktur, proses dan hasil (outcome). Manfaat akreditasi yaitu sebagai alat bagi pemilik dan pengelola rumah sakit mengukur kinerja rumah sakit, melindungi masyarakat dari pelayanan sub standar / mal praktek dan meningkatkan citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat (Departemen Kesehatan, 2008). Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan secara bertahap dimulai dengan 5 (lima) pelayanan pada tahun 1995, kemudian pada tahun 1998 bertambah menjadi 12 (dua belas) pelayanan dan pada tahun 2002 menjadi 16 (enam belas) pelayanan (Kementerian Kesehatan, 2011). Penyesuaian, pengurangan atau penambahan materi di dalam instrumen penilaian akreditasi dilakukan pada tahun 1999 dan tahun 2007. Instrumen penilaian akreditasi versi 2007 menekankan pentingnya peranan patient safety dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk 5 (lima), 12 (dua belas), atau 16 (enam belas) pelayanan, sehingga standar mutu rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit dapat berbeda tergantung beberapa kegiatan pelayanan akreditasi yang diikuti (Kementerian Kesehatan, 2011). Tak bisa dihindari saat ini Indonesia memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas, untuk itu diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, salah satunya peningkatan mutu pelayanan melalui Akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan internasional. Menjawab tantangan tersebut Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit menerbitkan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 menggantikan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 yang berfokus pada dokumentasi yang disediakan oleh provider (rumah sakit). Adapun perubahan paradigma Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 : 1. Tujuan akreditasi adalah peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan bukan semata-mata sertifikat kelulusan. 2. Standar akreditasi harus memenuhi kriteria-kriteria internasional dan bersifat dinamis. 3. Peran Direktur sangat sentral. 4. Pelayanan berfokus pada pasien. 5. Keselamatan pasien menjadi standar utama. 6. Kesinambungan pelayanan dilakukan, baik saat merujuk keluar maupun serah terima pasien di dalam rumah sakit (antar unit, antar shift, antar petugas). 7. Proses akreditasi tidak semata-mata meneliti secara cross sectional tapi juga longitudinal.
Universitas Sumatera Utara
8. Proses akreditasi mencari bukti-bukti terhadap penerapan dan pengembangan standar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan metode telusur yang terdiri dari telusur individual atau pasien, telusur sistem, telusur lingkungan dan telusur program spesifik. 9. Hasil survei merupakan upaya pencapaian rumah sakit terhadap skoring yang ditentukan berupa level-level pencapaian yaitu dasar, madya, utama dan paripurna (Sutoto, 2011). Sejalan dengan hal tersebut maka pelaksanaan akreditasi rumah sakit akan menjadi penting dan pembinaan rumah sakit akan lebih terarah. Rumah sakit akan terpacu untuk memenuhi dan memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga mutu pelayananpun dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan akreditasi rumah sakit di Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dinyatakan pentingnya tata nilai mutu pelayanan seperti yang tercantum pada pasal 40, tata nilai keselamatan pasien pada pasal 43 dan tata nilai hukum pada pasal 29, pasal 32 dan pasal 46, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Nomor 428/Menkes/SK/XII/2012 tentang Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dan Keputusan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK. 02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit. Nasution (2013) memaparkan bahwa berdasarkan sumber data dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tercatat bahwa dari 1632 rumah sakit, yang terakreditasi dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 per Desember 2012 adalah sekitar 1277 (78,24 %) dengan distribusi rumah sakit yang terakreditasi berdasarkan pelayanan sebagai berikut : Tabel 1.1. Distribusi Rumah Sakit Terakreditasi dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 per Desember 2012
No
Jenis Pelayanan
Jumlah Rumah Sakit N
%
1
5
940
73,61
2
12
132
10,33
3
16
205
16,06
Jumlah 1277 100 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nasution (2013) memaparkan bahwa 6 (enam) strategi utama Kementerian Kesehatan tahun 2012 – 2014, salah satunya yaitu meningkatkan
pelayanan
kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif. Salah satu target rencana strategi upaya kesehatan perorangan tahun 2010 – 2014 yaitu jumlah rumah sakit yang terakreditasi 90 %.
Universitas Sumatera Utara
Nasution (2013) memaparkan bahwa data rumah sakit diperlihatkan bahwa rumah sakit yang ada di Indonesia tersebar 829 Rumah Sakit Pemerintah, 715 Rumah Sakit Swasta non profit, 527 Rumah Sakit Swasta dan 67 Rumah Sakit BUMN, jadi secara keseluruhan berjumlah 2138 Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum Deli merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan swasta di kota Medan – Sumatera Utara yang didirikan oleh suatu badan hukum yaitu Yayasan Deli, pada tahun 1965 berupa Klinik Bersalin dan mengalami perkembangan di tahun 1973 menjadi sebuah Rumah Sakit Umum. Pada tahun 2008 badan hukum Yayasan Deli mengalami perubahan menjadi badan hukum PT. Cinta Damai. Mengingat Rumah Sakit Umum Deli belum melaksanakan penetapan kelas Rumah Sakit dan sesuai dengan pelaksanaan terhadap pasal 9 ayat (1) dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 maka pada tanggal 18 April 2011 telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 03.05/I/1014/2011 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Deli Medan sebagai Rumah Sakit Umum kelas C. Penetapan kelas rumah sakit yang telah diperoleh juga merupakan perwujudan pelaksanaan terhadap pasal 2 ayat (1) dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/Per/III/2010. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 pasal 25 ayat (1) setiap penyelenggara rumah sakit wajib memiliki izin dan ayat (4) izin operasional rumah sakit diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Sedangkan dalam Peraturan
Universitas Sumatera Utara
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 pasal 10 ayat (1) setiap rumah sakit yang telah mendapatkan izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi. Hal ini sejalan dengan maksud yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 maka Rumah Sakit Umum Deli wajib mentaati pasal 40 ayat (1) sampai dengan ayat (4) perihal Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit. Rumah Sakit Umum Deli melaksanakan proses Akreditasi Rumah Sakit dimulai dari mengikuti proses bimbingan akreditasi rumah sakit 5 (lima) pelayanan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit pada tanggal 23 – 24 April 2012 dan survei akreditasi rumah sakit 5 (lima) pelayanan pada tanggal 11 – 13 Juni 2012. Pada tanggal 15 Juni 2012 oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Rumah Sakit Umum Deli diakui telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit 5 (lima) pelayanan yang meliputi Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam medik serta dinyatakan dengan status Akreditasi Lulus Tingkat Dasar dengan masa berlaku 15 Juni 2012 s/d 15 Juni 2015. Pelaksanaan akreditasi di Rumah Sakit Umum Deli bukan semata-mata untuk sertifikat kelulusan tetapi untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Manajemen Rumah Sakit Umum Deli berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf di Rumah Sakit Umum Deli.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian mutu pelayanan kesehatan sebuah rumah sakit lazimnya memakai indikator penilaian yaitu : 1. Indikator mutu yang mengacu pada aspek medis meliputi : •
Angka infeksi nosokomial
: 1 – 2 %;
•
Angka kematian kasar
: 3 – 4 %;
•
Kematian pasca bedah
: 1 – 2 %;
•
Kematian ibu melahirkan
: 1 – 2 %;
•
Kematian bayi baru lahir
: 20 / 1000 %;
•
NDR (Net Death Rate)
: 2,5 %;
•
ADR (Anesthesia Death Rate)
: maksimal 1/5000;
•
PODR (Post – Operation Death Rate)
: 1 %;
•
POIR (Post – Operative Infection Rate)
: 1 %;
2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit meliputi : •
Biaya per unit untuk rawat jalan;
•
Jumlah penderita yang mengalami dekubitus;
•
Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur;
•
BOR
• BTO (Bed Turn Over)
: 70 – 85 %; : 5 – 45 hari atau 40 – 50 kali per satu tempat tidur / tahun;
• TOI (Turn Over Interval)
: 1 – 3 hari TT yang kosong;
Universitas Sumatera Utara
• LOS (Length of Stay)
: 7 – 10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial, gawat darurat, tingkat kontaminasi dalam darah,
tingkat
kesalahan,
dan
kepuasan
pasien); •
Normal Tissue Removal Rate : 10 %.
3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien meliputi : •
Pasien terjatuh dari tempat tidur / kamar mandi;
•
Pasien diberi obat salah;
•
Tidak ada obat / alat emergensi;
•
Tidak ada oksigen;
•
Tidak ada suction (penyedot lendir);
•
Tidak tersedia alat pemadam kebakaran;
•
Pemakaian obat;
•
Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain.
4. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah keluhan dari pasien / keluarganya, surat pembaca di koran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya. Evaluasi mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Deli dengan memakai indikator penilaian mutu pelayanan. Indikator yang disebutkan di atas belum semuanya dapat diaplikasikan di Rumah Sakit Umum Deli mengingat keterbatasan sumber daya rumah sakit itu sendiri. Peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
Umum Deli dilakukan secara berkesinambungan berdasarkan hasil evaluasi mutu pelayanan secara rutin di rumah sakit. Upaya peningkatan mutu rumah sakit yang telah dilakukan oleh rumah sakit secara internal tidak terlepas dari sistem evaluasi mutu pelayanannya yang bersifat eksternal dengan menggunakan model akreditasi sebagai alat efektif untuk melakukan peninkatan mutu pelayanan rumah sakit. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari instalasi rekam medis di Rumah Sakit Umum Deli dapat dilihat gambaran dari mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Deli sebagai berikut : Tabel 1.2. Hasil Kegiatan Rumah Sakit Umum Deli Tahun 2009 – 2013
No
Keterangan
Tahun 2009
2010
2011
2012
2013
1
NDR
1,7 %
1,7 %
1,7 %
2%
2,2 %
2
GDR
4,2 %
4,9 %
5,2 %
5,7 %
5,1 %
3
BTO
61 kali
52 kali
52 kali
47 kali
52 kali
4
LOS
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
5
TOI
3 hari
4 hari
4 hari
5 hari
4 hari
BOR 48,8 % 42,8 % 42,6 % Jumlah penderita 4977 4445 4269 keluar hidup dan mati 8 Jumlah penderita 123 138 152 mati : ≤ 48 jam 9 Jumlah penderita 86 80 73 mati : ≥ 48 jam Sumber : Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Deli
39,7 % 3920
47,2 % 4015
145
115
80
91
6 7
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah angka penggunaan tempat tidur pada sebuah rumah sakit dalam jangka waktu tertentu dalam nilai persen. BOR merupakan
Universitas Sumatera Utara
salah satu elemen dalam indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit adalah salah satu dari 4 (empat) indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan yang sering digunakan di rumah sakit. Sejak tahun 2009 sampai tahun 2013 BOR Rumah Sakit Umum Deli hanya berkisar 40% – 49%, belum memenuhi kriteria 70% – 85%. Hal ini mengindikasikan sebuah pertanyaan “bagaimanakah mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Deli ?”. Tahun 2012 Rumah Sakit Umum Deli melaksanakan akreditasi dasar 5 (lima) pelayanan dengan mempergunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007. BOR di tahun 2012 menunjukkan angka 39,7% dan tahun 2013 BOR mengalami kenaikan dari 39,7% menjadi 47,2%. Kenaikan sekitar 7,5% dan menunjukkan bahwa pelaksanaan akreditasi rumah sakit dapat dijadikan sebagai forum konsultasi antara rumah sakit dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit yang akan memberikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Deli melalui pencapaian standar yang ditentukan. Angka pemamfaatan tempat tidur (BOR) yang rendah selama ini di Rumah Sakit Umum Deli sehingga perlu dipikirkan bagaimana meningkatkan angka BOR diantaranya melalui pemasaran. Rumah Sakit Umum Deli dengan status Akreditasi Lulus Tingkat Dasar, dapat dijadikan sebagai alat pemasaran Rumah Sakit Umum Deli.
Universitas Sumatera Utara
Bergerak dari pengalaman mengikuti Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007, 5 (lima) pelayanan, Rumah Sakit Umum Deli mulai membenahi diri melengkapi persyaratan dokumentasi 16 (enam belas) pelayanan. Diketahui dengan dasar pemahaman materi Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 dan pelaksanaan pemenuhan dokumentasi 16 (enam belas) pelayanan akan membantu memenuhi persyaratan pelayanan di unit kerja lainnya di rumah sakit dan dapat mempersiapkan diri untuk menerima implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Perubahan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 mengikuti Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 memang bisa merupakan dilema karena Rumah Sakit Umum Deli harus menata ulang standar pelayanan rumah sakit yang tentunya perlu waktu mengingat masa berlaku status Akreditasi Rumah Sakit sampai dengan tanggal 15 Juni 2015. Untuk itu kebijakan manajemen rumah sakit menetapkan implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan mulai melakukan sosialisasi standar baru ini kepada seluruh staf dengan menerbitkan Surat Keputusan Direktur Nomor
558/SK/DIR/III/2013 tentang Pemberlakuan Standar Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Umum Deli dan mengikuti bimbingan akreditasi yang diselenggarakan oleh institusi berkompeten di bidang akreditasi sehingga diharapkan rumah sakit dapat segera mengikuti akreditasi standar baru tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli ? 2. Bagaimana monitoring implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli ? 3. Apa saja faktor-faktor kendala selama implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli ?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui gambaran implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan akreditasi Rumah Sakit Umum Deli ? 2. Mengetahui monitoring implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli ? 3. Mengetahui gambaran faktor-faktor kendala selama implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Deli ?
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Pimpinan Rumah Sakit Umum Deli berkenaan dengan implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 terhadap persiapan pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Umum Deli. 2. Sebagai bahan masukan bagi Komisi Akreditasi Rumah Sakit tentang persoalan yang timbul di Rumah Sakit Umum Deli dalam rangka implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. 3. Sebagai bahan kepustakaan dan referensi untuk rumah sakit lain dalam rangka implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. 4. Sebagai
bahan
masukan
untuk
memperkaya
pengetahuan
pembahasan
implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dan dapat dikembangkan oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara