BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Lingkungan Eksternal Perusahaan
Dengan jumlah pelanggan mencapai 5 milyar di seluruh dunia telekomunikasi seluler sudah menjadi kebutuhan oleh semua orang. Di Indonesia sendiri telekomunikasi seluler adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Paling tidak sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia hampir semuanya sudah menggunakan ponsel.
Di industri telekomunikasi terdapat dua kelompok perusahaan besar yaitu sekelompok perusahaan yang berfokus pada produksi telepon seluler seperti Nokia, BlackBerry, Apple dan Samsung. Di sisi lainnya terdapat sekelompok perusahaan yang berfokus pada penyediaan infrastruktur jaringan. Gambar 1.1 menunjukkan ada tiga kelompok besar penyedia infrastruktur jaringan yaitu vendor, operator dan subkontraktor.
Vendor
adalah
perusahaan
penyedia
produk-produk
jaringan
telekomunikasi dan juga layanan-layanan untuk pemeliharaan jaringan. Operator memiliki lisensi frekuensi dan menjual layanan telekomunikasi (suara, SMS dan data) kepada masyarakat. Subkontraktor bertugas membantu vendor dan operator untuk memperlancar operasionalnya. Pemerintah bertindak sebagai regulator yang bertugas mengatur alokasi frekuensi bagi tiap-tiap operator, memastikan bahwa setiap
operator
memberikan
layanan
terbaiknya
bagi
masyarakat
dan
mengeluarkan regulasi yang mendukung perkembangan usaha di bidang
1
telekomunikasi
juga
melakukan
test
dan
ujicoba
bagi
produk-produk
telekomunikasi yang masuk ke Indonesia (Wardhana, 2011).
Gambar 1.1 Kelompok penyedia infrastruktur jaringan 1.1.1
Operator Telekomunikasi Seluler Telekomunikasi seluler di Indonesia dirintis pada tahun 1984, teknologi
seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone). Beberapa saat kemudian muncul teknologi seluler generasi pertama (1G) yang dikenal dengan nama AMPS (Advanced Mobile Phone System). Proyek awal untuk GSM dilakukan pada tahun 1993 oleh PT Telkom Indonesia. Pada tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia. Setahun kemudian didirikan Telkomsel sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia dan dua tahun kemudian didirikan PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga.
2
1967 Teknologi NMT-450 (Nordic Mobile Telephone) yang menggunakan frekuensi 450 MHz oleh PT Telkom Indonesia & PT Rajasa Hazanah Perkasa 2G : Pilot-project 2G (GSM) oleh PT Telkom Indonesia. On-air 3 BTS (Base Transceiver Station), yaitu satu di Batam dan dua di Bintan
1984 1985 1993
1994 Telkomsel didirikan sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia
Produk prabayar pertama oleh Simpati (Telkomsel)
1995 1996 1997
Pemerintah Indonesia melepas 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (SingTel). Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, menggunakan frekuensi 1.900 MHz dengan lisensi FWA (Fixed Wireless Access) Telkomsel meluncurkan layanan EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution) yang sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sekitar 126 kbps (kilobit per detik) 4G : Dirjen Postel menetapkan frekuensi 2.3 Ghz, sebagai frekuensi yang akan ditempati WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) di Indonesia. Lima operator mengantongi lisensi 4G WiMAX yaitu : Telkom, Indosat Mega Media, Berca, Jasnita dan First Media
2001 2002 2003
PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (Indosat, sekarang PT. Indosat Tbk) didirikan memulai usahanya pada 1969 dalam bidang layanan telekomunikasi antarnegara 1G : Teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System, mempergunakan frekuensi 800 MHz) dioperasikan oleh empat operator: PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo Panca Sakti, dan PT Telekomindo Prima Bakti, serta PT Telkom Indonesia
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga Layanan SMS diperkenalkan 2.5G : Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (Indosat-M3), yang kemudian menjadi pelopor layanan GPRS (General Packet Radio Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) di Indonesia. PT Radio dan Telepon Indonesia (Ratelindo) berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom dan meluncurkan produk esia sebagai operator CDMA kedua berbasis FWA, yang kemudian diikuti dengan kehadiran Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom.
2004 2006 2008 2009 2010
3G : Tiga operator telepon seluler ditetapkan sebagai pemenang untuk memperoleh lisensi layanan 3G Telkomsel, XL dan Indosat. Dan pada akhir tahun yang sama, ketiganya meluncurkan layanan 3G secara komersial. Telkomsel memperoleh second carrier untuk jaringan 3G nya dan mengimplementasi High Speed Packet Access (HSPA+) yang sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sampai 21 Mbps.
Gambar 1.2 Perkembangan operator telekomunikasi seluler di Indonesia
3
Sampai saat ini teknologi telekomunikasi seluler sudah sampai pada generasi keempat (4G). Gambar 1.2 menjelaskan bagaimana perkembangan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. Di indonesia sampai saat ini telah beroperasi 10 operator seluler. Beberapa operator menggunakan teknologi jaringan GSM dan beberapa operator lain menggunakan jaringan CDMA. Tabel 1.1 menunjukkan operator-operator seluler di Indonesia dan teknologi seluler yang digunakan. Tabel 1.1 Operator telekomunikasi di Indonesia sampai tahun 2013 Operator Bakrie Telecom Hutchison
Indosat Mobile-8 Natrindo Sampoerna Telekom Smart Telecom Telkom Telkomsel XL Axiata
Produk Esia 3 IM3, Indosat Matrix, Indosat Mentari StarOne Fren, Mobi dan Hepi Axis Ceria Smart Flexi Kartu AS, Kartu HALO dan Simpati XL
Jaringan CDMA 800MHz GSM GSM CDMA 800MHz CDMA 800MHz GSM CDMA 450MHz CDMA 1.900MHz CDMA 800MHz GSM GSM
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia
Sampai tahun 2013 operator dengan teknologi GSM lebih menguasai pasar dibandingkan operator dengan teknologi CDMA. Pangsa pasar terbesar dikuasai oleh tiga operator dengan teknologi GSM yaitu Telkomsel, Indosat dan XL Axiata. Penetrasi pelanggan seluler terus naik dari tahun 2007 sebesar 37,16 % sehingga menjadi 83,23% pada tahun 2011. Penetrasi pelanggan ini dihitung dari
4
jumlah pelanggan dari ketiga operator besar di Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Tabel 1.2 menunjukkan jumlah pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia. Tabel 1.3 menunjukkan besarnya penetrasi pelanggan dari tiga operator besar di Indonesia. Tabel 1.2 Jumlah pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia Operator Telkomsel Indosat XL Total Susbcriber
Jumlah Subscriber (dalam jutaan) 2007 2008 2009 2010 47,8 65,3 81,6 94,0 23,9 36,5 33,1 43,2 15,4 26,0 31,4 40,4 87,1 127,8 146,1 177,6
2011 107 51,7 46,3 205,0
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
Tabel 1.3 Penetrasi pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia Subscriber Penetration (dalam jutaan kecuali presentase) 2007 2008 2009 2010 2011
Operator Populasi Penduduk Indonesia (dalam juta) Pengguna Telepon Seluler (dalam juta) Penetrasi Pelanggan
234,4
237,5
240,4
243,3
246,3
87,1 37,16%
127,8 53,81%
146,1 60,77%
177,6 72,98%
205,0 83,23%
Dari laporan keuangan tiga operator besar di Indonesia ketiga operator besar Indonesia terus mengalami kenaikan pendapatan tiap tahunnya. Tabel 1.4 memperlihatkan di tahun 2011 Telkomsel sebagai operator terbesar di Indonesia mampu meraup pendapatan sebesar 48,7 trilyun rupiah, Indosat memperoleh pendapatan 20,5 trilyun rupiah dan XL memperoleh pendapatan 18,9 trilyun rupiah. Dari sisi efisiensi operasional XL termasuk operator yang berhasil dimana memperoleh keuntungan bersih (pendapatan setelah dikurangi beban operasional, pajak,
bunga
dan depresiasi)
lebih besar
daripada
Indosat meskipun
5
pendapatannya lebih kecil seperti terlihat pada Tabel 1.5. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya bisnis telekomunikasi masih sangat besar kesempatannya. Tabel 1.4 Revenue tiga operator besar Indonesia tahun 2007 - 2011 Operator Telkomsel Indosat XL
Revenue (dalam milyar rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 39.171 40.291 44.443 45.567 48.733 16.873 19.211 18.842 19.796 20.576 8.365 12.156 13.880 17.637 18.921
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
Tabel 1.5 Net margin tiga operator besar Indonesia tahun 2007 - 2011 Operator
Net Margin (dalam milyar rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 13.624 11.422 13.16 12.362 12.824 Indosat 2.042 1.878 1.498 647 835 XL 251 -15 1.709 2.891 2.830 Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
1.1.2
Arsitektur Jaringan Operator Seluler Jaringan operator seluler terdiri dari elemen-elemen rumit yang
memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi secara bergerak. Gambar 1.3 berikut menjelaskan elemen-elemen jaringan pada operator seluler.
6
Gambar 1.3 Arsitektur jaringan seluler Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
Elemen jaringan operator seluler terdiri dari tiga bagian besar yaitu Base Station System (BSS), Network Switching System (NSS), Operation & Maintenance System (OMS). Setiap bagian besar tersebut akan terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. 1.
Base Station System (BSS) merupakan bagian dari jaringan yang menyediakan interkoneksi dari MS ke peralatan dasar switching. Tabel 1.6 dibawah menjelaskan bagian-bagian dari BSS.
7
Tabel 1.6 Bagian-bagian dari Base Station System (BSS) Elemen Jaringan
Fungsi
Base Station Controller (BSC)
BSC membawahi satu atau lebih BTS serta mengatur trafik yang datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC juga mengatur manajemen sumber radio dalam pemberian frekuensi untuk setiap BTS dan mengatur handover.
Base Transceiver Station (BTS)
BTS merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada MS. Dalam BTS terdapat kanal trafik yang digunakan untuk komunikasi.
Transcoder
Transcoder berfungsi untuk translasi MSC dari 64 Kbps menjadi 16 Kbps dan juga untuk efisiensi kanal trafik.
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
2.
Network Switching System (NSS) berfungsi sebagai switching pada jaringan GSM, manajemen jaringan dan sebagai antarmuka antara jaringan GSM dengan jaringan lainnya. Tabel 1.7 dibawah menjelaskan bagianbagian dari NSS. Tabel 1.7 Bagian-Bagian dari Network Switching System (NSS) Elemen Jaringan
Mobile Switching Center (MSC)
Home Location Register (HLR)
Fungsi MSC didesain sebagai switch ISDN (Integrated Service Digital Network) yang dimodifikasi agar berfungsi untuk jaringan seluler. MSC juga dapat menghubungkan jaringan seluler dengan jaringan fixed phone. HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain: layanan pelanggan, service tambahan, serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir.
8
Visitor Location Register (VLR)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
Authentication Center (AuC)
AuC berisi database yang menyimpan informasi rahasia yang disimpan dalam bentuk format kode. AuC digunakan untuk mengontrol penggunaan jaringan yang sah dan mencegah pelanggan yang melakukan kecurangan.
Equipment Identity Register (EIR)
Merupakan database terpusat yang berfungsi untuk validasi International Mobile Equipment Identity (IMEI).
Inter Working Function
Berfungsi sebagai interface antara jaringan GSM dengan jaringan ISDN.
Echo Canceller
Digunakan untuk sambungan dengan berfungsi untuk mengurangi echo (gema).
PSTN,
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
3.
Operation & Maintenance System (OMS) bagian ini mengizinkan network provider untuk membentuk dan memelihara jaringan dari lokasi sentral. Tabel 1.8 dibawah menjelaskan bagian-bagian dari OMS. Tabel 1.8 Bagian-bagian dari Operation & Maintenance System (OMS) Elemen Jaringan
Fungsi
Operation and Maintenance Centre (OMC)
OMC sebagai pusat pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan. Fungsi utamanya mengawasi alarm perangkat dan perbaikan terhadap kesalahan operasi.
Network Management Centre (NMC)
Berfungsi untuk pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan yang lebih besar dari OMC.
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
9
1.1.3
Pertumbuhan Jaringan Operator Data pertumbuhan BTS menunjukkan besarnya kebutuhan akan teknisi
profesional untuk mendukung terus berkembangnya layanan operator. Menurut data yang diambil dari laporan tahunan tiga operator terbesar di Indonesia (PT Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.9 jumlah total BTS terus bertambah setiap tahunnya dari total sejumlah 42.139 BTS pada tahun 2007 menjadi 90.149 BTS pada tahun 2011. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat mencapai 110.738 BTS di akhir tahun 2013. Jumlah ini belum termasuk BTS dari operator lainnya seperti PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT) yang mengoperasikan jaringan Tri, PT AXIS Telekom Indonesia, PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk. Tabel 1.9 Jumlah BTS tiga operator seluler terbesar di Indonesia Operator Telkomsel Indosat XL Jumlah BTS
2007 20858 10124 11157 42139
2008 26872 13662 16729 57263
2009 30992 16353 19349 66694
Jumlah BTS 2010 2011 36557 42623 18108 19253 22191 28273 76856 90149
2012 47545 22253 30787 100585
2013 52811 23887 34040 110738
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
Pertumbuhan BTS per tahun bervariasi di setiap operator. Pertumbuhan terbesar dilakukan oleh PT Telkomsel Seluler dengan rata-rata pertambahan sekitar 5441 BTS per tahunnya. Di tahun 2011 penambahan besar-besaran dilakukan oleh PT XL Axiata Tbk sebesar 6082 BTS seperti terlihat pada tabel 1.10. Dengan jumlah pertumbuhan yang besar setiap tahunnya dan juga proses yang panjang dari kegiatan survey awal sampai BTS Acceptance, RF Engineer
10
bertindak sebagai Planner dan juga Optimizer. Planner bertugas untuk menentukan titik lokasi mana saja yang perlu dibangun BTS dan Optimizer bertanggungjawab untuk mengoptimalisasikan BTS agar bisa menyediakan layanan yang memuaskan bagi pelanggan. Tabel 1.10 Jumlah pertambahan BTS tiga operator seluler terbesar di Indonesia Operator
Telkomsel Indosat XL Jumlah Pertambahan BTS
Pertambahan BTS per tahun 2008 6014 3538 5572
2009 4120 2691 2620
2010 5565 1755 2842
15124
9431 10162
2011 6066 1145 6082
2012 4922 3000 2514
2013 5266 1634 3252
Rata-rata 2008 - 2011 5441 2282 4279
13293
10436
10152
12003
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
11
Gambar 1.4 Bermacam-macam jenis Base Transceiver Station (BTS) sebagai salah satu bagian dari BSS. 1. BTS Greenfield dengan struktur berkaki empat, biasanya untuk BTS dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah rural 2. BTS Greenfield dengan struktur berkaki tiga, lebih hemat tempat dan cocok untuk daerah perkotaan 3. BTS kamuflase yang menyerupai pohon untuk keindahan estetika 4. BTS monopole 5. Ericsson Tower Tube, tower yang ramah lingkungan. 6. BTS yang difungsikan juga sebagai lampu penerangan
12
1.1.4
Vendor Telekomunikasi Seluler Ada tiga vendor besar dunia yang menguasai pabrikasi untuk peralatan-
peralatan jaringan seluler termasuk didalamnya adalah BTS. Ketiga vendor tersebut adalah Ericsson, NSN (Nokia Siemens Networks) dan Huawei. Dibandingkan dengan operator Indonesia, vendor penyedia peralatan telekomunikasi pendapatannya jauh lebih besar karena cakupan pasar yang menjangkau sampai seluruh dunia. Tabel 1.11 dan tabel 1.12 menunjukkan laporan keuangan yang dikumpulkan dari tiga vendor besar Ericsson masih memimpin berpendapatan terbesar pada tahun 2011 diikuti oleh Huawei dan Nokia Siemens Networks. Huawei melaju sangat cepat dan hampir mengalahkan perusahaan-perusahaan dari Eropa yang sudah lama mengusai teknologi telekomunikasi. Nokia Siemens Networks yang berawal dari merger dua divisi besar yaitu Nokia Networks dan Siemens Communication ternyata tidak dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan dan terus merugi semenjak 2007. Tabel 1.11 Revenue tiga vendor besar dunia tahun 2007 - 2011 Vendor Ericsson NSN Huawei
2007 28.167,00 17.812,69 14.744,80
Revenue (dalam juta dollar) 2008 2009 2010 31.339,50 30.971,55 30.502,20 20.360,97 16.723,42 16.839,13 19.692,80 23.457,12 29.207,68
2011 34.038,15 18.674,53 32.628,64
Sumber : Annual Report Ericsson (Telefonaktiebolaget L. M. Ericsson), Huawei Technologies Co. Ltd., Nokia Corporation.
13
Tabel 1.12 Rugi / laba tiga vendor besar dunia tahun 2007 - 2011 Rugi/Laba (dalam juta dollar)
Vendor
2007 Ericsson Nokia Siemens Networks Huawei
2008
2009
2010
2011
3320,25
1750,05
619,05
1685,25
1885,35
-1739,64 2022,56
-400,33 1262,56
-2179,87 3040,16
-912,38 3954,56
-399 1863,52
Sumber : Annual Report Ericsson (Telefonaktiebolaget L. M. Ericsson), Huawei Technologies Co. Ltd., Nokia Corporation.
Selain menjual produk yang berhubungan dengan jaringan seluler ketiga vendor tersebut juga memberikan jasa kepada operator-operator yang membeli produknya antara lain adalah jasa konsultan RF Planning and Optimization. Dengan semakin berkembangnya dan rumitnya jaringan maka jasa pelatihan dan training untuk RF Planning and Optimization-pun semakin dibutuhkan baik oleh vendor maupun oleh operator. PT Floatway Systems menangkap peluang ini dengan mendirikan pusat pelatihan yang berfokus pada teknologi jaringan seluler.
1.1.5
Perusahaan Penyedia Jasa Training di Industri Telekomunikasi
Seluler Masih sedikit sekali perusahaan yang berasal dari Indonesia yang menggeluti jasa training di bidang teknik telekomunikasi seluler. Berikut beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang training atau pengembangan kompetensi di bidang teknik telekomunikasi seluler baik dari luar maupun dalam negeri (lihat Tabel 1.13).
14
Tabel 1.13 Perusahaan yang bergerak di jasa training teknik telekomunikasi Nama No Perusahaan 1 Aircom International 2 Award Solutions, Inc 3 4
5
6 7 8
Telecoms Academy Pinnacle Learning Center TECHCOM Consulting GmbH COMMTECH Training Center Think Corp PT. Bandung TalentSource
Layanan Training GSM, GPRS, UMTS, HSPA+ dan LTE
Kantor Pusat Inggris
4G, HSPA+, LTE, EPC, LTE-Advanced, TDLTE, VoLTE, Cloud Computing, M2M, UCC, IP Convergence, IPv6, MPLS dan IMS
Amerika Serikat
Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi
Inggris
Manajemen Proyek, Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi
Indonesia, Malaysia, Singapura Jerman
IT dan Telekomunikasi
Indonesia
GSM, CDMA, WCDMA IP Network, Blended English, Mobile Communication, Multimedia Training, Project Management, Telecom Mini MBA
Indonesia Indonesia
Sumber : Diolah dari penulis
1.2
Lingkungan Internal Perusahaan
1.2.1
Cikal Bakal Berdirinya Perusahaan Perusahaan PT. Floatway Systems (www.floatway.com) didirikan pada
bulan Juni 2010 oleh empat pendiri yang memiliki latar belakang sama yaitu lulusan Teknik Elektro. Pada awalnya floatway didirikan atas dasar keinginan para pendirinya agar riset yang telah dilakukan di bangku perkuliahan (khususnya di bidang teknik elektro) berkelanjutan menjadi sebuah produk jadi yang dapat dikomersialkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa hasil riset pendiri floatway telah memenangkan penghargaan inovasi produk baik secara nasional dan internasional, salah satunya memenangkan kompetisi Indosat Telco Project
15
Competition 2005 dan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC 2007). Tetapi keberlanjutan ide dalam kompetisi tersebut akhirnya punah begitu saja. Disinilah tujuan floatway didirikan, diharapkan dapat menjadi wadah yang menampung kreatifitas-kreatifitas generasi muda di Indonesia.
Gambar 1.5 Para pendiri PT. Floatway Systems kiri ke kanan : Lingga Wardhana, Deni Rosiska, Rakhmad Fajar, Chairil Wahyana PT. Floatway Systems didirikan Juni 17 Mei 2010 di Bekasi berdasarkan akta notaris nomor 39.- oleh notaris Hj. Tuti Alawiyah,SH yang terletak di Ruko Naga Swalayan Blok A No.2 Jl. Raya Sultan Agung KM. 27 Medan Satria, Bekasi kode pos 17132. Kantor dan workshop PT. Floatway Systems terletak di Cipinang Elok Blok BJ No 2C Cipinang Jakarta Timur. Bagi para pendiri bulanbulan awal mendirikan perusahaan adalah hal yang sulit. Meskipun dengan semangat tinggi sama seperti yang lainnya rata-rata entrepreneur yang baru memasuki dunia bisnis para pendiri tidak memiliki strategi untuk berbisnis. Ditambah lagi latar belakang yang sama bukanlah sesuatu yang bagus bagi sebuah organisasi. Keberagaman kadang lebih baik dalam sebuah organisasi. Karena
16
sebuah organisasi meskipun kecil membutuhkan bagian keuangan, marketing, sales dan pengetahuan mengenai manajemen Pembagian kerja pun dilakukan diantara pendiri ada yang mengurusi bagian teknis dan ada yang mengurusi manajemen. Pada awalnya para pendiri antusias bahwa penjualan produk hasil riset bisa menjadi sumber penghasilan perusahaan. Ternyata riset membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu diputuskan untuk menambah pemasukan perusahaan dengan meluncurkan jasa training teknik telekomunikasi dimana sebagian pendiri sudah berpengalaman di bidang telekomunikasi lebih dari lima tahun. Solusi dari permasalahan tersebut adalah kedua kegiatan berjalan seiringan sehingga ada dua divisi yang berjalan di floatway yaitu divisi produk dan divisi training teknik telekomunikasi. 1.2.2
Divisi Produk Kebetulan salah satu pendiri yang berfokus di solusi hardware mendapat
proyek sebuah produk instrumentasi industri. Proyek yang sebelum floatway didirikan sudah sering ditanganinya. Proyek ini memberikan kesempatan bagi floatway untuk melangkah. Meskipun banyak kendala terjadi saat melakukan project delivery, proyek ini menghubungkan floatway ke proyek-proyek selanjutnya selama tahun 2011. Banyak riset yang dilakukan di divisi ini terutama dalam pembuatan dan pengembangan produk. Produk yang dibuat adalah alat untuk tes kualitas kabel di produksi sepeda motor. Target pasar utama produk ini adalah perusahaan subkontraktor penyedia kabel bagi perusahaan motor seperti Honda, Kawasaki, Suzuki dan Yamaha. Produk ini menjadi produk utama
17
floatway di bidang solusi hardware. Di pasaran sudah terdapat produk sejenis yang dibuat oleh negara Jepang dan Taiwan. Harga yang lebih ekonomis dengan fungsionalitas yang lebih unggul diharapkan menjadi brand equity produk floatway dibandingkan produk-produk lainnya. Sebelum PO (Project Order) dikeluarkan oleh customer, diskusi yang intensif dengan customer sangat diwajibkan. Dalam pemasaran produk B2B komunikasi intensif ke customer adalah sangat penting untuk bisa sukses memenangkan hati customer. Dengan pertemuan yang insentif akhirnya perusahaan dapat menciptakan produk yang dapat menghemat proses produksi customer sehingga customer pun terbantu dengan waktu pengechekan yang menjadi lebih cepat. Produk circuit checker ditunjukkan pada gambar 1.6 dibawah ini.
Gambar 1.6 Produk utama PT. Floatway Systems Streamline circuit tester dan bulb tester yang berfungsi sebagai alat untuk tes kualitas kabel di produksi sepeda motor
18
1.2.3
Divisi Training Telekomunikasi Divisi lain adalah divisi training yang ditujukan bagi engineer
telekomunikasi. Pasar ini dikerjakan oleh perusahaan karena tiga dari empat pendiri perusahaan berpengalaman di bidang telekomunikasi. Materi training yang utama adalah 2G/3G/4G RF Planning and Optimization. Kegiatan training ini sangat spesifik tetapi peminatnya cukup banyak. Pasar ini berkembang dikarenakan telekomunikasi berkembang sangat pesat dalam satu dekade ini. Di sisi lain belum ada lembaga yang menyediakan jasa training bersertifikasi. Padahal kebutuhan engineer yang memiliki pemahaman konsep sangat dibutuhkan di industri telekomunikasi seiring dengan bertambah besarnya jaringan operator seluler. Pemasaran produk disampaikan melalui media internet khususnya mailing list dan facebook. Pemasaran ini terbukti cukup efektif menjaring peserta training meskipun dengan biaya yang minim. Memang ada persaingan dalam bidang ini tetapi brand produk tetap terjaga dengan memberikan materi training yang benarbenar dibutuhkan oleh konsumen. Metode pengajarannya pun dibuat secara dua arah. Dimana peserta training secara bebas dan langsung dapat menceritakan pengalamannya kedalam forum training. Selain itu banyak sekali dilakukan praktek-praktek yang berhubungan dengan materi training sehingga peserta paham apa yang sedang dipelajari dalam training.
19
Gambar 1.7 Program training telekomunikasi Sampai saat ini ada dua bisnis unit yang berjalan di perusahaan yaitu divisi produk instrumentasi industri dan divisi training telekomunikasi. Keduanya terus dikembangkan pasarnya dan dijaga kualitasnya. Strategipun terus dipikirkan oleh pemilik perusahaan untuk mencapai sustainability. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan secara umum ke perusahaan dan secara khusus ke divisi training telekomunikasi.
20
1.3
Kebutuhan-kebutuhan Perusahaan Tingkat penetrasi telekomunikasi di Indonesia masih tergolong rendah,
menjadikan peluang bisnis di sektor telekomunikasi memiliki prospek yang bagus di masa mendatang, sehingga industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki kesempatan untuk bertumbuh dalam beberapa tahun mendatang. Persaingan operator seluler tidak hanya terjadi dalam batasan tarif, namun juga area cakupan (coverage) dan layanan kepada pelanggan. Tarif menjadi alasan utama pada lapisan menengah ke bawah, sementara coverage juga menjadi pertimbangan. Saat ini kompetisi Industri telekomunikasi selular di Indonesia telah memasuki sebuah babak baru, bukan saja layanan telepon dan SMS, tetapi sekarang ini sudah memasuki persaingan layanan data. Meningkatnya persaingan di operator telekomunikasi inilah yang menyebabkan operator berlomba-lomba untuk memberikan layanan yang baik dengan harga yang murah dan tetap mengikuti perkembangan trend teknologi. Salah satunya berimplikasi pada orang-orang teknik yang bekerja didalamnya. Pada awal jaringan seluler berdiri, fokus operator hanya pada coverage dan juga availability. Availability menggambarkan bahwa jaringan beroperasi dengan baik, tidak sering mati, pasokan listrik ke jaringan lancar dan jaringan transmisi penghubung antar jaringan juga beroperasi dengan baik. Saat ini fokus operator sudah mengarah ke layanan yang memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tidak lagi berfokus pada jaringan yang dimilikinya tetapi berfokus pada kebutuhan customer.
21
RF Planning and Optimization adalah bagian dari divisi teknik di industri telekomunikasi selular yang memiliki tanggung jawab untuk berfokus pada kepuasan
konsumen.
Menurut
rekomendasi
dari
ITU
(International
Telecommunication Union) terdapat tiga kategori pengklasifikasian Key Performance Indicator (KPI) untuk evaluasi sebuah jaringan yaitu Accessibility, Retainability dan Integrity. 1.
Accessibility adalah kemampuan user untuk memperoleh servis sesuai dengan layanan yang disediakan oleh pihak penyedia jaringan.
2.
Retainability adalah kemampuan user dan sistem jaringan untuk mempertahankan layanan setelah layanan tersebut berhasil diperoleh sampai batas waktu layanan tersebut dihentikan oleh user.
3.
Integrity adalah derajat pengukuran disaat layanan berhasil diperoleh oleh user. Pada masa awal munculnya telekomunikasi seluler sampai tahun 2008 vendor-vendor Eropa merajai penjualan perangkat-perangkat telekomunikasi ke operator-operator Indonesia. Setelah tahun 2008 banyak operator yang beralih ke vendor China karena harga perangkat yang jauh lebih murah. Dari segi kualitas perangkat China tidak kalah dibandingkan dengan perangkat Eropa. Tetapi dari segi layanan yang diberikan untuk me-maintenance jaringan, vendor China kalah jauh dibandingkan dengan vendor Eropa. Inilah salah satu alasan mengapa perusahaan floatway fokus pada layanan training. Diharapkan floatway dapat menjadi perusahaan yang memberikan solusi kepada operator-operator yang menginginkan
maintenance
jaringan
sebaik
vendor
Eropa
meskipun
22
menggunakan produk China. Tentunya dengan menggunakan layanan training yang kami berikan. Terdapat kebutuhan perusahaan yang menjadi fokus pembahasan dan akan dipecahkan melalui penelitian ini. Kebutuhan tersebut adalah belum adanya penelitian yang berfokus pada analisa model bisnis pada PT Floatway Systems sebelumnya. Penelitian ini melakukan analisa model bisnis yang sudah berjalan dan merumuskan pengembangan model bisnis baru yang berguna untuk dijadikan pedoman dan kerangka dalam pengembangan usaha. 1.4
Tujuan Penelitian Berkenaan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mencapai hal-hal sebagai berikut : 1.
Menganalisis model bisnis yang sudah diterapkan oleh PT Floatway Systems
2.
Merumuskan pengembangan model bisnis lain yang berguna untuk pengembangan usaha. 1.5
Manfaat Penulisan penelitian difokuskan pada aspek kanvas model bisnis dan
episentrum inovasi di PT Floatway Systems (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Perusahaan ini dipilih sebagai obyek penulisan penelitian dikarenakan beberapa alasan. Pertama, PT Floatway Systems dapat dikategorisasikan sebagai perusahaan pemula (start-up company) dan digerakkan oleh wirausahawan muda (young entrepreneurs). Dengan adanya penelitian mendalam
ini dapat
memberikan pandangan baru bagi penulis, pemilik dan juga selaku pelaksana
23
manajemen di PT Floatway Systems tentang pencapaian perusahaan yang telah dicapai dalam kurun waktu tiga tahun dan salah satu alternatif pendalaman dan penerapan konsep manajemen strategi dalam suatu realita bisnis. Kedua, PT Floatway Systems sejak berdirinya mencoba melakukan inovasi berkelanjutan (sustainable innovation) yang ber-episentrum pada sumber daya kunci berupa sumber daya manusia. Hal ini memungkinkan analisa yang intens untuk menjajagi potensi episentrum yang lain, seperti berbasis proposisi nilai (value proposition), segmen konsumen (consumer segment) ataupun berbasis mitra kunci (key partners). 1.6
Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,
dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang merupakan penjabaran bab yang bersangkutan sehingga membentuk satu kesatuan penulisan yang utuh. Bab I adalah bab pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang lingkungan eksternal perusahaan, lingkungan internal perusahaan, rumusan masalah, tujuan bisnis, manfaat bisnis dan sistematika penulisan. Bab II membahas mengenai landasan teori, pada bab ini akan dibahas teori-teori yang bisa memberikan gambaran bagaimana metode pengembangan model bisnis untuk PT Floatway Systems. Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, bab ini menjelaskan mengenai level analisis, sumber data apakah menggunakan data primer atau data sekunder, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
24
Bab IV adalah pembahasan mengenai strategi dan rencana yang digunakan. Strategi dan rencana yang digunakan adalah kombinasi Nine Building Blocks dengan Episentrum Inovasi Model Bisnis. Nine Building Blocks terdiri atas : segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus penerimaan, aktivitas kunci, kunci kemitraan, sumber daya, struktur biaya. Nine Building Blocks digunakan untuk memotret kondisi perusahaan saat ini dan pengembangan model bisnis baru menggunakan Pusat Inovasi Model Bisnis. Bab V adalah pembahasan mengenai rencana aksi yang merupakan bagian yang membantu untuk mengelola pelaksanaan strategi melalui detil kegiatan berbasis harian yang harus diperbaharui secara terus menerus. Rencana aksi terdiri dari empat bagian yaitu : kegiatan, penanggung jawab, ukuran kinerja dan waktu.
25