BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki tuturan yang berbeda dalam menyampaikan komunikasi atau informasi. Tuturan itu sendiri merupakan suatu kekhasan pengungkapan bahasa untuk meningkatkan efek yang dapat mempengaruhi seseorang. Seperti halnya bahasa yang bersifat dinamis, perkembangan media massa pada saat ini sangat pesat, hal itu karena media massa memegang peranan penting untuk memberikan informasi kepada masyarakat sekaligus bisa mempengaruhi cara pandang suatu masyarakat. Media massa terdiri dari dua jenis, yaitu media massa media cetak dan media massa elektronik, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, namun dengan fungsi yang sama yaitu untuk menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate) dan menghibur (to entertaint) (effendi, 2004:149). Kedua jenis media massa tersebut bersaing untuk menarik perhatian masyarakat dengan memberikan informasi terkini dan menghadirkan program unggulannya. Salah satu media yang banyak diminati berbagai lapisan masyarakat ialah radio, karena radio memiliki fungsi sebagai pengikat komunitas yang sifatnya lebih interaktif jika dibandingkan dengan media elektronik lainnya. Stasiun radio sampai saat ini masih dipercaya oleh sebagian orang sebagai media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan, baik kepada individu maupun khalayak.
1
2
Kiprah seorang penyiar radio tidak dapat dipisahkan dari sebuah stasiun radio. Hanya seorang penyiar radio yang kompetenlah yang dapat membuat para pendengarnya merasa terhibur. Dalam menyampaikan siarannya, seorang penyiar radio harus bertutur kata dengan baik. Tindak tutur seorang penyiar radio bertujuan agar siarannya diminati pendengar, untuk mencapai hal itu penyiar radio akan berusaha membuat siarannya terlihat menarik, sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menguasai teknik-teknik kepenyiaran. Menurut Romli (2004:24) Ada dua teknik siaran yang biasa digunakan oleh seorang penyiar, yaitu teknik Ad libitum dan teknik membaca naskah. Teknik Ad libitum tidak mempergunakan teks, penyampaian topik siaran mempergunakan bahasa sehari-hari sehingga siaran menjadi lebih santai, tanpa beban atau tekanan. Pada suatu siaran selain menyampaikan suatu topik, seorang penyiar radio harus menyampaikan iklan yang dibacakan (adlibs), agar penyampaian topik dan adlibs tampak blend atau menyatu, maka penyiar radio harus menguasai teknik khusus yang berasal dari turunan teknik ad libitum, teknik tersebut dinamakan teknik bridging. Dengan menguasai teknik tersebut seorang penyiar radio dapat menguasai seluruh materi yang akan ia sampaikan dan seolah membuat bridge atau jembatan yang dapat menghubungkan topik ke adlibs atau sebaliknya dengan baik, sehingga pendengarnya tidak cepat merasa bosan karena siaran tersebut tampak ringan, mengalir dan terdengar tidak dibuat-buat. Jika tindak tuturnya dianalisis lebih jauh, maka akan diketahui jenis tindak tutur seperti
3
apa yang digunakan oleh penyiar radio pada saat membawakan teknik bridging dan apa tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pengamatan peneliti, sebuah siaran radio yang membuat pendengarnya tidak cepat merasa jenuh adalah siaran yang riang, diselipi dengan efek humor, santai, dan tidak terkesan dibuat-buat. Oleh karena itu, penggunaan teknik bridging pada tindak tutur penyiar radio yang digunakan untuk membawakan suatu acara tersebut kiranya cukup penting untuk dilakukan penelitian dari segi penggunaan, tindak tutur, jenis tuturan, dan pengaruh tindak tutur penyiar radio dalam membawakan teknik bridging (segi tinjauan pragmatik), sehingga siarannya menjadi lebih menarik dan terkesan alami. Seperti yang terdapat dalam tuturan penyiar radio di bawah ini: Vivi Bunny Vivi
Bunny Vivi
Bunny
: Hehe hey girls (4) : Maksudnya tu mojang bujang jadi inspirasi kita, salah satunya adalah dokter Gita (5) : Ya, salah satunya adalah dokter Gita karena dokter Gita udah meluncur ke pasopati dan memberikan kue tart ke kita, ntar kita tweet lo kuenya ya bo (6) : Dokter Gita hati-hati di jalan yah (7) : Ok dokter Gita makasih banyak ya, pokonya makasih banyak buat mojang bujang seperguruan semuanya dan makasih pastinya buat axis yang udah mensponsori kita dong (8) : Bener banget nih hehehe buat bapak Andreas, bapak Dody juga ini dari axis, karena kalau lu pake axis, lu tu hanya perlu sms n nelpon 500 rupiah doang, lu bisa dapet gratisan 10.000 sms per harinya (9)
Dari tuturan diatas dapat diketahui bahwa tuturan tersebut digunakan pada saat pembacaan request melalui sms, tipe bridging tuturan di atas adalah topik ke adlibs. Pada tuturan (5) Bunny membawakan topik tentang inspirasi “Permioz” adalah mojang bujang seperguruan (sebutan untuk pendengar acara “Permioz”)
4
salah satunya adalah dokter Gita, untuk membuat bridging dari topik ke adlibs (iklan), pada tuturan (8) Vivi mengutarakan rasa terima kasih pada dokter Gita, mojang bujang (sebutan untuk pendengar Oz) dan pada sponsor, yaitu axis. Menanggapi bridging tersebut, Bunny membawakan adlibs pada tuturan (9) yang menyebutkan berbagai kelebihan axis, seperti dengan memakai axis hanya dengan sms dan menelpon 500 rupiah, akan mendapatkan gratis 10.000 sms per harinya. Data tersebut termasuk kedalam tindak perlokusi, karena tuturan 001/A (8) diutarakan Vivi bukan hanya mengutarakan rasa terima kasih, tetapi secara tidak langsung mengajak pendengar radio Oz untuk memakai memakai axis yang sudah menjadi sponsor “Permioz” karena tarif axis yang murah, hal tersebut ditegaskan dalam adlibs (9), karena dengan memakai axis hanya dengan sms dan menelpon 500 rupiah, akan mendapatkan gratis 10.000 sms per harinya. Jenis tuturan yang digunakan adalah tuturan langsung literal, karena tuturan (8) menyatakan makna yang sama dengan maksud pengutaraan. Jadi dengan adanya teknik bridging, penyiar radio akan lebih mudah dalam menyampaikan suatu topik yang diikuti adlibs ataupun sebaliknya. 1.2 Masalah 1.2.1
Identifikasi Masalah Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
5
1)
bentuk lingual teknik bridging pada tindak tutur penyiar radio memiliki kekhasan;
2)
tindak tutur yang digunakan penyiar radio berbeda-beda sehingga memiliki kekhasan;
3)
jenis tuturan penyiar radio berbeda-beda;
4)
modus tuturan penyiar radio berbeda-beda;
5)
teknik-teknik yang digunakan oleh setiap penyiar radio dalam menyampaikan siarannya berbeda-beda;
6)
tidak tutur dengan menggunakan teknik bridging dapat menimbulkan kekhasan;
7)
pola penggunaan teknik bridging pada suatu siaran berbeda-beda;
8)
cara penyampaian teknik bridging pada suatu siaran berbeda-beda;
9)
pengaruh yang timbul akibat tindak tutur penyiar radio di masyarakat berbeda-beda.
1.2.2
Batasan Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti terbatas pada hal-hal
berikut: 1)
penyampaian teknik bridging dalam suatu siaran;
2)
tindak tutur yang digunakan penyiar radio dalam membawakan teknik bridging;
3)
jenis tuturan yang digunakan penyiar radio dalam membawakan teknik bridging;
6
4) 1.2.3
pengaruh tindak tutur penyiar radio terhadap masyarakat. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut ini. 1)
Bagaimana penyampaian teknik bridging dalam suatu siaran?
2)
Tindak tutur apakah yang digunakan penyiar radio dalam membawakan teknik bridging?
3)
Jenis tuturan apakah yang digunakan penyiar radio dalam membawakan teknik bridging?
4)
Apakah tindak tutur yang dibawakan dengan menggunakan teknik bridging dapat memberikan pengaruh terhadap para pendengarnya?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan: 1)
Penyampaian teknik bridging dalam suatu siaran;
2)
Tindak tutur yang digunakan penyiar radio dalam membawakan teknik bridging;
3)
Jenis tuturan yang digunakan penyiar radio dalam membawakan teknik bridging;
4)
Ada tidaknya pengaruh yang dihasilkan dari suatu tindak tutur yang dibawakan dengan teknik bridging.
7
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak seperti di bawah ini: 1)
Masyarakat Dengan mengetahui fungsi dari suatu tindak tutur yang digunakan dalam membawakan teknik bridging, masyarakat kini akan lebih peka dalam memilih suatu siaran yang berkualitas.
2)
Kepentingan ilmu Dengan diadakannya penelitian ini, akan diperoleh gambaran, penjelasan, dan argumentasi tentang bagaimana penggunaan tindak tutur dapat direalisasikan dalam teknik bridging.
1.5 Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan, maka penulis kemukakan definisi operasional untuk istilah yang digunakan. 1)
Tindak tutur adalah suatu cara bertutur yang dilakukan oleh penyiar radio.
2)
Penyiar radio adalah orang yang menyiarkan atau penyeru pada radio Oz FM. Adapun penyiar tersebut adalah Vivi Novidia dan Bunny D’luney yang membawakan acara “Permioz” pada pukul 07.00 - 09.00 WIB.
8
3)
Teknik bridging adalah teknik yang digunakan penyiar radio (Vivi Novidia dan Bunny D’luney) pada saat membawakan adlibs (iklan yang dibacakan) ke topik, ataupun sebaliknya dengan mempergunakan artikulasi yang jelas untuk memberikan kesan ringan, tidak dibuat-buat dan mengalir dalam acara “Permioz”.
4)
“Permioz” adalah singkatan dari perguruan misleuk Oz, acara ini disiarkan setiap hari Senin – Jumat pada pukul 07.00 – 09.00 WIB. Acara ini merupakan acara bertemakan komedi pagi dengan mengusung slogan “Permioz”, “Dari jam 7- 9 pagi, di atas jam Sembilan lu bakal misleuk”. Acara ini mendapatkan rating yang tinggi di Bandung.