BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk dapat
meningkatkan kinerjanya. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka nilai perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu yang dapat mencerminkan prestasi manajemen. Untuk mencapai kinerja perusahaan yang baik, perusahaan perlu mengelola setiap faktor produksi yang ada secara efektif dan efisien. Faktor produksi merupakan sumber daya yang digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi barang dan jasa.
Salah satu faktor produksi yang dimiliki oleh
perusahaan yaitu sumber daya manusia. Manusia merupakan faktor produksi yang sulit untuk dikendalikan dan keinginannya sulit diintegrasikan karena dalam diri setiap manusia memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda. Salah satu penghambat tercapainya tujuan perusahaan adalah karena terdapatnya perbedaan kepentingan antara pihak-pihak dalam suatu perusahaan, hal ini disebut dengan teori keagenan. Teori ini menyebutkan adanya agency cost yang merupakan biaya yang terjadi oleh pemegang saham yang mempercayakan perusahaan kepada manajer perusahaan untuk mengelola
perusahaan supaya
dapat memaksimumkan pengembalian. Terjadinya konflik yang disebut agency problem disebabkan karena pihak-pihak yang terkait yaitu principal (pemberi
1 Universitas Sumatera Utara
kontrak atau pemegang saham) dan agent (penerima kontrak dan pengelola dana prinsipal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Pemegang saham ingin manajemen meningkatkan nilai perusahaan, akan tetapi manajer memiliki keinginan sendiri yang sering tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Para manajer perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai apa yang sedang terjadi dalam perusahaan daripada orang lain, karena mereka adalah orangorang yang terlibat secara langsung dalam pengelolaan perusahaan. Sementara di pihak lain, para pemegang saham memiliki sedikit insentif untuk bertindak, karena mereka harus berbagi keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan pihak lainnya, sementara biayanya harus mereka tanggung sendiri. Hasilnya adalah kerentanan kronis perusahaan atas terjadinya ketidakkompetenan manajerial, pencarian keuntungan untuk sendiri, penipuan atau perilaku menyimpang yang merugikan. sedikit
Semakin sedikit
kecenderungan
persentase kepemilikan para manajer, semakin
mereka
akan
bertindak
secara
konsisten
untuk
memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham dan semakin besar kebutuhan pengawasan atas aktivitas pihak manajemen bagi para pemegang saham luar. Konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajer dan karyawan perusahaan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut.
Salah satu cara
yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan bagi pihak manajemen dan karyawan dimana mereka akan merasakan langsung
2 Universitas Sumatera Utara
manfaat dari keputusan yang diambil dan apabila terjadi kerugian maka ada konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Salah satu prinsip ekonomi yang dimiliki oleh manusia adalah tanggap terhadap insentif. Demikian pula dalam bekerja, seorang karyawan biasanya akan lebih produktif apabila mendapatkan insentif lebih dari pekerjaan tambahan yang ia kerjakan. Karyawan juga termasuk stakeholder (pihak yang berkepentingan dalam perusahaan) maka dari itu kebutuhan karyawan harus dipahami agar kepuasan kerja tercapai dan selanjutnya dapat menumbuhkan komitmen pada perusahaan. Hal inilah yang ditangkap perusahaan, dimana perusahaan berusaha agar setiap karyawan mampu memberikan kontribusi terbaiknya kepada perusahaan melalui pemberian insentif. diberikan
perusahaan
kepada
Salah satu jenis insentif yang dapat
karyawannya
adalah
dengan
memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk memiliki saham perusahaan melalui Employee Stock Ownership Program. Solusi yang lebih baik untuk memecahkan masalah agensi adalah dengan memberi suatu paket kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham perusahaan) jika kinerja mereka bagus (Syahyunan, 2013:5). Menurut Bapepam (2002) Employee Stock Ownership Program (ESOP) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Program Kepemilikan Saham bagi Karyawan (PKSK) merupakan suatu program yang memungkinkan partisipasi karyawan untuk memiliki saham perusahaan atau induk perusahaan tempat mereka bekerja. Melalui ESOP, perusahaan memberikan hak kontraktual kepada karyawan dan manajemen, dimana mereka bisa membeli saham
3 Universitas Sumatera Utara
perusahaan pada jangka waktu yang sudah ditentukan, misalnya tiga atau lima tahun kemudian, dimana harga sahamnya akan sama dengan harga saham ketika opsi diberikan. Dengan demikian, karyawan dan manajemen yang menerima hak opsi akan menerima keuntungan apabila harga saham perusahaan naik terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga ada margin saham yang diperoleh. Adanya pemberian penghargaan berupa kepemilikan saham diharapkan menjadi pemicu timbulnya sense of belonging karyawan terhadap perusahaan, sehingga tumbuh keinginan untuk meningkatkan produktivitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Studi Penerapan ESOP (Bapepam, 2002), bahwa ESOP merupakan suatu strategi yang mampu membantu perusahaan menjadi lebih kuat, memberi imbalan kepada karyawan yang pada akhirnya meningkatkan partisipasi pemilik perorangan dalam perusahaan. Sukirno (2013:352) mengatakan terdapat perkaitan yang erat antara kenaikan upah para pekerja dengan kenaikan produktivitas mereka. Pengadopsian ESOP diharapkan dapat menjadi motivasi untuk memacu semangat kerja karyawan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas mereka. Semangat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi kepuasan kerja dan kepuasan atas berbagai faktor seperti upah, tunjangan, rekan-rekan kerja dan kesempatan mendapatkan promosi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhu (2013) menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi ESOP memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak mengadopsi ESOP.
4 Universitas Sumatera Utara
Konsep mengenai ESOP secara teknikal baru muncul pada tahun 1952 akan tetapi telah digunakan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1921 (Ngambi, 2013).
Dipelopori oleh Amerika Serikat melalui Employee Stock Ownership
Plans (ESOPs), Employee Stock Purchase Plans dan Stock Option Plans dan kemudian berkembang di negara-negara lain. Di Indonesia sendiri praktek opsi saham ini telah mulai ada sebelum tahun 1998 yang telah diterapkan oleh beberapa perusahaan non-public, namun semakin berkembang sesudah tahun 1998. ESOP sedikit menyerupai rencana berbagi keuntungan (profit sharing), Dimana kedua hal tersebut sama-sama bertujuan untuk menumbuhkan sense of belonging karyawan terhadap perusahaan.
Bedanya, dalam ESOP setiap
karyawan memiliki kesempatan untuk memiliki saham di tempat ia bekerja, yang kemudian dapat dikatakan sebagai pemilik perusahaan. pembagian
keuntungan
(profit
sharing)
menurut
Sementara dalam Mathis
(2006:472)
mendistribusikan sebagian dari keuntungan organisasional kepada karyawan pada akhir tahun atau diberikan pada saat pensiun. ESOP dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, antara lain dengan memberikan saham secara cuma-cuma (Stock Grants), menjual saham kepada karyawan (Direct Employee Stock Purchase Plans), memberikan opsi kepada karyawan untuk membeli saham perusahaan selama periode tertentu (Stock Option
Plans), meminta manajer investasi untuk berinvestasi pada saham
perusahaan (Employee Stock Ownership Plans), dan hibah dalam bentuk kas (Phantom Stock & Stock Appreciation Rights).
5 Universitas Sumatera Utara
Bentuk ESOP yang diadopsi oleh emiten Indonesia adalah Stock Option Plans, dimana opsi yang ditawarkan adalah saham atau waran. Bapepam (2002) mengatakan program ESOP oleh emiten atau perusahaan publik di Indonesia dilakukan dalam bentuk stock option plan yang sebagian besar sumber sahamnya berasal dari portepel, bukan dari saham pendiri atau saham treasury atau saham yang ada di pasar.
Emiten di Indonesia memberikan nama yang berbeda-beda
untuk menyebutkan program ESOP yang mereka terapkan, seperti Option Plan, Waran Karyawan, Ownership Plan, Management Stock Option, dan lain-lain. Bapepam (2002) mengatakan, meskipun penamaan program ini beragam, tetapi secara substansi bentuk program tersebut semuanya adalah Stock Option Plan. Sedangkan untuk perusahaan tertutup yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan multinasional menggunakan
cashless exercise yang menyerupai
phantom stock atau SARs. Tabel 1.1 Jumlah Emiten yang Mengadopsi ESOP Periode 2004-2012 Tahun Jumlah 2004 20 2005 25 2006 25 2007 28 2008 30 2009 32 2010 36 2011 39 2012 45 Sumber : Laporan Keuangan (Data Diolah)
Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah emiten yang mengadopsi ESOP di Indonesia belum terlalu banyak, yaitu kurang dari 10% dari keseluruhan emiten di Bursa Efek Indonesia. Sanjaya (2012) mengatakan bahwa di Indonesia
6 Universitas Sumatera Utara
pengadopsian program ESOP kurang populer, hal ini disebabkan karena para direksi perusahaan melakukan kontrol terhadap pemegang saham dan keluarga adalah pengendali dominan dalam perusahaan-perusahaan terbuka. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui dampak dari pengadopsian Employee Stock Ownership Program terhadap kinerja perusahaan dan agency cost. Salah satu cara untuk mengukur kinerja dari sebuah perusahaan yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan adalah suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.
Kinerja keuangan
perusahaan dapat digunakan untuk mengevaluasi setiap kesalahan yang dilakukan pada periode sebelumnya serta menyusun strategi yang tepat untuk periode yang akan datang. Hal ini sangat penting dilakukan agar setiap sumber daya yang ada dapat digunakan secara optimal. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan.
Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Dalam analisis rasio, kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal. Peneliti dalam hal ini menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan tolak ukur keberhasilan manajemen dalam menjalankan suatu usaha. Menurut Prihadi (2012:164) rasio profitabilitas mendapat tempat tersendiri dalam penilaian perusahaan, hal ini mudah dipahami karena secara sadar perusahaan didirikan
7 Universitas Sumatera Utara
memang untuk memperoleh laba. Syamsuddin (2007:59) menyatakan, perhatian ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Lukviarman (2012:33) menambahkan rasio ini sangat bermanfaat dalam menilai efektifitas manajemen perusahaan secara keseluruhan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) serta Return on Equity (ROE). Kamaludin dan Indriani (2012:45) mengatakan ukuran yang biasa digunakan dalam mengukur rasio profitabilitas adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Dalam penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahi dampak pengadopsian ESOP terhadap agency cost. Agency cost diukur dengan proksi Selling and General Administrative (SGA). SGA mengukur biaya keagenan berdasarkan rasio beban operasi terhadap total penjualan. Semakin tinggi rasio ini mencerminkan bahwa biaya keagenan yang dikeluarkan perusahaaan semakin besar. Berikut adalah data Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Selling and General Administrative (SGA) Perusahaan sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program.
8 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Rasio NPM, ROA, ROE dan SGA Sebelum dan Sesudah ESOP Tahun Rasio Emiten Sebelum ESOP Sesudah ESOP ESOP AKRA 2009 2,73 % 7,35 % NPM POLY 2012 3,265 % -10,655 % SCMA 2008 4,475 % 16,58 % ROA INDY 2011 6,475 % 0,8 % MNCN 2010 6,42 % 20,31 % ROE BCAP 2012 14,655 % 0,68 % 0,69 % 0,785 % BDMN 2005 SGA SDRA 2010 0,835 % 0,805 % Sumber : ICMD (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, kita dapat melihat bagaimana terdapat perbedaan yang terjadi pada rasio Net Profit Margin, Return on Assets dan Return on Equity sebelum dan sesudah tahun pengadopsian program ESOP oleh perusahaan. Rasio NPM Pada PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) mengalami peningkatan dari 2,73% menjadi 7,35%, sementara itu pada Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) justru mengalami penurunan dari 3,265% menjadi -10,655%. Rasio ROA pada Surya Citra Media Tbk. (SCMA) mengalami peningkatan dari 4,475% menjadi 16,58% akan tetapi ROA tampak menurun pada Indika Energy Tbk. (INDY) dari 6,475% menjadi 0,8%. Begitu pula pada Rasio ROE, dimana satu tahun sesudah pengadopsian ESOP, ROE perusahaan Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) menunjukkan peningkatan yang cukup besar, yakni dari 6,42% menjadi 20,31%, berbanding terbalik pada MNC Kapital Indonesia. (BCAP), dimana ROE
perusahaan ini mengalami penurunan dari 14,655% menjadi 0,68%. Sementara untuk agency cost yang diproksikan oleh SGA, terdapat Bank Danamon yang mengalami peningkatan dari 0,69% menjadi 0,785%, hal tersebut berbanding terbalik dengan Bank Woori Saudara yang mengalami penurunan dari 0,835% menjadi 0,805%.
9 Universitas Sumatera Utara
Penelitian
mengenai hubungan
pengadopsian
ESOP
dan
kinerja
perusahaan sudah beberapa kali dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, sayangnya penelitian-penelitian tersebut seringkali memberikan hasil yang berbeda satu sama lain dan tidak konsisten dengan teori.
Penelitian yang
dilakukan Ngambi and Oloume (2013) menyatakan bahwa ESOP memiliki pengaruh positif tehadap Return on Assets (ROA) akan tetapi tidak dapat ditemukan bukti yang meyakinkan adanya pengaruh ESOP terhadap Return on Equity (ROE). Sementara hasil berbeda ditemukan oleh Chen and Hsu (2008) yang mendapatkan bahwa ESOP justru berpengaruh paling signifikan terhadap ROE.
Septarina (2013) menemukan bahwa rasio NPM, ROA, dan ROE
mengalami penurunan sesudah pengadopsian ESOP oleh perusahaan. Berbeda dengan Santhi dan Astika (2015) yang menemukan bahwa terdapat perbedaan pada ROA setelah
hibah ESOP. Sementara Poornima et al. (2015) yang
melakukan penelitian pada perusahaan sektor keuangan menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan terhadap profitabilitas dan kinerja secara keseluruhan. Untuk Agency Cost, Sinaga (2009) mengatakan tidak terdapat perbedaan pada Selling and General Administrative pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Hingga kini belum ada jawaban yang pasti mengenai hubungan antara ESOP dan kinerja perusahaan, baik itu positif atau negatif, pada kinerja ekonomi ataupun kinerja keuangan (Ngambi and Oloume, 2013).
Belum dapat
disimpulkan apakah dengan memberikan saham perusahaan kepada karyawan
10 Universitas Sumatera Utara
mampu menurunkan biaya keagenan dan memberikan dampak yang lebih baik terhadap kinerja dari suatu perusahaan atau tidak. Berdasarkan research gap dan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Kinerja Perusahaan dan Agency Cost Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Employee Stock Ownership Program” (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity dan Selling and General Administrative sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Net
Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity dan Selling and General Administrative sebelum dan sesudah pengadopsian Employee Stock Ownership Program.
11 Universitas Sumatera Utara
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1.
Peneliti Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan peneliti terkait penerapan Employee Stock Ownership Program (ESOP). Dengan adanya penelitian ini maka peneliti mampu mengaplikasikan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama belajar di jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.
2.
Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta informasi
mengenai
temuan
dan
bukti
empiris
yang
dapat
dipertanggungjawabkan mengenai pengadopsian ESOP oleh perusahaan. 3.
Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi perusahaan terkait upaya peningkatan kinerja perusahaan melalui Employee Stock Ownership Program (ESOP).
Adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, terutama dalam hal pemberian kompensasi berupa saham terhadap karyawan. 4.
Peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
12 Universitas Sumatera Utara