BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,
terutama ketika memasuki usia remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari kanak-kanak menuju ke masa dewasa, rentang usia masa remaja yaitu 12-21 tahun. Pada rentang usia tersebut seorang individu berada pada tahap perkembangan remaja awal. Pada tahap ini remaja mengalami perubahan yaitu meningginya emosi, perubahan fisik, psikis dan sosial (Hurlock, 2009). Perubahan pada aspek sosial akan mendorong remaja untuk melakukan proses sosial. Menurut Soekanto (2007) Proses sosial adalah merupakan suatu proses yang berarti bahwa ia merupakan suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian diri, dan gejala pembentukan. Semua gejala ini disebabkan karena individu dalam kelompok menyesuaiakan diri satu sama lain dan menyesuaiakan diri dengan keadaan. Proses sosialisasi ini terjadi melalui interaksi sosial yang dimiliki oleh setiap individu. Pada hakekatnya individu membutuhkan orang lain dan naluri hidup bersama dengan orang lain sejak lahir, dewasa, tua, dan sampai meninggal, Sehingga permasalahan dapat diatasi secara bersama. Keinginan untuk hidup bersama orang lain menjadikan manusia dijuluki sebagai makhluk sosial yang secara alami ingin mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Manusia hanya dapat menyelesaikan tugas dalam hidupnya dengan bantuan kelompok. Untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama dan tidak akan pernah mampu hidup sendiri tanpa adanya komunikasi antar manusia yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa 1
interaksi sosial, tidak akan ada kehidupan bersama (Soekanto, 2007). Pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk individu, sosial, dan berkebutuhan. Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak lepas dari interaksi dengan orang lain. Manusia perlu berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, dengan menggunakan bahasa lisan maupun dengan bahasa isyarat (Santoso, 2010). Oleh karena itu dalam kehidupan manusia saling membutuhkan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraannya. Menurut Soekanto (20f07) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan–hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, bahkan interaksi sosial juga akan terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan oleh semua siswa, namun kemampuan interaksi sosial setiap siswa tidaklah sama. Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang baik, akan lebih memiliki banyak teman di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, dapat mudah bergaul, tidak minder dan anak juga tidak malu untuk bertanya pada guru atau orang lain ketika ia tidak mengerti sesuatu. Selain itu apabila seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dilingkungan sekitar, senang akan kegiatan kelompok dan senang melakukan kerja sama, maka orang akan memiliki kemampuan yang baik pula dalam menyesuaikan diri. Jika kemampuan interaksi sosialnya rendah, anak akan cenderung menjadi pemalu, pendiam, tidak memiliki teman dekat atau berteman dengan tertentu saja, lebih sering menyendiri dan takut dengan guru atau orang lain. Ditinjau dari pengertian kedua ahli, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial yaitu dalam kehidupan sosialnya membutuhkan kebersamaan, baik itu antar kelompok, antar orang perorangan, antar orang dengan 2
kelompok, dimana saling membutuhkan untuk musyawarah demi mencapai tujuan yang sama. Dari hasil wawancara dengan guru BK SMP Negeri 4 Temanggung Eny Dwiarti, pada tanggal 8 April 2013 diketahui bahwa interaksi sosial siswa kurang baik. Siswa tidak dapat berkinteraksi sosial dengan baik karena siswa hanya berteman dengan teman tertentu, pada saat berpapasan dengan teman sebanyanya tidak saling menyapa. Ketika ada diskusi kelompok siswa hanya diam dan sulit diajak bekerja sama. Dari hasil penelitian di SMP Negeri 4 Temanggung penulis menyebarkan skala interaksi sosial pada tanggal 19 April 2013 dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 1.1. Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Sosial di SMP Negeri 4 Temanggung Kategori Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Total Minimum Maksimum Rata-rata
Interval 133-- 160 102-- 132 71 -- 101 40 -- 70
Frekuensi 0 5 32 0 37 40 160 96
Persentase 0% 13,5% 86,5% 0% 100%
Berdasarkan hasil penyebaran skala interaksi sosial siswa dari jumlah 37 siswa, terdapat 32 siswa berada pada kategori rendah, dan 5 orang siswa berada pada kategori tinggi. Dari hasil tersebut terdapat 3 siswa yang dapat menjalin hubungan dengan baik, mendapat penerimaan dari teman, dukungan dari teman, suka mengikuti kegiatan kelompok dan bisa diajak kerjasama dengan baik.
3
Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosialnya rendah harus diatasi dengan cara memberikan pendekatan dengan permainan, agar siswa dapat terlatih, percaya diri, dapat bekerjasama dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu bagi siswa yang mengalami interaksi sosial yang rendah memerlukan pendekatan-pendekatan khusus untuk membantu siswa dalam rangka meningkatkan interaksi sosial. Peneliti melakukan wawancara dengan Wali kelas VII C SMP Negeri 4 Temanggung, bapak Warijo pada tanggal 19 April 2013 bahwa redahnya interaksi sosial siswa dapat berdampak pada nilai partisipasi siswa. Dimana siswa yang memiliki interaksi sosial rendah kurang dapat berpartisipasi dikelas dan nilai partisipasi yang mereka peroleh lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Selain itu, nilai tugas kelompok yang diperoleh juga rendah karena siswa kurang dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Jika sedang mengerjakan tugas kelompok, mereka diam saja dan tidak ikut berpartisipasi. Dari data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa sikap-sikap tersebut merupakan ciri kemampuan interaksi sosial yang rendah, yaitu kurangnya kontak sosial dan komunikasi antar siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Partowisastro (1997) yang menyatakan bahwa interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi tiga syarat, yaitu adanya kontak sosial , aktifitas bersama dan frekuensi hubungan. Masalah-masalah yang terkait dengan kemampuan interaksi sosial siswa yang rendah perlu mendapatkan perhatian untuk diberikan bantuan dengan suatu proses bimbingan yang dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa tersebut. Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu tenaga pendidik yang berperan dalam memberikan bantuan kepada
4
siswa untuk menghadapi hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan belajar maupun kegiatan sosial di sekolah. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Trisnaningsih (2011) di SMP PGRI 1 Gandirejo Tahun Pelajaran 2011/2012, tentang Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman SMP tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan signifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh Zhitung = 2,201 dan Ztabel = 0, 028.Karena Zhitung > Ztabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian. Salah satu layanan dalam Bimbingan dan Konseling yang mungkin dapat digunakan untuk membantu siswa dengan masalah berinteraksi adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik bermain. Karena layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain merupakan suatu pemberian bantuan kepada siswa melalui kegiatan kelompok. Layanan bimbingan kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah siswa. Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi siswa, secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa. 5
Dewa Ketut Sukardi (2008) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya. Sedangkan menurut Romlah (2001) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok
ditujukan
untuk
mencagah
timbulnya
masalah
pada
siswa
dan
mengembangkan potensi siswa. Ditinjau dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian bimbingan kelompok adalah suatu bantuan terhadap individu yang diberikan kepada siswa dalam memberikan bantuan dan pencegahan untuk mencapai suatu perkembangan yang optimal. Menurut Tohirin (2007) teknik yang dapat diterapkan dalam layanan bimbingan kelompok adalah teknik umum dan permainan kelompok. Permainan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok sebagai pelengkap yang merupakan wahana pemuat materi atau materi layanan. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, peneliti menggunakan teknik bermain dengan menggunakan permainan kerja sama yang bisa diaplikasikan ke dalam layanan bimbingan kelompok yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa. Secara tidak langsung siswa yang seperti itu sangat membutuhkan bantuan dari guru BK. Bentuk bimbingan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan teknik bimbingan kelompok dengan cara bermain. 6
Jika tidak segera diatasi maka permasalahan akan semakin meluas, hubungan sosial pun juga tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga terjadi kesenjangan sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama sesama teman. Menurut Ahmadi (1999) masalah sosial lebih efektif, efisien dan relevan jika ditangani melalui bentuk bimbingan kelompok. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik permainan kerja sama untuk siswa yang mengalami suatu permasalah terhadap kemampuan berinteraksi sosial. Siswa sebagai remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya dari pada keluarga. Teman sebaya sangat pengaruh kuat pada perkembangan kemapuan interaksi sosial. Layanan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial adalah layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik permainan kerja sama. Dengan melalui permainan kerja sama individu dapat menerapkan dan mereaksi sesuai dengan pola interaksi sosial. Individu dapat mendiskusikan dan memecakan masalah yang timbul secara bersama, maka dengan sendirinya akan terjadi suatu interaksi yang diharapkan. Kemudian akan dikaitkan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Permainan kerja sama ini dilaksanakan dalam suatu keadaan ketika sekelompok orang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Wenzler (Donik,2010) Dengan alasan bahwa suatu permainan kerja sama ini akan terjadi suatu hubungan yang dinamis antar anggota dalam kelompok sehingga akan terjadi suatu interaksi sosial melalui komunikasi, aktifitas bersama dan hubungan frekuensi. Pemilihan permainan disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian, peserta, serta permainan kerja sama yang terpilih disesuaikan dengan kemampuan interaksi sosial. Terdapat delapan permainan kerja sama dan komunikasi yaitu gambar berantakan, sarang korek api, pemberi, penerima, 7
pengganggu, bermain balok, membangun piramida, malaikat pelindung, menyambung cerita, kompak berdiri. Setiap permainan kerja sama dibutuhkan komunikasi, aktivitas bersama dan frekuensi hubungan, yang terutama dalam permainan adalah kerja sama dan komunikasi antar anggota. Secara tidak lansung ketika saat permainan para anggota akan melakukan interaksi dengan anggota lain dalam kelompok. Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk mengangkat dalam suatu penelitian mengenai “Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Permainan”
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa kelas VII C di SMP Negeri 4 Temanggung? 1.3.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui signifikasi peningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan
layanan bimbingan kelompok teknik permainan di SMP Negeri 4 Temanggung. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan peneleitian ini mampu memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat, baik itu dari dunia pendidikan, agama ataupun pada bimbingan dan konseling :
8
1.4.1. Manfaat Teoritis 1.4.1.1. Diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendekatan pada bimbingan individu dan kelompok. Terutama pada bimbingan kelompok bagi siswa menengah pertama di SMP N 4 Temanggung. 1.4.1.2. Dapat
menambah
wawasan
tentang
bimbingan
kelompok
dalam
meningkatkan interaksi sosial dengan menggunakan metode permainan kerja sama oleh siswa – siswi SMP N 4 Temanggung 1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1. Memberikan informasi kepada masyarakat pada khususnya para orang tua beserta guru matapelajaran yang diampu. 1.4.2.2. Sebagai bahan pertimbangan pihak terkait yaitu dari pihak sekolah yang bersangkutan agar seantiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada siswasiswinya. 1.5. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi dalam lima bab. Adapun susunan yang akan disajikan sebagai berikut : a. BAB I Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah dan pokok bahasan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
9
b. BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini membahas berupa kisi-kisi, teori-teori dan masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial dan hipotesis penelitian. c. BAB III Metode Penelitian Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, definisi oprasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data. d. BAB IV Laporan Penelitian Dalam bab ini mencakup judul pelaksanaan yang berisi tentang persiapan penelitian, gambaran lokasi penelitian, pelaksanaan, analisis data, uji hepotesis, dan pembahasan. e. BAB V Penutup Dalam bab ini mencakup judul penentu, yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
10