BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh, kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas (Sudiarti & Indrawani, 2008). Makanan atau hidangan yang dikonsumsi sehari-hari sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2001). Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu (Lusa, 2009). Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaaan gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan unsur-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga perlu mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya (Lusa, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja merupakan masa yang rentan untuk terkena masalah gizi. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal dan gizi lebih (Boy, 2009). Menurut Badan Litbang Kesehatan (2001), berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja putri menunjukkan bahwa kelompok remaja putri menderita atau mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemia berkisar antara 40-88%, sedangkan prevalensi remaja putri dengan IMT kurus berkisar antara 30-40%. Hal ini sejalan dengan pendapat Arisman (2004)
yang mengemukakan bahwa berdasarkan survei terhadap
mahasiswi kedokteran di Perancis, membuktikan bahwa 16% mahasiswi kehabisan cadangan zat besi, sementara 75% menderita kekurangan zat besi. Penelitian lain di Kairo menunjukkan asupan zat besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 26% wanita menderita anemia, sementara di negara maju angka tersebut hanya sekitar 5-7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara berkembang termasuk Indonesia mengalami anemia kekurangan besi. Pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor status sosial ekonomi, personal preference, pengetahuan, kebiasaan makan dan kesehatan. Status sosial ekonomi sangat menentukan pilihan
Universitas Sumatera Utara
seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan, personal preference juga berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan gizi seseorang karena didasarkan atas kebiasaan makan makanan yang disukai dan tidak disukai. Dalam pemenuhan makanan apabila didasarkan pada makanan kesukaan saja maka akan mengakibatkan pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan berlebih. Pengetahuan akan mempengaruhi seseorang dalam penyusunan menu makanan yang akan dikonsumsi. Kebiasaan makan merupakan suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberi gambaran perilaku dari nilai-nilai yang dianut seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Pemenuhan kebutuhan gizi seseorang juga dipengaruhi oleh kesehatan, sehingga dilakukan pemilihan jenis makanan yang tetap sesuai dengan kondisi kesehatannya (Prohealth, 2009). Komunitas remaja putri yang tinggal di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara sering mengalami masalah dengan kebutuhan gizinya. Hal ini juga terjadi pada mahasiswi yang tinggal mandiri. Mahasiswi yang tinggal mandiri merupakan seorang mahasiswa wanita yang sedang menuntut ilmu di jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu di sebuah perguruan tinggi dan tinggal terpisah dari keluarganya. Mahasiswi ini rentan mengalami masalah gizi karena pola makan yang salah, pemenuhan kebutuhan gizi yang tidak adekuat dan pengaruh lingkungan pergaulan (Boy, 2009). Asrama Putri Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu tempat yang banyak dipilih oleh para mahasiswi sebagai tempat tinggal. Hal ini dikarenakan lokasinya yang dekat dengan kampus Universitas Sumatera Utara dan biaya sewa yang lebih murah. Berdasarkan hasil survei awal, peneliti
Universitas Sumatera Utara
mengasumsikan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi mahasiswi yang tinggal di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara masih belum sesuai dengan angka kecukupan gizi. Ada beberapa mahasiswi yang tidak sarapan pagi sebelum berangkat kuliah. Selain itu mereka juga sering mengkonsumsi makanan siap saji yang kurang mengandung nilai gizi. Mahasiswi yang tinggal mandiri mengkonsumsi kudapan atau cemilan 30% atau lebih dari asupan kalori setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium (Lusa, 2009). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun belum diketahui dengan pasti faktor apa saja yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.
2. Pertanyaan Penelitian 2.1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara? 2.2. Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Universitas Sumatera Utara?
Universitas Sumatera Utara
2.3. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara?
3. Hipotesis Hipotesis yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan antara faktor-faktor yang diteliti secara keseluruhan terhadap pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri.
4. Tujuan Penelitian 4.1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara. 4.2. Untuk mengidentifikasi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara. 4.3. Untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal mandiri di Asrama Putri Universitas Sumatera Utara.
5. Manfaat Penelitian 5.1. Bagi praktek keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat komunitas dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi yang tinggal
Universitas Sumatera Utara
mandiri sehingga dapat memberikan informasi dan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 5.2. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi berupa datadata penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada mahasiswi dan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa terutama yang tinggal mandiri. 5.3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi.
Universitas Sumatera Utara