BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kelayakan.
1.1.1 kelayakan. Seiring bertambahnya tahun teknologi pun semakin berkembang, dimana terjadi pembangunan-pembanguan gedung-gedung tinggi sebagai kantor ataupun sebagai tempat hiburan. Hal tersebut terjadi pada kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, termasuk Yogyakarta. Pembangunan-pembangunan tersebut terkadang tidak memperdulikan bangunan sekitarnya serta bangunan kuno, bahkan bangunan yang mempunyai nilai sejarah. Demi kepentingan bisnis, sebagian kelompok rela menghilangkan atau membongkar bangunan kuno untuk membangun bangunan baru. Beberapa tahun yang lalu sebuah bangunan Belanda yang berada dekat dengan Stasiun Tugu Yogyakarta hendak dipugar oleh pemerintah, hanya saja ada sebagian pihak yang tidak menyetujui tindakan pemerintah tersebut sehingga untuk sementara bangunan tersebut masih seperti dulu. Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, bukti adanya sejarah masuknya agama Budha ke tanah jawa. Sangat disayangkan saat ini situs sejarah tersebut mulai dirusak eleen-elemennya. Kepala-kepala patung Budha tersebut hilang satu persatu seiring bertambahnya tahun. Hal tersebut sangat disayangkan apabila nilai-nilai dan bukti sejarah tersebut hilang seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi.
1
Yogyakarta adalah kota pelajar yang sebagian besar terdapat perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta. Yogyakarta juga memiliki situs-situs budaya dan sejarah yang tidak sedikit jumlahnya, seperti : Keraton, Bangunan Belanda, Candi-Candi, dan sebagainya. Oleh karena itu pada proposal ini yang menjadi objek bangunan bersejarah adalah Kota Yogyakarta dengan penambahan satu situs bersejarah yaitu Candi Borobudur. Berdasarkan pada ketetapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 1
”Bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting
artinya bagi pemahaman dan pengembangan seajarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional.” “Bahwa salah satu pelaksanaan program pembangunan adalah dimaksudkan untuk untuk melakukan penataan yang mnyangkut kepentingan pemerintah maupun kepentingan warga masyarakat yang berada didalam kawasan, dan sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan pengertian pemberdayaan seluruh isi kawasan merupakan tanggung jawab bersama semua pihak dalam pengelolaan Kawasan Cagar Budaya.”2
Dengan demikian maka dengan adanya ruang publik berupa Galleri yang berisi miniatur bangunan bersejarah, situs-situs sejarah dan bukti-bukti sejarah yang ada di Yogyakarta dapat diperkenalkan ke semua lapisan
1
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Tentang Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya. 2
Ibid.
2
masyarakat di indonesia baik di Yogyakarta sendiri maupun di luar Yogyakarta. Perencanaan Galleri miniatur ini dirancang dengan menggunakan sekuen pada ruang pameran berdasarkan runutan sejarah di Indonesia, sehingga memberikan kesan dan ingatan yang dalam mengenai objek tersebut. 1.2.
Tinjauan Pustaka.
1.2.1. Tinjauan Sejarah Singkat Kota Yogyakarta dan Bangunan Bersejarah di Yogyakarta.
Pada abad ke-16, sebelum Belanda menjajah Hindia Belanda, Terdiri atas beberapa kerajaan yang saling bersaing yang pada waktu tidak bersamaan menguasai pulau jawa. Kerajaan jawa yang besar dan terakhir, dikenal dengan nama Mataram II, didirikan pada tahun 1587 oleh Pangeran Senopati. Pada zaman pemerintahan Raja Amangkurat II, Kerajaan Mataram yang pada mulanya terletak di Kota Gede, dipinggiran yang sekarang bernama Yogyakarta berpindah tempat beberapa kali antara tahun 1587 dan tahun 1680. Pada zaman pemerintahan Raja ini hubungan antara Keraton dan Pemerintahan Kolonial Belanda memburuk. Ketika Amangkurat ayahnya, Belanda membantu Pangeran saingannya untuk dijadikan raja baru bergelar Sunan Pakubuwono I. Penobatan Pakubuwono I, yang disusul oleh serangkaian perang perebutan kekuasaan akhirnya berkat bantuan Belanda berlanjut dengan dinobatkannya cucu Pakubuwono I menjadi Pakubuwono II.
3
Perpecahan di Kerajaan Mataram terjadi lagi antara Pakubuwono II dan saudara tirinya Pangeran Mangkubumi. Mangkubumi mengangkat dirinya sebagai raja dan mendirikan pemerintahan tandingan di Yogyakarta. Kekuasaan Pangeran Mangkubumi bertambah besar, Belanda turun tangan menengahi pertikaian itu dengan jalan mengadakan perjanjian Gijanti yang berisi Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Kesunanan Surakarta dibawah Pimpinan Pakubuwono III dan Kesultanan Yogyakarta dibawah Pimpinan Mangkubumi yang bergelar Hamengkubuwono I. Perpecahan terakhir pada Kerajaan Mataram terjadi dalam tahun 1813, yaitu pada masa pemerintahan Inggris di Hindia Belanda, yang hanya berlangsung selama empat tahun. Pangeran Natakusuma, paman Hamengkubuwono III yang berkuasa pada waktu itu dinyatakan sebagai kepala pemerintahan baru, yang berpusat di Istana yang dibangun pada tahun 1913, yang letaknya hanya beberap kilometer dari Kerato Yogyakarta. Kehidupan orang jawa, dari kalangan petani sampai kalangan bangsawan aristokrat, diatur dan diawasi oleh hak istimewa Raja. Sejak didirikannya Istana Yogyakarta dan Surakarta, masyarakat jawa secara keseluruhan dianggap sebagai perluasan lingkungan Keraton. Bangunan Sejarah Di Yogyakarta. Jaman Masuknya Agama
Nama Bangunan Sejarah
Hindu-Budha
Kerajaan Islam
Kristiani (Kolonial)
Candi Borobudur.
Keraton Yogyakarta. Taman Sari.
Museum Sonobudoyo. Museum Benteng Vredeburg. Museum Dharma Wiratama
Candi Perambanan. Candi Kalasan.
Tugu.
4
Nama Bangunan Sejarah
Candi Sewu.
Krapyak
Candi Banyunibo.
Puro Pakualaman
Candi Sari.
Makam RajaRaja
Keraton Boko. Candi Sambisari.
Klasifikasi
Candi Mendut. Bangunan Candi
Keraton, Monument dan makam
Gedung SMU 11 (Kweek School). Istana Negara (gedung Agung) dan Monumen Satu Maret. Gedung KMK (Hotel Tugu). Benteng Balurwati. Perumahan Kota Baru Museum dan Bangunan Masa Perjuangan
Tabel 1.1. Tabel Bangunan Sejarah. (Sumber www. Bappeda_DIY.com.)
1.2.2. Tinjauan Galleri. Galleri memiliki banyak pengertian karena berasal dari bahasa inggris, yaitu : 1.
Aroom, series of room, or building devoted to the exhibition and often
sale of work of art.3 2.
Lorong sempit dan panjang, balai seni tempat duduk termurah dalam
bioskop.4 3.
Sebuah bangunan yang salah satu isinya terbuka tanpa pintu.5 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian galleri adalah sebuah
gedung atau bangunan yang berisikan suatu obyek yang dipamerkan dan dapat dijual, dimana bangunan tersebut memiliki sirkulasi ruang yang dapat dilalui oleh semua pengunjung.
3
Webster’s Encyclopedic, Unbriged Dictuonary of English Language, New York : Dilithium Press Ltd. 1989, hal575. 4 Salim, Peter, Yuni Salina, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English Press, 1991, hal 434. 5 Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1989.
5
Keutamaan dalam ruang galleri ialah, bagaimana ruang itu membuat sirkulasi yang dapat mengarahkan pengunjung kepada barang-barang yang dipamerkan. Exhibits for the public are made with objects of outstanding importance and sometimes by installation of dramatic characters; and they are arranged as a rule in sequence of time, or by place.6 Dalam memamerkan barang-barang tersebut perlu memperhitungkan beberapa hal, antara lain : •
Pencahayaan yang menarik kepada barang yang dipamerkan.
•
Dasar warnadinding yang digunakan memamerkan barang.
•
Posisi barang yang akan dipamerkan.
•
Bentuk dinding yang menarik, agar dapat menonjolkan barang yang akan dipamerkan.
•
Jarak pandang pengunjung dengan barang yang dipamerkan.
1.2.3. Keaslian Proyek Galleri. 1. Galleri Kerajinan Perak. Identitas Bagi Ruang Kawasan Kotagede Yogyakarta. Oleh : Wahyu Adi Anggara Tahun 2001. 2. Galleri Seni Rupa Kontemporer Yogyakarta Sebagai Wadah Hasil Karya
Eksperimen Perupa Muda.
Landasan Konseptual Perencanaan Dan Perancangan. Oleh : Muliady Manshuri, Tahun 2002. 3. Galleri Foto Yogyakarta.
6
Museum Building, The American Association of Museum Washington, D.C., 1950, hal 17.
6
Ruang Baru Bagi Seni Fotografi. Oleh : FX. Bambang Sn. 1.2.4. Tinjauan Sekuen. Sekuen Ruang adalah seri atau rangkaian pergerakan visual beberapa ruang yang berhubungan dengan elemen-elemen ruangnya dan daerah penghubung. Beberapa hal yang menjadi pokok dalam sekuen ruang adalah sebagai berikut : 1. Batasan Ruang : Densitas ( kepadatan Ruang ). 2. Skala Ruang : Hubungan antara ukuran ruang dan objeknya. 3. Imajinasi Ruang : Ruang “Dalam”, Ruang “Antara”, Ruang “Luar”. Dalam perancangan galleri miniatur bangunan bersejarah ini, selain sekuen visual di ciptakan juga sekuen yang bisa dirasakan oleh kelima indera manusia yaitu : Pendengaran, penciuman, perasa, serta visual, sehingga menciptakan suasana yang menyerupai suasana pada jaman yang ada pada objek pameran tersebut. Perletakan objek pameran ini diletakan menurut waktu sejarah berdasarkan runutan waktu masuknya agama-agama di Indonesia. Pembagian waktu dan sekuen runutan waktu tersebut meliputi 3 jaman, antara lain : 1. Hindu, Budha (awal periode klasik, sekitar abad ≤12). 2. Islam (pertengahan periode klasik, sekitar abad 12). 3. Kristiani (Jaman penjajahan dan perjuangan sekitar abad ≥15).
7
Zaman Hindu dan Budha (abad ≤12). Masa-masa dimana pulau jawa mengadakan hubungan internasional dengan India Selatan, pada saat bangsa India masuk ke tanah jawa mereka menyebarkan ajaran agama Hindu dan Budha. Salah satu Kerajaan Hindu yang ada di Yogyakarta ialah Kerajaan Hindu Mataram yang dipimpin oleh seorang raja bernama Empu Sindok pada pertengahan abad ke VIII. Zaman Kerajaan Islam (abad 15). Masuknya agama Islam ke tanah jawa merupakan masa klasik pertengahan dimana Majapahit dipimpin oleh Sunan Ngampeldenta keponakan dari Raja Brawijaya pada abad 15. Zaman Kristiani Ialah masa-masa dimana terjadi penjajahan Negara Belanda dan Portugis yang terjadi pada abad 17, disertai dengan misi menyebarkan Agama Kristiani. 1.2.5. Tinjauan Landscape. Dalam merancang sebuah bangunan memerlukan perancangan landscape yang dapat memberikan dukungan dan nilai kepada bangunan, sehingga ada kesatuan antara bangunan dan lingkungan. “Whether urban or rural, landscape is important because it is :7 •
An essential part of our natural resource base;
•
A resevoir of archaeological and historical evidence;
7
Landscape and Visual Impact assesment, The Landscape Institue; Institue of Environment Assessment, London; Weinheim; New York; Tokyo; Melbourne; Madras, 1990, hal 9;10.
8
•
An environmet for plants and animal;
•
A resource which envolves sensual, cultural and spiritual responses;
•
And important part of our quality of life.”8
Pengaruh yang diberikan oleh bangunan tedak hanya pada lahan yang dibangun saja, melainkan berpengaruh pada daerah lainnya. Oleh sebab itu dalam mendirikan bangunan perlu mempertimbangkan beberapa hal yang berkait dengan landscape, antara lain : Landuse and Management, Ecological, Building, Landform.
Bagan Hubungan antara Landscape dan Visual Impacts, Landuse and Visual Impact Assessment, Hal 13.
Tabel 1. 2. Bagan Hubungan antara Landscape dan Visual Impact. (Sumber Landscape and Visual Impact Assesstment).
1.3.
Perumusan Masalah.
o Bagaimana menciptakan suatu ruang publik sebagai media informasi dan media pendidikan yang dapat mengenalkan/memasyarakatkan
8
Ibid, hal 10.
9
bangunan-bangunan bersejarah di Yogyakarta kepada masyarakat Yogyakarta dan wisatawan. 1.4.
Tujuan dan Sasaran. Tujuan.
o menciptakan suatu ruang publik sebagai media informasi dan media pendidikan yang dapat mengenalkan/memasyarakatkan bangunanbangunan bersejarah di Yogyakarta kepada masyarakat Yogyakarta dan wisatawan. Sasaran o Konsep perancanganya sekuen ruang pameran yang memberikan dan menginspirasikan pengalaman perjalanan sejarah , budaya dan agama di Indonesia. 1.5.
Lingkup Pembahasan.
o Pembahasan miniatur bangunan dibatasi pada masalah bangunan kuno dan bersejarah di Kota Yogyakarta. o Penentuan skala miniatur yang dipamerkan, berdasarkan skala site bangunan asli. o Penerapan hubungan bangunan galleri dengan pendidikan, pelestarian bangunan bersejarah, pariwisata, dan kepentingan bisnis. 1.6.
Metode Pembahasan.
o Observasi. Melakukan pengamatan akan keadaan Kota Yogyakarta baik potensi maupun kekurangannya, sehingga ditemukan point permasalahan pada pelestarian bangunan-bangunan kuno dan bersejarah. 10
o Study Literatur. Melakukan study literatur mengenai : bangunan-bangunan kuno dan bersejarah di Yogyakarta, sejarah masuknya agama-agama di jawa, arsitektur galleri dan museum, skripsi-skripsi mengenai gallerigalleri. o Study Wawancara. Melakukan wawancara kepada penjaga museum sonobudoyo di Yogyakarta mengenai sejarah dan bangunan-bangunan kuno di Yogyakarta. 1.7.
Sistematika Penulisan. Bab 1.
Pendahuluan. Mengungkapkan Latar belakang kelayakan proyek (Perumusan Masalah), Daerah Istimewa Yogyakarta, Sejarah Kota Yogyakarta, Bangunan Sejarah di Yogyakarta,tinjauan Pustaka, rumusan Masalah, Tujuan dan Sasaran, Lingkup Pembahasan, Metode Pembahasan, Seistematika Penulisan.
Bab 2.
Tinjauan Galleri dan Miniatur Bangunan Bersejarah di Yogyakarta. Berisi mengenai galleri dan miniatur bangunan-bangunan bersejarah
di Yogyakarta, serta potensi yang terdapat pada
Kota Yogyakarta mengenai galleri miniatur bangunan sejarah di Yogyakarta.
11
Bab 3.
Kajian Teori mengenai Galleri Miniatur Bangunan Bersejarah. Berisi tentang teori galleri,permasalahan-permasalahan galleri miniatur, sejarah, sekuen, dan study kasus.
Bab 4.
Analisa mengenai Perencanaan dan Perancangan Galleri Miniatur di Yogyakarta. Berisi tentang pembahasan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada site.
Bab 5.
Konsep Perencanaan dan Perancangan Galleri Miniatur Bangunan Bersejarah di Yogyakarta. Berisi tentang konsep-konsep yang akan ditransformasikan dalam rancangan fisik arsitektural.
12