BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia wacana mengenai Corporate Social Responsibility mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah banyak perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility dan sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Di samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan Corporate Social Responsibility. Kiroyan (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007) mengungkapkan Corporate Social Responsibility sebagai sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya. 1
Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan mernperhatikan dimensi ekonomi, sosial, dan iingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Dengan adanya Good corporate Governance dan praktik Corporate Social Responsibility (untuk selanjutnya akan disingkat CSR) yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan diniiai dengan baik oleh investor. Forum for Good Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Good corporate Governance yang mengandung empat unsur penting yaitu keadilan, transparansi, pefianggungjawaban, dan akuntabilitas, diharapkan dapat menjadi suatu jalan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilaidengan baik oleh investor. Mekanisme Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberi dan meningkatkan nilai perusahaan kepada pata pemegang saham. Ada beberapa mekanisme good corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai good corporate governance yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan, yaitu dewan komisaris, kepemilikan publik, dan kepemilikan manajerial. 2
Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberi petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Siallagan dan Machfoedz,2006). Menurut Ross et al. (dalam Siallagan dan Machfoedz,2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manjemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Kepemilikan saham manajemen adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen (Suranta dan Midianstuty, 2003). Dengan
meningkatkan
kepemilikan
saham
oleh
manajemen
akan
mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kepemilikan manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh manajemen perusahaan. Penelitian oleh wahyudi dan
3
Pawestri (2006) menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hubungan antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan adalah hubungan nonmonotonic yang muncul karena adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka berusaha melakukan pensejajaran kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan meningkat. Struktur kepemilikan lain yaitu kepemilikan publik, struktur kepemilikan perusahaan yang diduga mempengaruhi luasnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dapat ditinjau dari besarnya kepemilikan masyarakat lain (publik) dibandingkan dengan kepemilikan pihak tertentu yang merupakan pihak insider. Semakin besar rasio kepemilikan insider maka akan semakin sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa harus melalui laporan tahunan yang dipublikasi. sebaliknya semakin besar t porsi kepemilikan publik, akan semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, sehingga semakin banyak pula informasi yang dituntut untuk diungkap dalam laporan tahunan. Hal ini juga dikaitkan dengan tekanan dari pemegang saham agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawabnya terhadap masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Verecchia (dalam Basamalah dan Jermias, 2005), dari sudut pandang ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Kiroyan (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007), perusahaan berharap jika dengan menerapkan Corporate
4
Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC, dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka menyejahterakan masyarakat di sekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan pelaporan Corporate Social Responsibilityi mempunyai pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan ?
5
1.3 Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan pelaporan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai perusahaan secara simultan maupun parsial. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada pihakpihak yang berkepentingan, seperti : 1.
Kontribusi Praktis a.
Sebagai bahan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme Good Corporate Governance dan pelaporan Corporate Social Responsibility sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.
b.
Sebagai masukan bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia didalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait dengan mekanisme Good Corporste Governance dalam hal ini dewan komisaris, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan pelaporan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan
2.
Kontribusi Teoretis a.
Sebagai bahan masukan didalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dibidang akuntansi keuangan, khususnya tentang rnekanisme Good Corporate Governance dan pelaporan Corporate Social Responsibility dalam meningkatkan nilai perusahaan
b.
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lanjutan di dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 6
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup suatu penelitian terdapat metode-metode yang di gunakan
untuk mengetahui pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan pelaporan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Agar arah dalam penulisan penelitian tidak mengalami kesalahpahaman penulis perlu membatasi pembahasan, Dalam hal ini penulis membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Mekanisme Good Corporate Governance dan pelaporan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan yaitu meliputi dewan komisaris, kepemilikan publik, dan kepemilikan manajerial. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah semua perusahaan food and beverage tercatat (go public) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 sampai dengan 3l Desember 2011. perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yaitu: Perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 20072011, Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan selama tahun 2007-2011 secara berturut-turut, dan perusahaan mengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan selama tahun 2007-2011.
7