BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini merupakan kajian tentang proses perkembangan Nandong sebagai kesenian tradisional masyarakat di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kesenian tradisional kita ketahui secara umum sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan pada masa sekarang ini. Untuk itulah diperlukan penelitian yang lebih mendalam tentang proses perkembangan kesenian tradisional itu hingga pada masa sekarang di masyarakat. Perlunya pelestarian dan pengembangan, karena kesenian tradisional adalah merupakan salah satu aset bangsa dan salah satu identitas budaya lokal yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk terdiri atas beberapa ragam etnis, bahasa, dialek, kesenian, religi dan agama, tersebar di berbagai daerah yang mendiami berbagai kepulauan nusantara. Indonesia terdiri atas banyak pulau sekitar 17.000 pulau yang tersebar di seluruh nusantara yang dihuni oleh berbagai macam suku-suku bangsa. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki identitas budaya yang merupakan jati diri sebuah masyarakat. Hal inilah yang menandakan adanya perbedaan ciri khas antara setiap suku-suku bangsa yang ada di setiap daerah dalam kebudayaannya. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan ciri
Universitas Sumatera Utara
setiap masyarakat yang bermukim di seluruh penjuru nusantara. Dengan demikian, setiap ciri-ciri yang tampak di masyarakat tersebut adalah merupakan kekayaan budaya nasional yang patut kita ketahui dan dilestarikan keberadaannya. Ciri pokok yang selalu tampak di masyarakat pada setiap suku – suku bangsa yang ada di Indonesia salah satunya adalah kesenian tradisional. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kesenian tradisional yang mereka wujudkan dalam berbagai bentuk seperti ukiran, lukisan, tari-tarian, pantun, gurindam, lagu daerah, dan sebagainya. Kesenian tradisional masyarakat Indonesia tersebut, memiliki corak – corak yang beraneka warna bentuk, fungsi, serta makna – makna yang terkandung di dalamnya, menunjukkan kekhasan suatu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini dapat terlihat pada ragam tingkah laku dan aktivitas masyarakat pada setiap waktu dalam memproduksi suatu kesenian tradisional. Kesenian yang ada di Indonesia adalah suatu keindahan dan keterampilan yang memiliki fungsi dan tujuan untuk masyarakat. Kesenian tidak pernah terlepas dari masyarakat, sebagai salah satu bagian dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri (Umar Kayam, 1981:38). Seni juga merupakan keahlian dan keterampilan manusia untuk mengekspresikan dan menciptakan hal – hal yang indah serta bernilai bagi kehidupan baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat umum (Ariyono dalam kamus antropologi, 1985:368).
Universitas Sumatera Utara
Kesenian merupakan salah satu isi dari kebudayaan manusia secara umum, karena dengan berkesenian adalah cerminan dari suatu bentuk peradaban yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita – cita dan keinginan dengan berpedoman pada nilai-nilai yang berlaku dan dilakukan dalam bentuk aktivitas berkesenian, sehingga masyarakat mengetahui bentuk keseniannya. Untuk menjaga keseniankesenian yang telah mentradisi dalam kehidupan masyarakat, serta untuk melestarikannya dalam masa pembangunan nasional, kita harus menyadari sesungguhnya bentuk-bentuk kesenian tradisional yang telah mengakar di tengahtengah masyarakat tersebut, perlu dilestarikan karena merupakan cerminan budaya nasional kita. Kesenian tradisional masyarakat pada perkembangan saat ini beberapa di antaranya banyak yang telah mulai menghilang di tengah-tengah masyarakat bahkan sebagian lainnya terlupakan, atau pada bagian lainnya kesenian tersebut diadopsi oleh negara tetangga seperti Malaysia misalnya yang beberapa waktu lalu di kalangan media massa serta masyarakat menjadi pembicaraan hangat atas pengklaiman kepemilikan salah satu kesenian tradisional masyarakat Indonesia yaitu tarian Reog Ponorogo. Keadaan ini dapat menimbulkan permasalahan menghilangnya identitas budaya yang khas selama ini, sehingga pada akhirnya dapat menghilangkan jati diri dan kepercayaan masyarakat pada suatu bangsa yang berbudaya. Berikut petikan berita surat kabar “Pikiran Rakyat” baru-baru ini tentang kondisi kesenian tradisional kita di Jawa sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Kesenian tradisional teater dan sandiwara rakyat dari rumpun seni tutur tradisional menjadi bagian dari 10 persen kesenian tradisional yang punah. Tidak kurang dari 40 kesenian tradisional Jawa Barat dari 243 jenis kesenian terancam punah. “Ada banyak penyebab punahnya kesenian tradisional di Jawa Barat. Selain karena tokohnya meninggal dunia, kesenian sudah tidak mendapat tempat ataupun tidak ditanggap masyarakatnya serta kalah dengan kesenian yang berkembang saat ini,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Drs. Nunung Sobari, M.M., dalam paparanya pada acara Forum Diskusi Wartawan Bandung, bertempat di Toko Yu, Jalan Hasanudin Bandung, Rabu (22/2). Sedangkan kesenian yang terancam punah, ungkap Nunung, kebanyakan berupa seni teater dan sandiwara rakyat, reog, masres dan sebagainya. Dikatakannya, jika tidak ada upaya dari masyarakat maupun pemerintah daerah, seni yang terancam punah ini justru akan punah. Oleh karena itu, lanjut dia, Disparbud Jabar melalui Balai Taman Budaya Jabar melakukan program pewarisan seni dan revitalisasi seni. Untuk menangani kepunahan sejumlah kesenian tradisional, menurut Nunung, Disparbud Jabar melalui Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (BPTB Jabar) melakukan program revitalisasi dan pewarisan. Program pewarisan yang diselenggarakan sejak tahun 2005 hingga 2011 telah merevitalisasi 11 kesenian tradisional dan tahun 2012 ada tiga kesenian yang masuk program revitalisasi dan 13 kesenian masuk program pewarisan. Kesenian tradisional yang berhasil direvitalisasi, meliputi kesenian Topeng Lakon (Kab. Cirebon), Gondang Buhun (Kab. Ciamis), Angklung Badud (Kota Tasikmalaya), Parebut Seeng (Kab. Bogor), Goong Kaman (Kab. Bekasi), Cokek (Kab. Bekasi), Gamelan Ajeng (Kab. Karawang), Topeng Menor (Kab. Subang), Randu Kentir (Kab. Indramayu), Seni Uyeg (Kota Sukabumi) dan Ketuk Tilu Buhun (Kota Bandung). “Dari kesebelas kesenian yang punah dan nyaris punah, kesenian Uyeg pada masa kerajaan Padjajaran abad ke 15 yang paling tua, dan tahun ini ada empat yang masuk program revitalisasi,” terang Nunung (Sumber elektronik http://www.pikiran-rakyat.com, 23 februari 2012). Kutipan berita tersebut mengisyaratkan bahwa keadaan kesenian tradisional kita sangat memprihatinkan. Keadaan tersebut perlu kita sadari dan waspadai saat ini agar generasi mendatang mengenal bentuk-bentuk kesenian tradisional bangsanya dan mengembangkan kesenian tradisional tersebut sesuai dengan aturan dan normanorma yang berlaku. Selain itu, kebijakan-kebijakan politik dan perdagangan dunia memungkinkan tidak terjaringnya budaya-budaya dan jenis-jenis kesenian bangsa
Universitas Sumatera Utara
lainnya yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Pada akhirnya dapat merusak moral generasi yang akan datang terhadap nilai-nilai budaya dan nilai-nilai luhur kesenian tradisional bangsa kita sendiri. Hal ini menandakan bahwa perkembangan kesenian tradisional
yang
merupakan kebudayaan nasional tersebut
dapat
terpinggirkan pada masa yang akan datang apabila kesadaran manusia untuk bangga terhadap keseniannya terlupakan. Perkembangan kesenian tradisional di Indonesia sesungguhnya sangat banyak variasi bentuk dan corak ragamnya. Namun, beberapa diantara varian-varian kesenian tradisional tersebut masih banyak yang belum diketahui oleh masyarakat Indonesia secara umum. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai alasan, yang mana pada intinya
kurangnya
kesadaran
kita
untuk
menginventarisasi,
merevitalisasi,
melestarikan serta mengembangkan kesenian tradisional tersebut pada masa sekarang ini. Padahal, kesenian tradisional tersebut mengandung makna – makna berupa fungsi estetika dan fungsi sosial yang sangat penting di tengah – tengah masyarakat. Selain itu, kesenian tradisional di Indonesia juga diantaranya memiliki kearifan tradisional. Salah satu kesenian tradisional yang selama ini kurang popular dikenal oleh masyarakat umum serta mengandung makna luas dengan kearifannya adalah kesenian Nandong. Nandong adalah merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kesenian ini diketahui memiliki nilai-nilai estetika yang tinggi serta makna yang luas bermanfaat bagi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat setempat. Kabupaten Simeulue merupakan sebuah kepulauan yang terletak di pantai bagian barat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berjarak 105 mil laut dari kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat atau sekitar 85 mil laut dari kota Labuhan Haji Kabupaten Aceh Barat Daya. Letak Kabupaten Simeulue ini terbilang jauh dari Ibukota Propinsi sehingga membuat kesenian tradisional ini kurang dikenal oleh masyarakat luas di luar Kabupaten Simeulue serta masyarakat kita pada umumnya. Padahal diketahui, wilayah ini memiliki kekayaan seni dan budaya yang beranekaragam varian – variannya yang mana saat sekarang masih banyak yang belum dikenal oleh masyarakat umum. Kesenian nandong adalah seni vokal yang diwariskan secara turun – temurun pada masyarakat Simeulue. Kesenian nandong merupakan sejenis seni bertutur yang dalam syair – syairnya berisikan karangan yang mengandung nasehat – nasehat, sindiran,
rintihan
yang
dilantunkan
dengan
diiringi
alat
musik
yaitu
gendang/kendang, biola, dan seruling. Pada setiap lirik – lirik yang disampaikan mengandung nilai-nilai estetika antara perpaduan irama dengan makna syairnya mendayu-dayu. Selain itu, terdapat juga makna sosial yang terkandung didalam syairsyairnya yang berupa nasehat, petuah, yang menceritakan kehidupan seseorang atau pesan dari leluhur kepada cucunya yang digunakan pada saat pesta pernikahan. Perbedaan yang nyata terlihat dari kesenian ini adalah dalam hal keunikan dialeknya. Selain hal tersebut, nandong juga memiliki fungsi dalam mengetahui gejala – gejala alam seperti misalnya gempa bumi.
Universitas Sumatera Utara
Bencana gempa serta gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu yang melanda kawasan Aceh telah menelan korban ratusan ribu jiwa penduduknya serta kehancuran lingkungan dan bangunan fisik (sarana dan prasarana publik) yang jumlahnya tak terhitung. Selain menerjang wilayah Aceh daratan, gelombang tsunami juga melanda wilayah Pulau Simeulue. Lingkungan dan sarana fisik di Kabupaten Simeulue terlihat hancur, tetapi anehnya korban jiwa dalam musibah ini di sana terbilang sangat sedikit hanya berjumlah tujuh orang. Minimnya jumlah korban jiwa di Kabupaten Simeulue pada waktu itu menjadi tanda tanya masyarakat internasional karena musibah ini tergolong salah satu bencana terbesar sepanjang sejarah dunia. Jumlah korban jiwa di Kabupaten Simeulue akibat gempa bumi yang sangat kecil tersebut, tidak terlepas dari kemampuan masyarakat setempat dalam membaca gejala – gejala alam. Pengetahuan ini diperoleh masyarakat berdasarkan peristiwa yang sama dialami masyarakat Simeulue pada tahun 1907. Peristiwa tersebut ternyata diungkapkan oleh nenek moyang masyarakat Simeulue lewat syair nandong, sehingga generasi berikutnya mengerti bagaimana cara mengetahui gejala-gejala alam serta cara mengatasinya lewat kesenian nandong tersebut. Salah satu syair nandong sebagai berikut: Enggel mon sao curito (dengarlah sebuah kisah) Inang maso semonan (pada zaman dahulu kala) Manoknop sao fano (tenggelam sebuah desa) Uwi lah da sesewan (begitulah dituturkan) Unen ne alek linon (Diawali oleh gempa) Fesang bakat ne mali (Disusul ombak raksasa) Manoknop sao hampong (tenggelam seluruh negeri)
Universitas Sumatera Utara
Tibo-tibo mawi (secara tiba-tiba) Angalinon ne mali (jika gempanya kuat) Uwek suruik sahuli (Disusul air yang surut) Maheya mihawali (segeralah cari tempat) Fano me singa tenggi (dataran tinggi agar selamat) Ede smong kahanne (Itulah smong namanya) Turiang da nenekta (sejarah nenek moyang kita) Miredem teher ere (Ingatlah ini semua) Pesan navi da (pesan dan nasihatnya) (dikutip dari buku gelombang smong yang menggungah 2006:78)
Syair – syair dalam nandong ini menceritakan bagaimana gejala-gejala alam serta bagaimana cara mengatasinya. Lewat syair nandong ini masyarakat mengetahui tanda-tanda kejadian yang akan terjadi. Sehingga masyarakat Simeulue dapat terhindar dari gelombang tsunami yang melanda atau sedikit memakan korban jiwa. Nandong ternyata memiliki manfaat yang sangat besar dari masyarakat selain berfungsi sebagai estetika dan sosial, juga memiliki fungsi sebagai pengetahuan lokal (local genius) di tengah – tengah masyarakat Simeulue. Pengetahuan lokal ini diwariskan dari generasi ke generasi masyarakat Simeulue melalui pesan-pesan nasehat yang disampaikan melalui kesenian nandong. Pesan-pesan yang disampaikan oleh leluhur ini adalah berupa cerita rakyat (folklore) dengan dibarengi irama mendayu-dayu menghibur hati rakyat yang dengan sendirinya mempengaruhi tingkah laku masyarakat dalam berhati-hati mengambil tindakan agar tidak terjadi resiko fatal dalam perjalanan kehidupannya. Dalam buku kumpulan folklore, nandong termasuk dalam folklore lisan yakni berupa puisi rakyat seperti pantun, gurindam dan syair-syair. Menurut Alane dundes
Universitas Sumatera Utara
folklore adalah sebagai bagian kebudayaan suatu kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat. Folklore termasuk salah satu bentuk kesenian tradisional masyarakat yang sudah turun-temurun diketahui masyarakat dan merupakan wujud kebudayaan. Dalam kaitan antara kesenian tradisional seperti nandong ini terhadap kebudayaan adalah didalamnya terdapat nilai-nilai budaya berupa makna-makna tersirat yang diketahui oleh masyarakat Simeulue sehingga menjadi sebuah aturan-aturan serta pedoman dalam aktivitas kehidupan masyarakat disana. Kesenian nandong ini juga merupakan sebuah tradisi budaya yang diduga diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi masyarakat yang dapat diterima, dimiliki, dan dijadikan sebagai pedoman terutama sekali dalam menghadapi bencana alam, perkawinan, dan sebagainya. Hal inilah menunjukkan bahwa kesenian tradisional nandong ini diduga adalah merupakan bagian kebudayaan Simeulue yang akan menunjukkan adanya rasa kebanggaan masyarakat terhadap kesenian tersebut. Seterusnya dengan adanya kebanggaan mereka, rasa memiliki dan menjadi identitas budaya masyarakat setempat datang dengan sendirinya. Kebudayaan Simeulue sangat sedikit sekali diketahui oleh masyarakat umum saat ini. Masyarakat yang berasal dari daerah lain banyak yang belum memahami dan menemukan tentang bagaimana corak perkembangan kesenian tradisional masyarakat Simeulue. Masyarakat Indonesia hanya dapat mengetahui salah satu kebudayaan Aceh yang merupakan unsur keseniannya yang khas menjadi identitas budaya Aceh
Universitas Sumatera Utara
(icon) misalnya tari Saman. Bahkan, tari tersebut sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas bahkan bangsa-bangsa lain di dunia. Padahal, wilayah Kabupaten Simeulue sangat banyak kesenian tradisionalnya yang sampai saat ini diperkirakan masih cukup bertahan. Kurangnya informasi dan publikasi penelitian tentang kebudayaan Simeulue, salah satu kemungkinan penyebab dari masalah tersebut. Kesenian nandong sebagai bagian kebudayaan nasional terlihat sangat penting untuk dikaji dan dilestarikan. Sehingga sebagai salah satu cara untuk menemukan jawaban permasalahan tersebut yang telah dipaparkan diatas, peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh bagaimana kesenian Nandong dalam kehidupan masyarakat Simeulue. Dengan adanya peneltian ini, diharapkan akan menjadi bahan kebijakan-kebijakan Pemerintah setempat sebagai upaya untuk memperhatikan kemajuan seni dan budaya Kabupaten Simeulue. Seterusnya, diharapkan akan menjadi sebuah bahan publikasi dan informasi kepada masyarakat umum lainnya dalam melihat kebudayaan Simeulue lebih khusus, dan Kebudayaan Aceh pada umumnya. Dan pada akhirnya akan ditemukan gambaran makna-makna dari kesenian tradisional di Simeulue yang juga mengandung kearifan tradisional. 1.2. Tinjauan Pustaka Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan yang dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar (Koentjaraningrat, 1980:193). Kesenian merupakan salah satu unsur dari kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
Kesenian Nandong dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia. Untuk menjadikan sebagai suatu hasil karya manusia diperlukan adanya proses penyampaian hasil karya tersebut kepada orang lain serta diteruskan kepada generasi selanjutnya. Proses transmisi ini meliputi cara pandang, cara pembuatan maupun penggunaan yang dapat diperoleh melalui kebudayaan. Berbicara masalah kebudayaan secara luas, pengertian yang paling dekat dapat kita ambil adat kebiasaan dan norma-norma yang berlaku pada suatu masyarakat yang mengatur tata cara dan tata krama serta nilai-nilai kehidupan bermasyarakat selanjutnya hal itu berlaku bagi siapapun yang menjadi anggota masyarakat tersebut secara turun-temurun. Jika di lihat pengertian secara luas, kebudayaan itu bukan hanya adat kebiasaan yang berlaku, akan tetapi dapat kita tinjau dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja dapat mengarahkan kita kepada pengertian yang lebih tepat mengartikan sesungguhnya. Pengertian tentang kebudayaan menurut peneliti hampir sama halnya yang dikemukakan oleh Talcott Parson, kebudayaan itu merupakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri dari cara – cara dan aspek – aspek pemberian arti pada laku ujaran, laku ritual, dan berbagai jenis tingkah laku lain dari sejumlah manusia yang mengadakan tindakan antara satu dengan yang lain. Unsur terkecil dari sistem ini yang biasanya dinamakan sebagai sistem budaya adalah simbol. Sehingga kebudayaan sering ditanggapi sebagai sebuah sistem simbol. Suatu simbol sebagaimana
diketahui,
mempunyai
arti
penting
bagi
orang-orang
yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakannya. Sehingga dengan demikian kesenian tradisional yang merupakan juga sebuah simbol terkait dengan identitas budaya, memiliki arti penting bagi suatu masyarakat dalam kebudayaannya. Kebudayaan juga sangat berperan dalam perkembangan sebuah bangsa dan daerah karena dapat mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial masyarakat dalam setiap proses tahapan kehidupan manusia dari generasi ke generasi. Kehidupan manusia selalu dinamis perkembangannya dalam setiap waktu ke waktu hingga dapat saja memunculkan menghilangnya sebagian dari suatu identitas budaya terpola selama ini yang dapat juga dipengaruhi oleh gaya hidup (life style) generasigenerasi baru pada masa sekarang. Namun pada bagian lain, identitas budaya tersebut dapat hilang begitu saja tanpa ada pelestarian dan pengembangan yang diwariskan ke generasi berikutnya. Pada kondisi lainnya, identitas budaya tersebut dapat juga bertahan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk seperti sekarang ini. Sehingga, adanya dinamika proses perkembangan dari kebudayaan itu mempengaruhi setiap tindakan aktivitas manusia yang ada pada masa saat sekarang ini (Kartamihardja, 1948:58). Setiap tindakan dan aktivitas manusia, gagasan serta pola pikir masyarakat, dan benda-benda hasil karya manusia adalah merupakan wujud-wujud kebudayaan suatu masyarakat. Wujud kebudayaan tersebut hadir, baik ditengah-tengah masyarakat rural maupun pada masyarakat urban. masyarakat majemuk maupun monokultur, dalam proses perkembangannya selalu berubah-ubah atau dinamis.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kebudayaan suatu masyarakat juga memiliki unsur-unsur di dalamnya salah satunya adalah dapat merupakan bagian identitas budaya lokal masyarakat setempat. Unsur kebudayaan itu baik berupa; sistem mata pencaharian, sistem pengetahuan dan teknologi, sistem religi, sistem bahasa, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, serta sistem kesenian. Dari semua unsur budaya tersebut, dapat merupakan ciri khas suatu masyarakat ataupun identitas budaya suatu bangsa yang menandai jati diri suatu masyarakat Indonesia. Pada akhirnya unsur budaya tersebut juga dapat menjadi bagian dari kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang didalamnya terdapat system budaya biasanya sangat rumit dan dapat dijelaskan bahwa terbagi-bagi dalam empat perangkat symbol yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri bagi manusia yang bersangkutan dalam aktivitas dan tindakan antar mereka. Keempat perangkat symbol atau perlambang ini adalah symbol konstitutif yang terbentuk sebagai kepercayaan atau religi, biasanya merupakan inti dari agama atau religi; symbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan; symbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai dan aturan-aturan; dan symbol pengungkapan perasaan atau symbol ekspresif yang membentuk kesenian. Kebudayaan juga dapat merupakan kebudayaan nasional yang menandai jati diri sebuah bangsa berdasarkan pemahaman dan perilaku masyarakat terhadap budaya mereka (Kartamihardja, 1948:67). Kebudayaan nasional berdasarkan fungsinya yang berbeda dalam kehidupan masyarakat, ada dua kriteria. Pertama, berfungsi sebagai suatu sistem gagasan dan
Universitas Sumatera Utara
pralambang yang memberikan identitas kepada warga negara Indonesia, Kedua, berfungsi sebagai suatu sistem gagasan dan pralambang yang dapat dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang bhinneka itu, untuk saling berkomunikasi dan dengan demikian dapat memperkuat solidaritas. Suatu unsur budaya akan menjadi unsur kebudayaan nasional Indonesia dan merupakan jati diri bangsa Indonesia harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia, atau hasil karya-karya orang zaman dahulu yang berasal dari daerah-daerah yang sekarang merupakan wilayah negara Indonesia. 2. Unsur itu harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang tema pikiran atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia. 3. Harus juga merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang oleh sebanyak mungkin warga negara Indonesia lainnya dinilai sedemikian tingginya sehingga dapat menjadi kebanggaan mereka semua, dan dengan demikian mereka mau mengidentitasikan dirinya dengan unsur kebudayaan itu (Kartamihardja, 1948 : 190). Unsur budaya itu harus memiliki ketiga syarat-syarat di atas untuk menjadi bagian kebudayaan nasional Indonesia dan menjadi jati diri bangsa. Dengan demikian unsur-unsur itu harus merupakan hasil karya dan tingkah laku warga negara yang dapat dipahami oleh sebagian besar orang Indonesia yang berasal dari suku-suku bangsa lainnya, umat agama, dan ciri-ciri keturunan ras yang beraneka warna,
Universitas Sumatera Utara
sehingga dapat menjadi “gagasan kolektif”. Unsur-unsurnya juga dapat berfungsi sebagai wahana komunikasi dan alat untuk menumbuhkan saling pengertian diantara aneka warna orang Indonesia dan karena itu dapat mempertinggi rasa solidaritas masyarakat dan memperkuat jati diri sebagai bangsa (Kartamihardja, 1948:113). Kesenian yang merupakan unsur kebudayaan dapat melahirkan pemujaan, cinta kasih sayang, kemesraan baik kepada Tuhan, orangtua, saudara, maupun sesama makhluk hidup. Pengungkapan rasa seni itu dapat melalui media musik, tari, lukis, dan sastra sebagai hasil hak cipta karya manusia dari zaman dahulu hingga zaman sekarang ini. Sebagian dari budaya terwujud melalui kesenian. Kesenian itu merupakan ekspresi perasaan manusia, maka selama itu pula budaya tetap bertahan (Posman, 2000:113). Kesenian dapat menjadi media, bahkan sangat potensial menjadi pembelajaran nilai-nilai. Kesenian tidak sekedar media pencapaian nilai estetika atau keindahan, dari sisi kontekstual kesenian mempunyai muatan nilai-nilai yang akan membantu pembentukan kepribadian selaras dengan yang dikatakan oleh Prof. Pudentea MPSS1.
1
“Ketika orang berkesenian, sebetulnya orang tersebut tengah mempelajari banyak nilai seperti kedisplinan melalui kepatuhan terhadap jam berlatih, ketaatan terhadap pakem kesenian tertentu dan kerjasama dalam tim. Kesenian di daerah dan seni tradisi dapat menjadi sumber pembelajaran yang sangat baik. Terlebih lagi, kesenian tradisional yang masih terus hadir dalam masyarakatnya berarti telah mengalami seleksi alami dalam arti masih dipandang berfungsi, dipandang indah, bernilai, sebagai symbol-simbol ekspresi masyarakatnya, dan mengandung nilai-nilai baik. Dalam kesenian biasanya juga tergambar kearifan lokal yang terbukti berfungsi untuk mengatur hidup komunitas” (Sumber elektronik, http://www.debataraja.net/?=pengetahuan–dasar/pentingnyapens/didikan-kesenian-untuk-segala-usia.)
Universitas Sumatera Utara
Pada penjelasan lainnya, kesenian tradisional lahir dari tradisi masyarakat sebagai berikut: Kesenian tradisional adalah sebuah kesenian yang tumbuh di lingkungan masyarakat perdesaan berlatarbelakang tradisi yang ada dan budaya yang diwariskan secara turuntemurun.(http://itha.worpress.com/2007/09/12/globalisasi-dan-kebudayaan/). Kesenian tradisional pada umumnya diproduksi secara kolektif oleh komunitas daerah tersebut, meskipun para anggotanya bisa dari yang heterogen (dari berbagai orang dengan asal daerah-daerah bermacam-macam). Banyak cerita kesenian tradisional berasal dari mitos, cerita agama, kisah nabi, kisah wali, kerajaan, legenda tentang sungai, dan pitutur bagi generasi kemudian. Nandong sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat Simeulue. Menurut Sejarah kesenian nandong berarti senandung yakni nyanyian yang didendangkan pada waktu melakukan sesuatu pekerjaan yang disenangi atau untuk menghibur hati yang sedang gundah (agur, 1993:5). Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia (Daryianto, 1998:522) senandung berarti nyanyian dengan suara lembut atau lantunan lagu dengan suara lembut untuk menghibur hati. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991:909) senandung ialah nyanyian kecil dengan suara lembut atau alunan lagu dengan suara lembut (untuk menghibur diri atau menidurkan bayi).
Universitas Sumatera Utara
Nandong berarti nyanyian kecil yang biasanya didendangkan oleh sekelompok laki-laki dan terdiri atas karangan-karangan didalamnya dan diiringi dengan alat musik kedang (gendang) dan bisa diiringi dengan biola atau seruling (Wawancara dengan Kepala Desa Samsuir 62 Tahun). Nandong adalah seni bertutur yang telah menjadi kesenian daerah masyarakat Simeulue dalam mengungkapkan perasannya. Kesenian nandong biasa dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan ditingkah/diselingi pukulan gendang yang ditabuh diantara selanya bait-bait pantun dilantunkan (Wikipedia, kesenian Simeulue). Nandong adalah seni tradisi bertutur yang terdapat di Kabupaten Simeulue. Nandong ini berkembang dan turun temurun hingga saat ini. Nandong biasanya dibawakan oleh sekelompok laki-laki dengan dinyanyikan secara bergantian serta biasanya diiringi dengan alat musik (wawancara dengan anggota penandong/Naska 45 tahun). Kesenian Nandong termasuk ke dalam salah satu folklore lisan yakni puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair. Bentuk-bentuk folklore lisan yang termasuk didalamnya adalah: 1. Bahasa rakyat seperti logat, julukan, dan titel kebangsawanan. 2. Ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah dan pameo. 3. Pertanyaan tradisional seperti teka teki. 4. Puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair.
Universitas Sumatera Utara
5. Cerita prosa rakyat, seperti Mite, legenda, dongeng, dan 6. Nyanyian rakyat. Sementara itu, fungsi folklore menurut Wiliam R. Ebascom (Danandjaja, 1994:87) ada empat yaitu: 1. Sebagai system proyeksi yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif 2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan 3. Sebagai alat pendidikan anak 4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektif. Dalam kamus bahasa Indonesia (Daryanto, 1998:509) sejarah berarti asalusul, silsilah, kisah, riwayat peristiwa. Sejarah akan menerangkan bagaimana sebuah kejadian dapat terjadi, atau riwayat kejadian yang sudah lampau. Sedangkan menurut Alfian (2006:1) sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang menelaah asal-usul, perkembangan dan penerangan masyarakat lampau. Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi terhadap seseorang yang memahami tahap-tahap tertentu untuk menuju kematangan (Riyadh, 2009:9). Perkembangan suatu kesenian tentunya mengalami proses yang panjang serta melalui banyak hal seiring dengan berkembangnya kebudayaan. Menurut Setiadi
Universitas Sumatera Utara
(2007:157) dalam perkembangan kebudayaan akan mengalami perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu yang terjadi dalam kehidupan social budaya antara lain: 1. Akulturasi Yaitu suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut melebur dan menyatu kebudayaan sendiri, tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian. 2. Difusi Adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lainnya, sedikit demi sedikit, hal ini berlangsung berkaitan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. 3. Penetrasi Adalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan bangsa penetrasi tersebut. 4. Asimilasi Adalah merupakan kebalikan dari penetrasi. Asimilasi adalah proses penyesuaian seseorang atau kelompok orang asing terhadap kebudayaan setempat. 5. Invansi Adalah masuknya unsur kebudayaan asing kedalam kebudayaan setempat dengan peperangan (penaklukan). Penaklukan itu biasanya dilanjutkan
Universitas Sumatera Utara
dengan penjajahan, dan selama penjajahan tersebut masuknya kebudayaan asing kedalam kebudayaan daerah yang dijajah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan asalusul atau riwayat suatu kejadian yang terjadi di masa lampau dan masih terjadi sampai sekarang. Sejarah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah asal usul terciptanya kesenian Nandong dan bagaimana proses perkembangan Nandong hingga saat ini. Hal ini bertujuan agar terhimpun data-data mengenai peristiwa terciptanya seni tradisi kesenian Nandong di Kabupaten Simeulue, serta dapat diketahui bagaimana perkembangan kesenian Nandong tersebut di Kabupaten Simeulue. Selain sejarah perkembangan, fungsi kesenian tradisonal tersebut juga menjadi hal menarik dalam penelitian ini. Fungsi seni tradisi dalam masyarakat diketahui berupa fungsi religious, fungsi peneguhan integrasi sosial, edukatif, dan hiburan. Yang berubah dari zaman ke zaman adalah penekanan pada fungsi tertentu dan pernyataannya. Misalnya seni pertunjukkan atau seni tradisi sebagai saluran dakwah yang dikenal dalam masa Islam. Selain itu dijelaskan sebagai sarana pendidikan memperkuat
dan melengkapi kekuatan kepribadian (Sedyawati,
2006:293).
Dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Simeulue, Nandong sangat dikenal tidak hanya memiliki fungsi sebagai media hiburan saja, akan tetapi nandong juga memiliki makna religious dan juga pendidikan (Andri, 2009:4).
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi seni tradisi adalah sebagai fungsi peneguhan integrasi sosial, edukatif, hiburan, dan sebagai sarana religious. Berdasarkan uraian tersebut sebenarnya fungsi yang dimaksudkan adalah fungsi sosial yaitu kegunaan atau kedudukan pentingnya nandong dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Simeulue. Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia terutama fungsi pemenuhan kebutuhan. Secara umum fungsi seni dapat dibagi menajdi 2 yakni fungsi individual dan fungsisosial. 1. FUNGSI INDIVIDU a. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik Pada hakekatnya manusia adalah mahkluk homofaber yang mempunyai kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal penting. Sebagai contoh seni bangunan, seni furniture, seni pakaian/ textile, seni kerajinan dlll.
b. Fungsi pemenuhan kebutuhan emosional Seseorang memiliki sifat yang berbeda-beda dengan manusia lain. Pengalaman hidup sesorang sangatlah mempengaruhi sisi emosional/ perasaaanya. Contoh perasaan sedih, letih-lelah, gembira, iba, kasihan, benci, cinta dlll. Manusia dapat merasakan semua itu dikarenakan di dalam dirinya terkandung dorongan emosional yang merupakan situasi kejiwaan pada setiap
Universitas Sumatera Utara
manusia
normal.
Untuk
memenuhi
kebutuhan
emosiaonal
manusia
memerlukan dorongan dari luar dirinya yang bersifat menyenangkan, memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai sontoh karena kegiatan dan rutinitas sehari- hari maka manusia mengalami keletihan sehingga memerlukan rekreasi misalnya menonton hiburan teater, menonton film di bioskop, konser, pameran seni rupa dll. Seseorang yang memiliki pengalaman estetikanya lebih banyak maka ia akan memiliki kepuasan yang lebih banyak pula. Sedangkan seniman adalah sesorang yang mampu mengapresiasikan pengalaman dan perasaaannya dalam sebuah karya seni yang diciptakannya. Hal itu juga diyakini olehnya sebagai sarana memuaskan kebutuhan emosiaonal dirinya.
2.
FUNGSI/MAKNA SOSIAL
a.. Fungsi Sosial Seni di bidang Rekreasi Kejenuhan sesorang karena aktivitasnya sehari-hari membuat sesorang membutuhkan penyegaran diri misalnya diwaktu hari libur mengunjungi tepat-tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam).Seni juga dapat dijadikan sebagai benda rekreasi misalnya seni teater, pagelaran musik, pameran lukisan, pameran bonsai. Seni sebagai benda rekreasi adalah seni yang mampu menciptakan
suatu
kondisi
tertentu
yang
bersifat
penyegaran
dan
pembaharuan dari kondisi yang telah ada. Di era globaliasai ini kehadiran seni menadapatkan perhatian yang sangat serius dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai ekonomi/ bisnis )
Universitas Sumatera Utara
b. Fungsi Sosial Seni di bidang Komunikasi Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan masnusia lain menggunkan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah dan cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan karena tidaklah mungkin semua orang menghafalkan semua bahasa yanga ada. Oleh sebab itulah dibutuhkan bahasa yang universal; bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut, misalnya Affandi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok dunia melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomuniikasi dengan puisi-puisinya dsb. Tampaknya seni menjadi efektif membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasan bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya serta melalui seni kita dapat mengenal budaya bangsa lain. c. Fungsi Sosial Seni di bidang Pendidikan Pendidikan dalam arti luas dimengerti sebagai suatu kondisi tertentu yang
memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga
mengakibatkan seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah pertunjukan seni orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan/ makna yang sampaikan. Disadari atau tidak rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk
Universitas Sumatera Utara
membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik-maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari menumbukan pengalaman estetika dan etika. d. Fungsi Sosial Seni di bidang Rohani Kepercayaan religi tersebut terdapat dalam karya-karya moko, neraca, dolmen, menhir, candi pura, bagunan masjid, gereja, ukiran, relief dsb. Manakah yang muncul terlebih dahulu, kepercayaan religi atau seni terlebih dahulu?.Jawabnya tidak tahu secara pasti. Karl Barth berpendapat bahwa sumber keindahan adalah Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber inspirasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman religi tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika. Banyak media yang mereka pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual dsb. Contoh: Kaligrafi arab, makam, relief candi, gereja dsb. Kearifan tradisional barangkali secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai sekumpulan tata nilai yang dipegang dan dijalankan masyarakat tradisonal dengan mengacu pada nilai nilai hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidup, budaya setempat, dan nilai nilai yang berlaku di suatu masyarakat. Kearifan tradisional atau kearifan lokal adalah dipercayai sebagai salah satu jawaban atas krisis budaya, dan lingkungan hidup. Kearifan lokal terdapat diseluruh masyarakat Indonesia, dapat ditemui pada pola bercocoktanam, tataruang kampung, teknik arsitektur tradisional, racikan obat obatan, cerita rakyat, bahkan permainan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa contoh kearifan tradisinal misalnya, pola bertani yang tidak akan meninggalkan ladang dalam keadaan terlantar (abandon area) di hutan hutan yang sudah dibuka, mesti ada peremajaan hutan, contoh tersebut terdapat di masyarakat Indonesia yang menerapkan sistem pertanian bergilir (shifting cultivation). Contoh lain adalah larangan menggunakan tuba untuk menangkap ikan di sungai, atau melalui permainan permainan tradisional yang menggunakan dibuat dari bahan bahan alami yang dimainkan secara beramai ramai. Salah satu permainan tersebut adalah permainan gasing. Bermain gasing bukan sekedar menyentakkan tali yang dipuntir pada badan gasing (benda bulat kerucut) hingga berputar. Selain menimbulkan kesenangan bagi pemainnya, diakui memiliki nilai filosofi tentang keseimbangan kehidupan dunia, yang jika energi gerak memutarnya berhenti maka gasing, dunia akan jatuh. Gasing diakui sebagai permainan tradisional dibanyak bangsa. Konon, para pendeta Budha dari Korea merasa tertarik dengan permainan ini, lalu membawanya dari tanah Sumatera sebagai cinderamata. Selanjutnya, mereka mengirimkan kepada kaisar Jepang sebagai hadiah. Perkembangan itu kemudian menjadi populer di Jepang, hingga jaman sekarang dan melahirkan inspirasi permainan bey blade. Saking populernya Malaysia juga mengakui gasing adalah permainan tradisional mereka. Mereka tidak hanya mengakui, tapi juga mengembangkannya secara serius sebagai aset budaya. Sampai sampai membuat gelanggang (stadion) khusus untuk permainan mengadu gasing se Malaysia dalam kalender tahunan seni dan budaya1]. Hebat dan mengagumkan. Di Cina, sekumpulan penggemar permainan
Universitas Sumatera Utara
gasing malah sedang berencana meramaikan pembukaan Olimpiade Beijing tahun 20082]. Di Indonesia, sekalipun permainan ini banyak terdapat, tidak hanya di melayu, bahkan Jawa dan Bali pun mengenalnya dengan baik. Hanya agaknya negara tidak menaruh perhatian khusus terhadap aset budaya ini, hingga gasing perlahan lahan tenggelam. Ditambah dengan gerusan budaya global yang mengenalkan budaya dan permainan instan. Masyarakat masyarakat tradisional justru melakukannya dengan baik sekalipun timbul tenggelam. Masyarakat Melayu biasanya memainkan permainan ini jika kalender musim menunjukkan waktunya membakar huma, ladang baru. Masyarakat Bali, pada saat musim panen padi. Gasing di masyarakat tersebut tidak hanya menjadi permainan, tapi juga olahraga, dan prestise. Pemin gasing yang kalah akan jadi bahan selorohan sepanjang permainan yang ditonton oleh banyak orang. Di dusun Prabumulih, 90 kilometer dari Palembang Sumatera Selatan, Permainan ini sudah mulai tidak ramai diujung dekade 70 an. Masyarakat petani hanya memainkannya di dusun dusun jauh atau di talang talang3] sekitar Prabumulih. Baru pada tahun 2003 (Agustus), Mulan Komunitas, sebuah perkumpulan yang peduli pada kearifan tradisional dan budaya lokal menginisiasi pagelaran Festival Gasing. Festival tersebut dilaksanakan dengan tujuan melakukan revitalisasi aset budaya lokal sebagai media perekat hubungan sosial masyarakat Prabumulih, diikuti ratusan pemain gasing dari berbagai dusun tersebut memperebutkan sebuah piala kayu yang bernama Pehabong Ulehï yang diambil asal mula nama Prabumulih. Piala
Universitas Sumatera Utara
tersebut diukir oleh A. Kohar, seorang seniman yang tergabung dalam Majelis Seniman Sumatera Selatan. Piala yang dimaksudkan sebagai piala bergilir tersebut masih dipegang oleh Darto, Pemenang Festival Gasing Tradisional Prabumulih � Mulan Komunitas 2003. Tahun ini festival tersebut menurut rencana akan dilaksanakan pada tanggal 45 September 2004. Pertandingan gasing akan digelar di lapangan tenis Dusun Prabumulih mulai pukul 10.00 Wib Sampai dengan selesai. Kali ini Mulan Komunitas bekerja sama dengan Masyarakat Kelurahan Prabumulih, Kota Prabumulih. Ghanda Hernadez, ketua panitia pelaksana perhelatan ini, ketika lembaga pemerintahan (Lurah Prabumulih) menyambut baik kegiatan ini, mengatakan sudah sepatutnya memang negara cq. pemerintah mendukung upaya upaya pelestarian dan revitalisasi budaya lokal yang bernilai arif. Malah menurutnya bukan hanya di tingkat kelurahan yang harus mendorong inisiati inisiatif yang dilakukan oleh warga negara. Semestinya Pemerintah Daerah dalam hal ini walikota Prabumulih juga mengakui, melindungi, dan menumbuhkembangkan budaya lokal. 1.3. Perumusan Masalah Penelitian ini berkenaan dengan proses perkembangan kesenian nandong sebagai kesenian tradisional masyarakat Simeulue, yang mana fokus utamanya adalah melihat arti penting kesenian nandong sebagai kesenian tradisional masyarakat Kabupaten Simeulue.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sangat penting dikaji selain karena merupakan jati diri serta identitas budaya masyarakat, juga memiliki nilai-nilai sosial yang tinggi beserta kearifannya yang mengandung berbagai makna tersendiri bagi masyarakat. Makna dan nilai-nilai tersebut tentu saja membawa manfaat penting bagi masyarakat Simeulue khususnya dan Masyarakat Indonesia pada umumnya yang harus kita ketahui dan dikembangkan. Perkembangan kesenian tradisional di Indonesia saat ini seakan terpinggirkan oleh kesenian yang berasal dari luar yang masuk dan membawa pengaruh terhadap aktivitas kehidupan masyarakat. Pihak luar atau asing sepertinya banyak yang membanggakan kesenian tradisional Indonesia dengan pengetahuan lokalnya serta kearifannya dijadikan sebagai pengetahuan penting bagi mereka, sementara kita masih banyak belum mengenal bentuk-bentuk kesenian tradisional di negeri kita yang beraneka ini. Untuk itulah dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah fungsi-fungsi dan makna-makna tersirat yang terkandung dalam kesenian nandong bagi masyarakat Simeulue? 2. Bagaimana sejarah perkembangan kesenian nandong di tengah-tengah masyarakat Simeulue? 3. Bagaimana bentuk-bentuk penyajian kesenian nandong dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Simeulue?
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti penting daripada kesenian nandong sebagai kesenian tradisional pada masyarakat Kabupaten Simeulue. Penelitian ini memusatkan perhatian pada proses perkembangan kesenian nandong sebagai kesenian tradisional pada masyarakat di Kabupaten Simeulue, khususnya masyarakat Kecamatan Simeulue Timur, secara etnografis, yang dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2012. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuannya tentang kesenian nandong sebagai bagian kebudayaan Simeulue secara menyeluruh baik berupa sejarah, fungsi dan makna yang terkandung dalam Nandong. 2. Diharapkan akan menambah perhatian yang lebih besar kepada semua pihak-pihak terhadap pelestarian dan perkembangan kesenian nandong, dan kesenian tradisional lainnya pada umumnya. 3. Bagi Pemerintah setempat akan menambah masukan berupa dokumentasi yang dapat berguna untuk penyusunan kebijakankebijakan daerah tentang kesenian tradisional Simeulue serta kebijakan pelestarian kebudayaan nasional.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue. Alasan pemilihan lokasi ini karena dikecamatan Simeulue Timur merupakan pusat dari Kabupaten Simeulue, di Kecamatan Simeulue juga banyak terdapat para seniman Nandong untuk mendapat informasi tentang Kesenian Nandong, dan selain itu peneliti memilih lokasi ini karena peneliti sendiri tinggal di daerah Kecamatan Simeulue sehingga memudahkan peneliti untuk mencari data dan dapat menghemat dana dalam penelitian ini.
1.6. Metode Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian studi etnografi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, dan tingkahlaku yang dapat diamati (Nawawi, 1994:203). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001:3) mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan tetang kesenian nandonh yang ada di Kabupaten Simeulue Timur. Dalam penelitian etnogarfi sendiri ada dua cara untuk memperoleh data yaitu: observasi dan wawancara.
Universitas Sumatera Utara
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Nazir, 2003:175). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi dan observasi sambil lalu. Dengan melakukan observasi partisipasi ini, saya bisa ikut dalam latihan kesenian nandong yang diadakan oleh sekelompok yaitu kelompok gendang safano yang bertempat latihan di jalan kolok. Dengan berkumpul dan melihat langsung bagaimana kesenian nandong tersebut. Saya hanya bisa ikut dan melihat saja bagaimana kesenian nandong dimainkan, tanpa bisa memainkan kesenian nandong tersebut karena kesenian nandong hanya dimainkan oleh sekelompok laki-laki yang terdiri dari dua sampai dua belas lebih pemain. Latihan yang dilaksanakan tidak teratur biasanya kapan ada perlombahan dan ada acara baru para seniman nandong latihan. Ketika ada acara ulang tahun Kabupaten Simeulue, kesenian nandong dipertunjukan. Saya ikut dan melihat bagaimana kesenian nandong ditampilkan. Selain mengikuti kegiatan latihan yang dilakukan, saya juga melakukan observasi sambil lalu sebelum penelitihan ini diadakan. Dalam melakukan observasi sebelumnya saya melakukan wawancara terlebih dahulu. Untuk menanyakan siapa-siapa yang bisa ditanyakan tentang kesenian nandong. Untuk pertama saya menanyai nya kepada keluarga siapa-siapa saja yang mengetahui tentang kesenian nandong. Setelah mengetahui informan kunci maka saya akan melakukan wawancara. Pertama kali saya melakukan wawancara dengan kepala desa suka maju yakni bapak Samsuir 64, selain menjabat kepala desa, bapak ini juga merupakan seniman nandong. Sebelum melakukan wawancara dengan bapak
Universitas Sumatera Utara
Samsuir, saya membuat janji agar bisa jumpa dengan bapak samsuir. Bapak ini menyambut dengan senang ketika saya mengutarakan maksud dan tujuan saya untuk mewawancarainya. Bapak yang berumur 64 tahun ini orangnya murah senyum dan senang bercerita, dia sangat senang memberi informasi tentang kesenian nandong dan tentang adat-adat Simeulue. Selain memberi informasi yang saya butuhkan, bapak Samsuir ini juga memberikan fotocopy syair-syair nandong dan menunjukan kepada saya orang-orang yang tahu tentang kesenian untuk saya wawancarai selanjutnya. Selanjutnya saya mewawancarai bapak Mahyudin 72 tahun, bapak ini pernah menjabat sebagai ketua Laka di Kabupaten Simeulue. Bapak yang berbadan besar ini sangat berwibawa, ia menjelaskan semua pertanyaan yang saya ajuhkan. Informasi yang didapat dari bapak Mahyudin ini hampir sama dengan informasi yang dipaparkan oleh bapak Samsuir. Tidak ada perbedaan, sehingga data yang saya dapat dengan mudah saya catat ulang. Selain bapak Mahyudin saya juga mencari informasi dengan seorang yang menjabat sebagai ketua Laka Di Kabupaten Simeulue. Bapak Kahmaruddin ini tinggal daerah simpang lantik yang berjarak setengah jam dari pusat kota. Sebelum saya mewawancarai bapak Kahmaruddin ini, saya minta tolong dengan saudara saya yang kenal dengan bapak Kahmaruddin sehingga saya bisa jumpa dengan bapak ini. Setelah semua diatur, akhirnya saya jumpa dan mewawancarai bapak yang menjabat ketua Laka sekarang ini. Pertemuan di sore hari itu menbuat data saya semakin bertambah walaupun data yang saya dapat selalu meliliki persamaan yang banyak.
Universitas Sumatera Utara
Selain yang mengetahui tentang kesenian nandong, saya juga mewawancarai para seniman nandong. Salah satunya bapak Samsuar, bapak ini bekerja di SMU 1 Simelue Timur sebagai staf tata usaha. Bapak Samsuar 45tahun merupakan seniman nandong yang bertempat tinggal didaerah desa Lugu. Bapak ini menjelaskan bagaimana cara-cara memainkan nandong, dan apa-apa saja yang berhubungan dengan nandong. Data yang didapat dari bapak Samsuar merupakan data tentang penyajian kesenian nandong yang akan melengkapi data untuk penelitian ini. Bapak Buyung adalah informan selanjutnya, bapak Buyung merupakan salah satu seniman yang berada di daerah kolok. Data yang didapat tidak beda dengan data yang diberi oleh bapak Samsuar. Hanya saja ada penambahan data dan dokumentasi yang dapat dilihat dari penjelasan bapak Buyung. Selain
informan
yang
tahu
tentang
kesenian
nandong
saya
juga
mewawancarai masyarakat setempat untuk mendapat data yang lebih, khususnya dalam pengetahuan atau perkenalan mereka tentang kesenian nandong yang ada di Kabupaten Simuelue. Informan biasa ini dipilih dari orang tua dan anak remaja. Sebagian besar data yang didapat dari informan masyarakat mengungkapkan kurang mengenal kesenian nandong, selain itu mereka jarang melihat pertunjukan kesenian nandong. Kesenian nandong hanya mereka lihat pada acara perayaan ulang tahun Kabupaten, perlombaan antar kecamatan, dan festival budaya yang biasanya di adakan di pendopo.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, semua informan sangatlah penting untuk mendapat datadata yang diperlukan. Informan dibedakan atas tiga informan yakni informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Semua informan saling berkaitan satu sama lain karena dari mereka akan menghasilkan informasi-informasi dan data-data yang saya perlukan mengenai kesenian nandong. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam yang diajukan kepada informan. Wawancara mendalam merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai dengan menggunakan pedoman (guide). Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan di lokasi penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang saya tanyakan kepada informan adalah berupa; sejarah simulue, sejarah nandong, penyajian
nandong,
bentuk-bentuk
nandong,
syair-syair
nandong,
dan
perkembangkan nandong. Data yang saya peroleh di lapangan menyatakan bahwa kesenian nandong mengalami perubahan dan kurangnya pegetahuan masyarakat tentang kesenian nandong. Penelitian ini adalah studi etnografi, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif guna mencari tahu sebanyak mungkin dan mendalam berdasarkan penjelasan informan dan melakukan pengamatan aktivitas hidup masyarakat yang menjadi subjek penelitian. Seterusnya keutamaan penelitian kualitatif dengan studi etnografi adalah perspektifnya emic view yakni berdasarkan apa yang dirasakan oleh masyarakat yang diteliti, dimaknai masyarakat, diterjemahkan oleh masyarakat, dan
Universitas Sumatera Utara
dipedomani menurut masyarakat, bukan melalui analisa atau alasan-alasan yang dibuat oleh peneliti. Sehingga dengan demikian data yang diperoleh akan mendekati kesempurnaan hasil, apabila benar-benar ditanggapi dengan baik. Sementara analisa data telah dilakukan dari sejak penelitian berlangsung sampai dengan selesai. Hasil observasi partisipasi dan wawancara akan dicatat ke dalam buku yang telah disediakan penulis. Hal ini dilakukan agar penulis tidak lupa dengan hasil wawancara dan data tersebut dapat untuk dibaca kembali. Selain itu juga, penulis di bantu oleh alat pendukung seperti : kamera foto untuk mendokumentasi hal-hal yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan kesenian nandong. Selain kamera dan data yang di lapangan, untuk mendapat data-data lainnya juga diperoleh data dari hasil penelitian orang lain, dari sumber referensi atau kajian pustaka yaitu dari seperti; kantor catatan penduduk dan sipil, buku-buku dan dari internet. Selanjutnya menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan (fieldnote). Data-data tersebut setelah dibaca, dan dipahami serta ditelaah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuansatuan itu kemudian dikatagorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu
dengan
yang
lainnya
lalu
diinterpretasikan
secara
kualitatif.
Lalu
Universitas Sumatera Utara
menuangkannya ke dalam catatan yang lebih besar seterusnya dalam kertas kerja sebagai laporan hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara