BAB I PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang Pemberdayaan kaum perempuan, termasuk di dalamnya organisasi perempuan sangat penting dan selalu relevan untuk diperjuangkan secara serius melalui upayaupaya yang comprehensif, sistematis, dan berkesinambungan. Banyak upaya yang dapat dilakukan secara bersama-sama dalam rangka membantu pemberdayaan kaum perempuan.
Organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan wacana gender termasuk partisipasi politik perempuan, melalui kegiatan organisasi , kaum perempuan diharapkan dapat menghimpun kesadaran kolektif akan pentingnya perjuangan hak-hak yang selama ini terabaikan. Aisyiyah
adalah organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah yang
didirikan pada tahun 1917 berusaha untuk “membenahi” pandangan yang merendahkan / kurang menghargai sumbangan perempuan dalam pengembangan masyarakat dan xii Universitas Sumatera Utara
pembangunan belum dipahami secara tepat dan mengakibatkan belum diterima sepenuhnya oleh para pengambil keputusan , perumus kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan. Aisyiyah sebagai salah satu organisasi perempuan paling tua di Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar dan sejarah yang panjang dalam proses pemberdayaan kaum perempuan. Jauh sebelum didirikan secara resmi tahun 1917, Aisyiyah (waktu itu masih bernama Sopo Tresno yang berarti “siapa suka”) telah melakukan tiga program pemberdayaan . Pertama, membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah tangga. Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalam masyarakat bahwa kaum perempuan adalah ”konco wingking” (teman di belakang) bagi suami yang “swarga nunut neraka katut” (kesurga ikut, ke neraka terbawa). Kata “nunut” dan katut dalam bahasa Jawa berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif, sehingga nasibnya sangat tergantung kepada suami. Kedua, memberi beragam bekal keterampilan bagi kaum perempuan, antara lain ketrampilan menjahit, merawat bayi, mengurus rumah tangga, serta berwirausaha dengan membuat kain batik dan berbagai jenis makanan. Ketiga, memberi akses kaum perempuan kepada lembaga pendidikan. Pendidikan yang dikembangkan ‘Aisyiyah tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman tradisional (akidah,fikih, akhlak, tafsir, dan hadis), tetapi juga pelajaran umum seperti berhitung, bahasa Indonesia dan pengetahuan alam. xiii Universitas Sumatera Utara
Dengan tiga program pemberdayaan ini, ditambah program santunan bagi anak yatim, Aisyiyah berkembang dengan pesat.(Salman,2005:xiii) Pada Tahun 1919 ‘Aisyiyah mendirikan Taman Kanak-Kanak dengan nama FROBEL. Pada tahun 1923, Aisyiyah mengadakan pemberantasan buta huruf, baik arab maupun latin. Peserta yang ikut dari para gadis sampai dengan orang-orang tua.Tahun 1925, untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi, Aisyiyah menerbitkan majalah wanita yang bernama Suara Aisyiyah . Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan memperluas kerja dalam rangka peningkatan dan pemajuan harkat wanita Indonesia sampai hari ini. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang
tersebar
diseluruh Indonesia yang terdiri atas: 1. Pengembangan dan pemberdayaan lembaga- lembaga sosial yang dikelola oleh Aisyiyah seperti : 132 panti asuhan, 21 tim pengurus jenazah, 177 dana santunan sosial, 42 anak asuh non panti. 2. Mengelola dan mengembangkan 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 50 Klinik Bersalin, 232 BKIA/Yandu, dan 36 Balai Pengobatan, 15 RSU dan 8 apotik yang tersebar di seluruh Indonesia 3. Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan USaha Ekonomi sebanyak 1.426 buah di wilayah, Daerah dan Cabang yang berupa 163
xiv Universitas Sumatera Utara
badan usaha jasa koperasi, 131 BUEKA, 9 baitul maal, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/ took dan pembinaan ekonomi keluarga. 4. Sedang melakukan pengelolaan dan pembinaan sebanyak 412 Kelompok Bermain / Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 5.865 Taman Kanak-kanak, 88 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 15 Sekolah Luar Biasa, 24 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 3 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 6 Pesantren Putri, serta 55 pendidikan luar sekolah (http://www.aisyiyah.or.id) Kesetaraan partisipasi perempuan dalam pembuatan keputusan bukan sekedar tuntutan keadilan, atau demokrasi, melainkan juga dapat dipandang sebagai kondisi yang diperlukan agar kepentingan perempuan dapat diperhitungkan, tanpa partisipasi aktif perempuan dan pernyataan perspektif perempuan di semua tingkatan pembuatan keputusan,
tujuan
kesetaraan,
dan
pembangunan
tidak
akan
tercapai
(Suparno,2005:19). Masalah rendahnya partisipasi perempuan dalam struktur politik formal atau di arena pembuatan keputusan publik di segala tingkatan di Indonesia menjadi persoalan yang penting bagi perempuan untuk mengartikulasikan kepentingannya. Dampak dari rendahnya partisipasi perempuan dalam struktur politik formal dan arena pengambil keputusan ini adalah langkanya kebijakan – kebijakan pemerintah dalam segala level yang berpihak pada perempuan sehingga kepentingan – kepentingan perempuan tidak dapat diartikulasikan. (Suparno,2005 hal 3-4)
xv Universitas Sumatera Utara
Pemerintah telah menyatakan keberpihakannya untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender dengan mengeluarkan kebijakan pengarusutamaan gender pada semua program kerjanya (Inpres No. 9 Tahun 2000). Inpres ini dapat dikatakan sebagai produk yang monumental dari perjuangan perempuan karena dalam Inpres ini ditekankan tentang keharusan bagi setiap instansi pemerintah, di pusat, dan di daerah untuk melakukan pengarusutamaan gender. Pengarusutamaan gender bertujuan terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.( Pusat Kajian Wanita dan Gender, UI, 2004:201) Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGS adalah serangkaian tujuan yang telah disepakati oleh para pemimpin dunia dalam KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Milenium pada September 2000. Tujuan Pembangunan Milenium adalah komitmen dari komunitas internasional terhadap pengembangan visi mengenai pembangunan; yang secara kuat mempromosikan pembangunan manusia sebagai kunci untuk mencapai pengembangan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan dengan menciptakan dan mengembangkan kerjasama dan kemitraan global.
(http://iiq-
psw.blogspot.com diakses tanggal 12 April 2009)
Tujuan Pembangunan Millenium atau MDGs merupakan upaya internasional dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Selain itu, pada era persaingan global yang penuh tantangan, xvi Universitas Sumatera Utara
pembangunan suatu negara akan terjadi apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, profesional, mandiri dan handal. Semua itu pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari peranan ormas perempuan sebagai wadah untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan kaum perempuan sebagai aset bangsa dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial, dan budaya. Dari delapan sasaran pelaksanaan tujuan pembangunan millennium (MDGs), dua area di antaranya berkaitan langsung dengan kaum perempuan yaitu pada point 3) kesetaraan dan keadilan gender serta pemberdayaan perempuan, dan pada point 5): memperbaiki kesehatan ibu hamil, sementara lima lainnya hanya dapat dicapai bila perempuan berada dalam posisi setara dengan mitranya, laki-laki. Dengan kata lain, MDGs hanya akan tercapai apabila ada peran dari kaum perempuan baik secara individual maupun kelompok. Untuk itu, transformasi dalam memperkuat posisi dan peran perempuan di berbagai bidang jelas menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan bukan hanya bagi orang-orang yang peduli terhadap perkembangan demokrasi, melainkan lebih dari itu, sebagai modal utama dalam mensejahterakan kehidupan berbangsa dan bernegara. (www.depag.go.id diakses tanggal 25 Januari 2009). Masalah sosial utama yang dihadapi Negara – Negara Asia-Afrika saat ini adalah masalah kemiskinan. Hal ini sebagaimana telah dinyatakan oleh beberapa petinggi Negara Asia Afrika dalam konfrensinya di Bandung April 2005. Penelitian yang dilakukan The Asia Foundation menunjukkan bahwa masalah besar dihadapi perempuan di Indonesia saat ini adalah kemiskinan. Relasi gender yang tidak setara semakin mempersempit akses perempuan atas pendidikan, sumber daya produktif , pewarisan , xvii Universitas Sumatera Utara
dan kekuasaan. Bahkan kemiskinan dapat memaksa perempuan untuk memasuki sektor-sektor pekerjaan yang membahayakan bagi dirinya yaitu sebagai pekerja migran dan prostitusi.(Tanfiz Aisyiyah,2005.16-17) Penelitian dari Tim Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Tim P2E-LIPI) warga miskin tahun 2008 bertambah menjadi 41,7 juta orang atau setara 21,92 persen dibandingkan kondisi penduduk miskin 2007 mencapai 37,2 juta atau sebanding dengan 16,58 persen (www.okezone.com diakses tanggal 12 Apri 2009). Saat ini Indonesia merupakan pengirim tenaga kerja keluar negeri (buruh migran) terbesar di Asia. Sebagian besar mereka bekerja sebagai pekerja rumah tangga, buruh-buruh pabrik dan buruh perkebunan dengan ketrampilan yang sangat minim. Rata-rata mereka berasal dari pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah. data BNP2TKI menunjukkan ada 900.129 TKI yang secara resmi bekerja di luar negeri pada tahun 2008. Rinciannya, sebanyak 266.315 TKI mengais rezeki di Asia Pasifik dan Amerika Serikat. Di Timur Tengah dan Afrika tercatat 183.717 orang. Sementara di Eropa dengan jumlah 450.097 TKI. Jumlah tersebut belum termasuk jumlah pekerja migran yang tidak berdokumen.(www.blogspot.com diakses tanggal 12 April 2009) Kaum perempuan seringkali kurang mendapatkan kesempatan yang cukup untuk berkiprah dalam kehidupan sosial bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terjadi karena masih lekatnya ketidakadilan gender dalam masyarakat yang berwujud dalam marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan yang bersifat xviii Universitas Sumatera Utara
menyepelekan (tidak penting) kepada kaum perempuan, bahkan kekerasan (violence) termasuk dalam hal bekerja atau justru beban kerja yang lebih panjang atau lebih banyak (double burden). Bentuk ketidakadilan gender ini tidak dapat dipisah-pisahkan karena saling terkait dan berhubungan, serta saling mempengaruhi. Maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang umumnya diderita anakanak dan perempuan mengundang keprihatinan tersendiri. Tidak hanya kasusnya yang bertambah banyak, tapi bentuk kekerasannya pun semakin beragam dan mengerikan. Dibeberapa tempat, ada anak usia sekolah dasar yang ‘disetrika’ ayahnya. Yang terbaru adalah kasus anak bawah lima tahun yang kakinya buntung terlindas kereta api karena didorong sang ayah kandung. Belum lagi kasus isteri yang disiksa suami, ditelantarkan secara ekonomi hingga dibakar hidup-hidup. Kemiskinan yang dihadapi oleh perempuan membuat mereka tidak banyak memiliki alternative dalam mencari pekerjaan. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak dapat memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang memadai, menyebabkan mereka tidak dapat berbuat banyak dalam memilih pekerjaan dan menuntut haknya sebagai buruh. Keterampilan yang rendah menyebabkan perempuan miskin berada dalam kedudukan yang lemah dalam menghadapi persaingan menghadapi buruh laki-laki. Mereka juga menghadapi dilema antara keinginan mereka untuk bekerja guna memenuhi kehidupan keluarga dan tugas mereka sebagai ibu rumah tangga.
xix Universitas Sumatera Utara
Perempuan merupakan sosok penting dalam menentukan kualitas hidup keluarga dan sebagai bagian dari komunitas masyarakat, Ia memiliki peran dan fungsi yang strategis. Namun, peranan itu masih sulit diwujudkan karena kemiskinan. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Sejak Kartini sampai sekarang,
pendidikan merupakan faktor yang penting dalam
meningkatkan peran dan status perempuan. Kenyataannya, data statistik menunjukkan angka buta huruf anak perempuan masih lebih tinggi daripada laki-laki. Dari data susenas tahun 2007, tingkat buta huruf di Indonesia adalah sebesar 7,26% , laki-laki 4,34% dan perempuan 10,12 % (www.menkokesra.go.id diakses tanggal 25 Januari 2009) . Di dalam keluarga miskin yang biasanya harus mengalah untuk tidak melanjutkan pendidikan formal adalah perempuan. Inilah akar dari pemiskinan perempuan, yaitu budaya patriarki yang mensubordinasi perempuan. Kesadaran akan hak-hak perempuan telah lama dimiliki oleh pemerintah, namun tentu tidak cukup sampai disitu karena kesadaran tersebut seharusnya menyebar dan merata sehingga menjadi kesadaran kolektif di masyarakat. Untuk itu diperlukan berbagai bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi ke masyarakat tentang hak-hak asasi manusia , dimana di dalamnya termasuk perempuan. Dengan semakin terbentuknya kesadaran akan hak asasi manusia dan seluruh umat manusia, secara otomatis tidak akan ada lagi permasalahan mengenai hak-hak perempuan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran organisasi Aisyiyah dalam memberdayakan Perempuan dan sejauh apa organisasi perempuan berperan dalam
xx Universitas Sumatera Utara
membangkitkan semangat perempuan untuk melakukan perubahan terutama dalam hal kesetaraan gender. Juga untuk mengetahui bagaimana pandangan pengurus dan anggota organisasi terhadap ketidakadilan gender. Penelitian ini dilakukan di Aisyiyah cabang Sukaramai Medan, untuk mengetahui apakah peran Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan sampai pada tingkat cabang dan rantingnya. Apakah Aisyiyah
mampu
melakukan pemberdayaan peran sampai pada tingkat masyarakat di kelurahan.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Peran Aisyiyah dalam Pemberdayaan Perempuan di Sukaramai Medan 2. Bagaimana Pandangan Pengurus dan Anggota terhadap Isu-isu Gender 1.3.
Tujuan Penelitian
xxi Universitas Sumatera Utara
dengan perumusan masalah yang dirumuskan diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui bagaimana peran Aisyiyah
dalam memberdayakan
perempuan di Sukaramai Untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi perempuan untuk masuk dalam Organisasi dan apa hambatan yang mereka alami selama berorganisasi. 1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memberi manfaat bagi peneliti agar lebih memahami tentang gerakan yang dilakukan oleh perempuan sebagai salah satu agen perubahan 2. Sebagai sumbangan bagi pihak ataupun masyarakat yang ingin mengetahui dan memperluas wacana seputar gerakan organisasi perempuan dalam menjalankan program kemanusiaan dan agar menyadarkan masyarakat bahwa perempuan juga dapat menyumbang banyak untuk kesejahteraan masyarakat.
1.5. Defenisi konsep
Konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah
1. Peran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fungsi-fungsi apa saja yang dilakukan oleh Aisyiyah dalam masyarakatnya sesuai dengan status Aisyiyah sebagai sebuah Organisasi yang menghimpun perempuan disekitarnya.
xxii Universitas Sumatera Utara
2. Pemberdayaan perempuan dalam penelitian ini adalah Tindakan/Program yang dilaksanakan oleh ‘Aisyiyah berupa memotivasi, mengembangkan potensi dan memberi akses kepada perempuan dalam upaya peningkatan kualitas perempuan yang dipandang dari kesejahteraan, akses, partisipasi, kontrol dan penyadaran diri dengan tujuan agar para perempuan menjadi lebih mandiri dan lebih berkualitas dalam segala aspek seperti dibidang ekonomi, pendidikan, sosial dll. 3. Organisasi Adalah kumpulan sekelompok orang yang memiliki visi dan misi yang sama yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai program-program yang bermanfaat untuk anggotanya dan orang lain, dan berada dalam suatu struktur kepemimpinan yang jelas 4. Aisyiyah adalah organisasi wanita muslim yang dibentuk oleh Muhammadiyah dengan status otonom yang berarti dapat mengatur anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sendiri, yang secara struktural mempunyai fungsi koordinatif dengan Muhammadiyah. 5. Nasyiatul Aisyiyah adalah
organisasi angkatan muda Muhammadiyah yang
bergerak dikalangan Remaja putri Muhammadiyah dengan status organisasi otonom Muhammadiyah
xxiii Universitas Sumatera Utara
6. Ketidakadilan Gender
adalah kondisi yang tidak adil terhadap perbedaan-
perbedaan gender yang melahirkan kondisi diskriminasi terhadap gender tertentu khususnya terhadap perempuan.
xxiv Universitas Sumatera Utara