BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Menghadapi persaingan dunia usaha menuntut perusahaan untuk selalu
mengembangkan strategi yang
dimilikinya
agar dapat
mempertahankan
eksistensinya di pasar atau bertumbuh di tengah gempuran persaingan. Setiap perusahaan yang bergerak di dalam suatu industri memiliki strategi bersaing, baik eksplisit maupun implisit (Porter, 1980). Porter berpendapat bahwa untuk mendapatkan posisi strategis dalam industri, perusahaan harus mendapatkan salah satu keunggulan melalui strategi kepemimpinan pasar (market leadership), kepemimpinan biaya (cost leadership) dan
fokus. Apabila perusahaan
menginginkan sebagai pemimpin di pasar, maka perusahaan dapat melakukan merger atau akuisisi dengan perusahaan lain yang berada pada industri yang sama sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar, sedangkan kepemimpinan biaya dapat dicapai dengan merger atau akuisisi untuk mendapatkan economies of scale dan economies of scope. Selain untuk mendapatkan keunggulan bersaing dalam kepemimpinan biaya, Merger dan Akuisisi (M&A) juga merupakan strategi perusahaan untuk tumbuh dan berkembang secara dinamis yang merupakan strategi ekspansi bisnis yang dengan jalur alternatif pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth) (Gaughan, 2011). Berdasarkan data analisis Institute of Mergers, Acquisition and Alliances (2012) pada grafik 1 berikut diketahui bahwa terjadi trend peningkatan jumlah
1
transaksi dan nilai transaksi merger dan akuisisi di Asia Tenggara selama periode tahun 1995 - 2011 dengan rata – rata peningkatan 100 jumlah transaksi per tahun dengan peningkatan nilai rata – rata USD 44 miliar per tahun.
Gambar 1 Grafik Merger dan Akuisisi di Asia Tenggara periode Tahun 1995 – 2011
Peningkatan
jumlah
dan
nilai
transaksi
M&A
yang
terjadi
mengindikasikan bahwa strategi ini makin diminati oleh perusahaan sebagai strategi percepatan pertumbuhan perusahaan. Alasan perusahaan melakukan Merger dan Akuisisi (M&A) adalah untuk memperoleh sinergi, strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mispricing di pasar modal (Foster, 1994). Selain itu penyebab lainnya terjadinya M&A antara lain adalah karena adanya deregulasi, persaingan usaha, memperluas ukuran perusahaan dan persaingan ekonomi hingga global, meningkatkan teknologi yang
2
dimiliki suatu perusahaan dan keinginan perusahaan untuk mengalihkan bisnisnya ke bisnis baru (Yudyatmoko & Naim, 2000). Menurut Moin (2003), merger dan akuisisi bisa didekati dari dua perspektif, yaitu disiplin keuangan perusahaan (corporate finance) dan dari manajemen strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan, merger dan akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal/capital budgeting) yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari segi kelayakan bisnisnya. Sementara itu, dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Dilihat dari 2 (dua) perspektif tersebut, maka M&A bertujuan untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang akan meningkatkan nilai Perusahaan dan memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham. Merger dan akuisisi memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill, manajerial, transfer teknologi dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi (Hitt, 2001). Namun, jika strategi ini tidak mampu mewujudkan tujuan normatif tersebut berarti merger dan akuisisi akan menjadi counterproductive. Dibalik keunggulan merger dan akuisisi yang menjadi salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham, Haidenthaller (2007) menyatakan hal yang berbeda yaitu banyaknya kegiatan merger dan akuisisi yang tidak sukses atau membawa hasil yang tidak sesuai harapan dan rencana yang telah dibuat. Berdasarkan penelitian yang
3
dilakukannya di Universitas Virginia, dari 180 studi yang dilakukan mengenai merger dan akuisisi, diketahui bahwa sebesar 65,6% mengalami kegagalan. Keputusan merger dan akuisisi juga tidak terlepas dari permasalahan (Suta,1992), diantaranya biaya untuk melaksanakan M&A sangat mahal, dan hasilnya pun belum pasti sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber daya manusia yang akan dipekerjakan. Merger dan akuisisi merupakan keputusan penting bagi keberhasilan perusahaan. Banyak perusahaan menemukan bahwa cara terbaik untuk maju adalah
untuk
memperluas
batas-batas
kepemilikan
melalui
merger
dan akuisisi. Secara teori, M&A merupakan sesuatu yang hebat, namun pada kenyataannya, sering M&A berjalan tidak sesuai dan keliru. Hasil studi empiris menunjukkan bahwa banyak merger yang terjadi tidak sesuai harapan, dimana motivasi yang mendorong terjadinya M&A dan efisiensi dari economies of scale terbukti sulit dipahami (Ismail et al., 2011). Penilaian kinerja perusahaan merupakan salah satu indikator menilai keberhasilan transaksi merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan. Penelitian Caves (1989) menunjukkan bahwa merger dan takeover berpengaruh positif terhadap efisiensi ekonomi, karena adanya sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya. Berkovitz dan Narayanan (1993) menemukan
4
bahwa keuntungan yang diperoleh shareholder bidder berkorelasi positif dengan keuntungan yang diperoleh shareholder target atau terjadi sinergi yang dinikmati kedua kelompok shareholder tersebut. Namun hasil berbeda dikemukakan oleh Agrawal, Jaffe dan Mandelker (1992) yang menemukan bahwa saham bidder mengalami penurunan nilai setelah melakukan merger dan akusisi. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan dan kinerja perusahaan di pasar modal (harga saham dan return saham). Cabanda dan Pascual (2007) mengukur kinerja perusahaan dengan perhitungan rasio keuangan menemukan bahwa acid ratio, total asset turnover dan net revenues menunjukkan keuntungan yang signifikan secara jangka panjang. Ismail et al. (2010) menguji kinerja operasi sesudah merger dari perusahaan di Mesir yang melakukan M&A dengan ukuran rasio profitability, efficiency, liquidity, solvency, dan cash flow position dan menemukan bahwa kegiatan
M&A
berkontribusi
dalam
peningkatan
tingkat
keuntungan
(profitability) perusahaan sektor konstruksi, sedangkan pada rasio lainnya (efficiency, liquidity, solvency, dan cash flow position) M&A gagal meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh merger dan akusisi terhadap kinerja perusahaan melalui perbandingan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan dan abnormal return.
5
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan yang terjadi yakni perbedaan hasil penelitian yang tidak selalu konsisten (research gap) tentang pengaruh merger dan akusisi terhadap kinerja perusahaan sebelum dan sesudah M&A dilakukan. Malhotra dan Zhu (2006) melakukan studi tentang dampak akuisisi terhadap kemakmuran pemegang saham dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi dengan menggunakan ukuran cumulative abnormal return, sales to growth, profit margin ratio, return on equity, earnings per share dan foreign export sales. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pasar domestik bereaksi positif signifikan terhadap pengumuman dalam jangka pendek dan terjadi pertumbuhan penjualan bersih serta peningkatan penjualan ekspor luar negeri. Sedangkan, rasio keuangan justru mengalami penurunan sesudah akuisisi. Payamta dan Setiawan (2004) menilai kinerja perusahaan dengan rasio keuangan dan return saham mendapatkan hasil bahwa tidak terjadi perbedaan secara signifikan sebelum dan sesudah melakukan M&A. Wibowo (2012) yang melakukan pengujian terhadap kinerja 3 tahun sebelum dan sesudah M&A terhadap 19 perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 20052007 di Bursa Efek Indonesia menunjukkan hasil tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan perusahaan tersebut. Penelitian yang menguji dampak M &A terhadap kinerja perusahaan di pasar dilakukan antara lain oleh Sutrisno dan Sudibyo (1999) yang menemukan bahwa dari 57 kasus M&A di Indonesia berpengaruh signifikan dan negatif
6
terhadap keputusan investasi oleh investor, terlihat dari adanya penurunan harga saham perusahaan. Yudyatmoko dan Na’im (2000) menguji 34 kasus M&A selama tahun 1989-1995 dan menunjukkan M&A yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan diukur dari rata-rata profit margin selama tiga tahun. Andre et al. (2004) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan akuisisi di Kanada secara signifikan menunjukkan kinerja yang kurang bagus (under perform) tiga tahun setelah M&A dengan mengukur magnitude dan reliability abnormal return. Jianyu Ma et al. (2009) yang meneliti abnormal returns perusahaan yang melakukan M&A di sepuluh pasar modal di Asia (China, India, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan dan Thailand) menemukan bahwa pasar modal bereaksi positif terhadap abnormal return kumulatif dalam tiga event window yang berbeda: jendela dua harian (0, 1), jendela tiga harian (-1, +1) dan jendela lima harian (-2, +2). Riyanto dan Sumiyana (2010) menguji apakah investor domestik bereaksi terhadap pengumuman merger dan akuisisi lebih awal dibandingkan investor asing. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman M&A yang dibuktikan dari nilai abnormal return yang tidak lebih dari nol atau abnormal return pada periode kejadian yang diteliti adalah negatif. Penelitian ini akan memfokuskan perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi dinilai dari dua pendekatan, yakni pendekatan kinerja keuangan perusahaan (fundamental) dan pendekatan kinerja saham perusahaan (teknikal). Penilaian kinerja fundamental perusahaan akan dilakukan dengan
7
perhitungan rasio keuangan: Current Ratio (CR); Quick Ratio (QR); Debt to Asset Ratio (DAR); Debt to Equity Ratio (DER); Total Asset Turnover (TATO); Fixed Asset Turnover (FATO); Return On Asset (ROA); Return on Equity (ROE); Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM); Price Earnings Ratio (PER); Earnings Per Share (EPS). Penilaian kinerja saham perusahaan akan dilakukan dengan penilaian kinerja abnormal return di pasar modal. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX), Singapore Stock Exchange (SGX), dan Stock Exchange of Thailand (SET) yang melakukan merger dan akusisi selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
1.3.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan permasalahan yang
telah diuraikan di atas, beberapa pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi berdasarkan rasio keuangan (CR, QR, DAR, DER, TATO, FATO, OPM, NPM, ROA, ROE, PER, EPS)? 2. Apakah terdapat perbedaan abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman M&A oleh perusahaan pengakuisisi?
8
1.4.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis perbedaan kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan setelah melakukan merger dan akusisi dibandingkan dengan sebelum dilakukannya merger dan akuisisi. 2. Untuk mengidentifikasi perbedaan abnormal return perusahaan pengakuisisi di pasar modal sesudah dilakukannya merger dan akuisisi.
1.5.
Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut: 1. Memberikan bukti empiris tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan setelah melakukan merger dan akusisi. 2. Memberikan
tambahan
informasi
bagi
perusahaan
sebagai
bahan
pertimbangan tambahan dalam penentuan keputusan strategi merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan di masa mendatang. 3. Memberikan informasi bagi investor sebagai bahan kajian tentang pengaruh ekonomis atas keputusan merger dan akuisisi perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui kinerja keuangan dan kinerja saham. 4. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dan dapat sebagai referensi perluasan penelitian dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya terkait kajian tentang merger dan akuisisi.
9
1.6.
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh transaksi merger dan
akusisi
terhadap
peningkatan
kinerja
perusahaan
pengakuisisi
melalui
perbandingan kinerja 3 tahun sebelum dilakukan merger dan akuisisi dan 3 tahun sesudah dilakukan merger dan akuisisi. Penilaian kinerja dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan (CR, QR, DAR, DER, TATO, FATO, OPM, NPM, ROA, ROE, PER, EPS) dan abnormal return. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (IDX), Singapore Stock Exchange (SGX), dan Stock Exchange of Thailand (SET) yang melakukan merger dan akusisi selama periode tahun 2005 – 2008 dan masih aktif sampai dengan saat ini.
1.7.
Sistematika Penulisan Secara garis besar penelitian ini dijabarkan dalam lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut: BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. BAB 2. LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan studi literature yang berupa landasan teori/ tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu sebagai acuan dasar teori dan analisis, kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.
10
BAB 3. METODE PENELITIAN Bab ini membahas metodologi penelitian yang menguraikan rancangan penelitian, definisi istilah operasional variabel penelitian, penjelasan populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan sumber penelitian, serta metode analisis yang akan digunakan untuk menguji hipotesis. BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan analisis dan pembahasan hasil penelitian berupa deskripsi data, pengujian hipotesis dengan statistik dan analisis hasil pengujian tersebut. BAB 5. PENUTUP Bab ini mengemukakan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan yang dialami oleh peneliti, serta implikasi dari temuan penelitian dan rekomendasi yang diajukan. .
11