BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat terpisahkan dari dunia
investasi yang dapat diukur dengan mengetahui perkembangan pasar modal negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan berupa surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrument derivative maupun instrumen lainnya (IDX, 2010). Pasar modal berperan penting sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dan menjadi sarana bagi msyarakat untuk berinvestasi (IDX, 2010). Pihak yang kelebihan dana (investor) dan yang membutuhkan dana (investee) bertemu dan melakukan transaksi di pasar modal (Aljannah, 2010). Investor memiliki tujuan utama dalam berinvestasi yaitu memperoleh return yang dapat berupa pendapatan dividen (dividend yeld) maupun pendapatan dari selisih harga jual terhadap harga belinya (capital gain) (Handayani, 2010). Dividen adalah distribusi pendapatan perusahaan yang merupakan hak pemegang saham yang dapat berupa kas, aktiva, atau bentuk lain (Sugiyono, 2009). Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan besarnya laba ditahan untuk kebutuhan perkembangan usaha (Gitosudarmo dan Basri, 2008).
1
Proporsi yang dibayarkan kepada pemegang saham bergantung pada kemampuan menghasilkan laba dan kebijakan dividen yang diterapkan oleh perusahaan. Prosentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen disebut dividend payout ratio (DPR) (Adriyani, 2008). Pembagian dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya
nilai
perusahaan
(Utami,
2008).
Semakin
besar
laba
memungkinkan semakin besar prosentase dividen sehingga harga saham semakin meningkat. Berbagai pertimbangan mengenai penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen (Ross, 1997). Faktor penentu kebijakan dividen menjadi sedemikian rumit sehingga menempatkan pihak manajemen pada posisi dilematis (Suharli, 2006). Sebab kebijakan tersebut harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan maksimalisasi kekayaan pemegang saham dan pembiayaan yang cukup. Manajemen pada umumnya menahan laba untuk melunasi hutang juga sebagai tambahan investasi, kecuali mengetahui bahwa dana tersebut tidak memberikan net present value (NVP) yang positif pada tambahan investasi (Wicaksana, 2012). Namun perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan oleh masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Pembayaran dividen akan meningkatkan kepercayaan sekaligus mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan modalnya (Difah, 2011). Maka dari itu pihak manajemen perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
2
kebijakan dividen. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen diantaranya kesempatan investasi, profitabilitas dan likuiditas, akses ke pasar keuangan, stabilitas pendapatan, dan pembatasan-pembatasan (Hanafi, 2012). Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor (Aljannah, 2010). Sehingga investor memerlukan informasi yang relevan untuk memprediksi dan mengurangi ketidakpastian tersebut. Informasi yang diperlukan berupa laporan kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Informasi dalam bentuk laporan keuangan perusahaan memberikan manfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan. Investor tidak cukup hanya melihat laporan keuangan saja sebab perlu analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan tersebut. Kinerja perusahaan dapat diketahui dengan menganalisa menggunakan alat hitung berupa rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan alat untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (Harmono, 2011). Hasil dari analisis tersebut dapat menggambarkan dan menjelaskan kinerja atau kondisi keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan juga dapat membandingkan hasil kinerja sekarang dengan kinerja yang telah lalu serta membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis (Irawati, 2006). Menurut Budiarto (2009) rasio yang sering
digunakan
untuk
menganalisis
kinerja
perusahaan
adalah
rasio
profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Ketiga ratio tersebut termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
3
Profitabilitas
menggambarkan
efektivitas
perusahaan
dalam
mendapatkan keuntungan yang dapat diukur melalui jumlah laba operasi atau laba bersih perusahaan (Myers dan Marcus, 2008). Rasio ini memiliki peranan utama dalam hubungannya dengan dividen karena dividen merupakan bagian dari laba yang diperoleh perusahaan. Keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya berupa bunga dan pajak. Perusahaan yang mengalami kerugian akan menyulitkan dalam hal pembayaran dividen. Sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan membayarkan dividen. Hanafi dan Halim (2005;86) menyatakan bahwa net profit margin (NPM) merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Ratio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan, ratio net profit margin ini juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak (Prastowo dan Julianty, 2005:97). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2012). Menurut Griffin (2010) likuiditas mempunyai daya tarik saham kepada investor. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid. Tetapi bila perusahaan tidak mampu membayar dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan inlikuid (Irawati, 2006). Likuiditas merupakan salah satu faktor yang diduga kuat mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang mampu
4
memenuhi kewajiban jangka pendeknya berarti perusahaan itu juga mampu dalam membayar dividen. Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Nurraiman, 2014). Penelitian ini menggunakan current ratio sebagai proksi dari likuiditas. Current ratio yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo (Wiagustini, 2010:78). Ratio utang atau yang diistilahkan dengan leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Irawati, 2006). Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar penggunaan utang yang mengakibatkan semakin besar pula risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Penggunaan utang ditujukan untuk membantu dalam pencapaian laba yang diharapkan perusahaan. Namun laba bersih yang diperoleh tersebut tidak serta merta diikuti dengan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen, sebab kewajiban membayar utang lebih diutamakan daripada membayar dividen (Wicaksana, 2012). Semakin tinggi penggunaan utang perusahaan menyebabkan semakin sulit perusahaan dalam membayar dividen. Debt to equity ratio merupakan rasio perbandingan total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar umumnya mempunyai DER yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya (Smith dan Watts, 1992). Prihantono (2003) mengungkapkan semakin tinggi tigkat DER, berarti komposisi hutang juga semakin tinggi, sehingga akan berakibat pada semakin rendahnya kemampuan perusahaan untuk
5
membayarkan dividen kepada pemegang saham, sehingga rasio pembayaran dividen semakin rendah. Hasil penelitian terdahulu sejauh ini memberikan pandangan yang kontradiktif mengenai ketiga variabel diantaranya penelitian Sunarto (2004) yang menganalisis hubungan kepemilikan manajerial, Investment Opportunity Set, Return On Asset, dan Debt to Equity Ratio pada Dividend Payout Ratio. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kepemilikan manajerial dan return on asset tidak memiliki pengaruh signifikan pada dividend payout ratio, sedangkan debt to equity ratio
berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio.
Investment Opportunity Set memiliki pengaruh yang signifikan positif pada dividend payout ratio. Laksono (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh return on asset, sales growth, asset growth, cash flow, dan debt to total asset terhadap dividend payout ratio, yang mengambil sampel 41 perusahaan dari 331 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa return on asset dan sales growth berpengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio, asset growth berpengaruh signifikan dan negatif, begitu juga debt to total asset dengan yang berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio, sedangkan variabel cash flow tidak berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio. Hartadi (2006) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap perusahaan yang go public di BEJ. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam penelitian ini
6
hanya ada satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio yaitu cash position, sedangkan return on asset, debt to equity ratio, dan size tidak berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio. Nadjibah (2008) dalam tesisnya mengambil sampel 12 perusahaan dari 140 perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI tentang pengaruh variabel asset growth, size, cash ratio, dan return on asset terhadap dividen payout ratio. Dari penelitian ini menunjukan bahwa asset growth, dan size berpengaruh signifikan dan negatif, sedangkan cash ratio dan return on asset mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif pada dividend payout ratio. Puspita (2009) melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Adapun variabel-variabelnya adalah cash ratio, growth, firm size, return on asset, debt to total asset, dan debt to equity ratio pada dividend payout ratio, dengan mengambil 26 sampel perusahaan dari 392 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2005 – 2007. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa cash ratio, firm size, dan return on asset berpengaruh signifikan positif pada dividend payout ratio sedangkan growth berpengaruh signifikan negatif terhadap dividend payout ratio, variabel lain yaitu debt to total asset dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang memberikan pandangan juga hasil yang berbeda-beda maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Net Profit Margin, Current Ratio dan Debt to Equity Ratio pada Dividend Payout ratio”.
7
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah Net Profit Margin berpengaruh pada deviden payout ratio? 2) Apakah Current Ratio berpengaruh pada dividend payout ratio? 3) Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh pada dividend payout ratio? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan
maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin pada dividend payout ratio 2) Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio pada dividend payout ratio 3) Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio pada dividend payout ratio 1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini antara lain: 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapakan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penentuan kebijakan pembagian deviden padasuatu perusahaan.
8
2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi investor dalam memprediksi dan pengambilan keputusan investasi. 1.5
Sistematika Penulisan Untuk
mendapatkan
gambaran
mengenai
penelitian
ini,
maka
penyajiannya akan disusun menjadi beberapa bab secara sistematis sehingga antara satu bab dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Merupakan bab yang menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dipergunakan kemudian diikuti dengan rumusan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, kegunaan dari penelitian ini, serta sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Merupakan bab yang berisikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu teori keagenan,
pengertian
dividen,
kebijakan
dividen,
bentuk
pembayaran dividen, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, net profit margin, current ratio, dan debt to equity ratio. Pada bab ini juga dipaparkan beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta hipotesis penelitian.
9
Bab III
Metode Penelitian Merupakan bab yang menjelaskan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.
Bab IV
Hasil dan Pembahasan Penelitian Merupakan bab yang berisikan mengenai gambaran umum penelitian,
deskripsi
hasil
penelitiandan
pembahasan
hasil
penelitian mengenai pengaruh net profit margin, current ratio, dan debt to equity ratio pada dividend payout ratio. Bab V
Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan
uraian
pada
bab
sebelumnya
dan
menguraikan saran-saran yang diharapkan berguna bagi penelitian selanjutnya.
10