BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemeritah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2009). Pasar Modal sebagai institusi yang mempunyai tujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan dunia usaha, sedangkan disisi lain pasar modal merupakan wahana investasi bagi masyarakat termasuk pemodal menengah dan kecil. Oleh karena itu, pasar modal perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai, kerangka hukum yang kokoh dan sikap profesional dari para pelaku pasar modal (Munawarah, 2009). Peranan ketiga unsur pendukung tersebut akan menciptakan suatu sistem perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien yang pada akhirnya akan menghasilkan market confidence dan efisiensi bagi pasar modal (Neni dan Mahendra, 2004). Fenomena atau peristiwa dan informasi yang ada saat ini sangat mempengaruhi kepekaan pasar modal terhadap harga saham yang berdampak
1
pada return saham yang akan diperoleh seperti yang dinyatakan oleh Robert Ang dalam Munawarah (2009). Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika suatu pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kodisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisisen (Jogiyanto, 2010). Keberhasilan pasar modal suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu supply dan demand sekuritas, kondisi politik dan ekonomi, masalah hukum dan peraturan, keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien (Husnan, 2009). Pasar modal yang terdapat pada suatu negara dapat dipengaruhi oleh berbagai peristiwa atau fenomena yang mengandung informasi relevan bagi pelaku pasar modal, baik peristiwa ekonomi maupun non–ekonomi. Pada umumnya para investor akan membutuhkan informasi baik dari kondisi internal perusahaan maupun dari kondisi eksternal perusahaan dan jika pasar modal tersebut pasar modal efisien maka informasi yang relevan akan bereaksi secara cepat terhadap pasar dan ditunjukan dengan perubahan harga saham melebihi kondisi yang normal dan menimbulkan abnormal return. Informasi relevan tersebut dapat berasal dari peristiwa ekonomi seperti krisis kepemilikan rumah (subprime mortages) yang gagal dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo pada tanggal 9 agustus 2007 dan
2
menyebabkan krisis perekonomian global pada sektor keuangan di Amerika Serikat (Munawarah, 2009). Selain itu, juga dapat berasal dari informasi non–ekonomi, salah satunya adalah peristiwa politik dalam negeri. Gejolak kehidupan politik, secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi di sebuah negara. Perubahan didalam legislatif maupun didalam lembaga eksekutif, sebagai bagian dari peristiwa politik, dapat mempengaruhi kondisi ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi suatu negara akan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang ditentukan baik oleh lembaga legislatif maupun lembaga eksekutif. Peristiwa politik yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kedua lembaga tersebut antara lain Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan anggota dewan legislatif atau DPR, penyusunan kabinet baru dan reshuflle kabinet (Manurung dan Cahyanti, 2007). Stabilitas politik yang diikuti dengan kestabilan kondisi ekonomi, akan membuat para investor merasa aman untuk menginvestasikan dana di pasar modal. Kemudian para investor akan memberikan ekspektasinya yang akan tercermin pada fluktuasi harga dan aktivitas volume perdagangnan saham di pasar bursa efek. Di Indonesia baru saja terjadi peristiwa politik yang menjadi perhatian masyarakat dan berpengaruh pada kondisi politik Indonesia yaitu Pemilihan Kepala Daerah Tingkat I DKI Jakarta putaran kedua yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 September 2012.
3
Pemilihan tersebut akhirnya dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Informasi tentang Pilkada DKI Jakarta sudah menjadi sorotan masyarakat Indonesia sejak putaran pertama, karena diluar dugaan para pengamat politik bahwa Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengalahkan perolehan suara Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang mengakibatkan adanya pemilihan gubernur putaran kedua. Di putaran kedua kemenangan yang diperoleh Jokowi-Basuki (Ahok) sebesar 53,81% sedangkan Foke-Nara sebesar 46,19% berdasarkan hitung cepat Lembaga Survei Indonesia. Pilkada DKI Jakarta ini selain menjadi perhatian untuk kondisi politik juga menjadi perhatian masyarakat yang berhubungan dengan dunia sekuritas dan pasar modal. Ada beberapa nilai tambah yang membuat Jokowi dapat menempati posisi Gubernur DKI Jakarta saat ini, yang paling menonjol dan paling terlihat dikalangan masyarakat adalah hasil kerja Jokowi selama menjabat sebagai Walikota Surakarta. Jokowi telah menyulap kota Surakarta menjadi kota yang tertata dengan baik, mulai dari pasar tradisional, pedagang kaki lima hingga efektivitas birokratnya. Nilai tambah lain adalah Jokowi menjadi sosok pemimpin yang diharapkan masyarakat agar dapat mengatasi kesemrawutan di ibukota. Popularitas Jokowi yang tinggi menjadi salah satu pertimbangan untuk Jokowi. Ketenaran ini mulai merambah nasional, ketika Jokowi dengan bangga memperkenalkan salah satu mobil karya anak negeri yang siap bersaing untuk menjadi mobil nasional, Kiat Asemka. Jokowi pun mendapat dukungan dua partai besar yaitu PDIP dan Gerindra. Meskipun dalam kubu
4
PDPI masih ada kemelut karena ada dualisme dukungan, Megawati yang notabene ketua umum PDIP menyatakan dukungan terhadap Jokowi, sedangkan Taufik Kiemas menyatakan dukungan pada Fauzi Bowo. Hal ini terjadi karena Jakarta merupakan kota terpenting di Indonesia sebagai ibukota negara dimana semua akses informasi ekonomi maupun non-ekonomi dapat meluas dengan cepat pada masyarakat umum. Kebijakan pemerintah pun dapat segera diakses dengan cepat dikota Jakarta karena Ibukota Jakarta juga merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Selain itu, Jakarta merupakan pusat berbagai kegiatan ekonomi dari berbagai macam perusahaan nasional dan internasional yang yang notabennya adalah perusahaan emiten yang berhubungan dengan pasar bursa dan sekuritas. Disamping itu, investor dan pelaku perdagangan di pasar modal banyak berdomisili di Jakarta sehingga informasi seperti pemilihan kepala daerah ibukota Jakarta menjadi informasi penting yang akan diserap oleh perlaku trading dipasar modal. Diberitakan dalam media elektronik Bisnis Indonesia hari Selasa tanggal 18 September 2012 bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (19/9/2012) diprediksi masih akan bergerak naik setelah terkoreksi pada perdagangan sebelumnya. Menurut analis NISP Sekuritas Kam Lipto, IHSG membentuk level yang tertinggi baru setelah menembus ke atas level 4200. Selain itu, pemilihan gubernur Jakarta yang akan diselanggarakan Kamis (20/9/2012) mendatang juga akan menjadi perhatian publik. Menurut Kam Lipto, kemungkinan profit taking masih dapat terjadi,
5
namun jika dilihat dari grafik intraday posisi dari IHSG menunjukan kondisi oversold, karena itu lebih berpeluang untuk menguat. Dari pemberitaan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut pengaruh pemilu Pilkada DKI Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012 pada perusahaan yang tergabung pada perusahaan LQ-45 yang berdomisili di Jakarta dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI), sejauh mana pemilu tersebut berpengaruh pada reaksi pasar modal. Berikut ini adalah tabel IHSG dan LQ-45 disekitar putaran Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Tabel 1. 1 IHSG dan LQ-45 di BEI Sekitar Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua tn t-3 t-2 t-1 t0 t1 t2 t3
IHSG 4255,3 4223,9 4244,7 4217,5 4244,6 4200,9 4226,9
Indeks LQ45 732,9 727,6 731,1 725,4 730,4 720,4 725,8
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015
Gambar1. 1IHSG di BEI Sekitar Pilkada DKI Jakarta Putaran II 4260 4250 4240 4230 4220 4210 4200 4190 4180 4170 IHSG
t-3 4255.3
t-2 4223.9
t-1 4244.7
t0 4217.5
t1 4244.6
t2 4200.9
t3 4226.9
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015
Gambar 1. 2Indeks LQ45 di BEI Sekitar Pilkada DKI Jakarta Putaran II
6
734 732 730 728 726 724
LQ45
722 720 718 716 714 LQ45
t-3 732.9
t-2 727.6
t-1 731.1
t0 725.4
t1 730.4
t2 720.4
t3 725.8
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015
Peristiwa ini menarik untuk dikaji lebih lanjut karena terpilihnya Jokowi–Ahok menjadi gubernur dan wakil gurbenur Jakarta tidak diprediksikan oleh masyarakat Jakarta ataupun Indonesia. Jokowi yang awalnya tidak terlalu disorot keberadaannya oleh politisi-politisi lain di Indonesia sekarang muncul diawali sebagai walikota Surakarta dan sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta ibu kota negara Indonesia sangat menarik perhatian di dunia politik. Seperti yang dinyatakan oleh Megawati Soekarnoputri pada rakernas II PDI Perjuangan pada situs resmi partai bahwa kemenangan Jokowi ini adalah modal awal dalam pemilihan presiden pada 2014 mendatang, karena Joko Widodo adalah salah satu kader PDI-P yang cukup fenomenal. Kondisi politik dalam negeri tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi di DKI Jakarta atau bahkan pada kondisi ekonomi nasional. Dari sini peneliti ingin mengetahui pengaruh dari informasi politis tersebut terhadap pasar modal di Indonesia.
7
Ada beberapa penelitian yang digunakan peneliti sebagai acuan untuk meneliti reaksi pasar modal terhadap Pilkada DKI Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012 pada perusahaan LQ-45, antara lain Nurhaeni (2009) melakukan penelitian tentang dampak pemilu Legislatif 2009 tanggal 6 April 2009 sampai dengan tanggal 15 April 2009, hasil dari penelitian menunjukan ada perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan setelah peristiwa pemilu legislatif, hal tersebut menunjukan bahwa investor melakukan profit tacking dua hari sebelum pemilihan legislatif. Kemudian penelitian Nurhaeni (2009) juga meneliti tentang perbedaan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan setelah peristiwa pemilihan legislatif dan hasilnya ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah peristiwa pemilihan legislatif 2009, hal ini disebabkan karena banyak investor melakukan profit tacking dan Quick account pemilu legislatif juga mempengaruhi terjadinya peningkatan rata-rata TVA sebelum dan setelah peritiwa pemilu legislatif 2009. Penelitian tentang pengumuman Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Indonesia Bersatu dilakukan oleh Primastono (2006). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pada pengumuman kabinet Gotong Royong ditemukan adanya abnormal return yang positif signifikan pada dua hari sebelum peristiwa dan abnormal return negatif pada signifikan pada satu hari sebelum dan tiga hari sesudah sesudah peristiwa, sedangkan pada pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu pasar modal memberikan reaksi negatif tiga hari sebelum peristiwa.
8
Reaksi yang ditunjukan investor terhadap peristiwa pengumuman Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Indonesia Bersatu tersebut tidak sampai menimbulkan reaksi yang luar biasa bagi pasar modal, dimana tidak ditemukan adanya perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan antara sebelum dan setelah peristiwa pengumuman kedua kabinet. Kemudian reaksi investor terhadap kedua kabinet tersebut relatif tidak berbeda, dimana tidak terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan antara sebelum dan setelah peristiwa pengumuman kabinet-kabinet tersebut. Dan reaksi investor terhadap kedua peristiwa tersebut relatif tidak berbeda, dimana rata-rata abnormal return pada peristiwa pengumuman Kabinet Gotong Royong secara statistik tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata abnormal return pada peristiwa pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu. Kemudian penelitian tentang pemilihan umum adalah oleh Asmita (2005), dimana peneliti mencoba untuk menganalisis reaksi pasar modal terhadap pemilu 2004 yang berlangsung pada 3 tahapan. Hasil penelitian menunjukan adanya abnormal return yang signifikan yang terjadi diseputar pemilu 2004. Pengujian terhadap rata-rata abnormal return dan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa tidak menunjukan hasil yang signifikan. Sedangkan pengujian terhadap abnormal return yang terjadi disekitar pemilu 2004 memperlihatkan hasil yang signifikan. Luhur (2010) meneliti mengenai reaksi pasar modal terhadap pengumuman pemilihan umum presiden tanggal 8 Juli 2009. Penelitian ini
9
meneliti apakah ada reaksi yang signifikan pada pasar modal terhadap pengumuman, selain itu apakah ada perbedaan rata-rata abnormal return dan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah pengumuman pemilihan presiden. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan abnormal return terhadap pengumuman, dan terdapat perbedaan signifikan negatif pada hari t-10, t-5, t-4,t0, dan t+7 dan terdapat signifikan positif rata-rata abnormal return
t-10 dan t+7, tidak ada
perbedaan yang signifikan pada Trading Volume Activity t-10 dan t+7, tidak ada perbedaan yang signifikan pada Trading Volume Activity sebelum atau sesudah pengumuman pemilihan presiden tanggal 8 Juli 2009. Dari penelitian–penelitian tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari pemilihan pemimpin daerah Ibukota Jakarta terhadap perekonomian di Indonesia dan bagaimana reaksi pasar modal Indonesia dihadapkan dengan kondisi politik Indonesia yang sangat dinamis seperti saat ini dan menjadikan dalam sebuah karya ilmiyah dengan judul “ANALISIS REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA PUTARAN KEDUA TANGGAL 20 SEPTEMBER 2012 (Studi Kasus pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI)”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas berikut ini adalah rumusan masalah penelitian.
10
1.
Apakah terdapat abnormal return yang didapat oleh investor pada sebelum atau sesudah pilkada DKI Jakarta putaran kedua?
2.
Apakah terdapat perbedaan rata–rata abnormal return pada saham LQ–45 sebelum dan sesudah pilkada DKI Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012?
3.
Apakah ada perbedaan rata–rata Trading Volume Activity (TVA) pada saham LQ–45 sebelum dan sesudah pilkada DKI Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui pengaruh pilkada DKI Jakarta putaran II dan bagaimana reaksi peristiwa tersebut terhadap pasar modal melalui reaksi abnormal return disekitar pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua.
2.
Menganalisis perbedaan rata–rata abnormal return pada saham LQ–45 sebelum dan sesudah pilkada DKI Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012
3.
Menganalisis perbedaaan rata–rata trading volume activity (tva) pada saham LQ-45 sebelum dan sesudah pilkada DKI Jakarta putaran kedua tanggal 20 September 2012.
D. Manfaat Penelitian Berikut ini beberapa kegunaan atau manfaat dari penelitian.
11
1.
Bagi dunia ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dan pengembangan dari penelitian terdahulu tentang event study yang dapat digunakan untuk mengetahui reaksi pasar modal terhadap peristiwa–peristiwa ekonomi dan non ekonomi.
2.
Bagi Investor, penelitian ini dapat memberikan gambaran didalam pengambilan keputusan investasi selama kurun waktu sebelum dan sesudah adanya non ekonomi dalam negeri yang sudah dapat diprediksi sebelumnya. Sehingga investor dapat lebih peka terhadap non–ekonomi yang dapat mempengaruhi pembelian dan penjualan saham.
3.
Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk memahami sensitivitas investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, dimana investor tersebut juga memperhitungkan kondisi politik dan kondisi non-ekonomi lain yang ada di Indonesia.
12