BAB 1 PENDAHULUAN
SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN
1.1.
Latar belakang Jogjakarta atau yang lebih dikenal dengan nama “Jogja”, merupakan nama singkat
dari Kerajaan besar di masa lalu, NgaJogjakarta Hadiningrat. Dibandingkan dengan propinsi lain di wilayah Indonesia, Daerah Istimewa Jogjakarta relatif kecil. Luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta, lebih kurang 3.186 km² dan terbagi menjadi 5 Daerah Tingkat II, yakni: Kota Jogjakarta, yang merupakan Ibu kota Propinsi Daerah Istimewa
Jogjakarta.
Kabupaten
Sleman,
dengan
Ibukota
Beran.
Kabupaten
Gunungkidul, dengan Ibukota Wonosari. Kabupaten Bantul, dengan Ibukota Bantul. Kabupaten Kulonprogo dengan Ibukota Wates. Jogjakarta juga merupakan salah satu kota pendidikan di Indonesia. Berbagai tingkat jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak hingga institusi Perguruan Tinggi tersebar luas di Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Setiap tahunnya Jogjakarta juga mengalami peningkatan jumlah pelajar dan mahasiswa yang cukup signifikan. Tak heran jika kota ini dijadikan barometer pendidikan maupun pengetahuan bagi propinsi lainnya.
1
Para pelajar dan mahasiswa ini bermukim di rumah kontrakan maupun kos yang tersebar merata di seluruh wilayah Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Dikarenakan sebagai kota pendidikan, para remaja atau generasi muda ini, mendominasi sebagian besar jumlah penduduk di Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Seperti yang terlihat dalam tabel dibawah berikut ini yang bersumber dari Susenas, BPS Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta (2003). Tabel 1.1. Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Hasil Susenas menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Propinsi D.I.Jogjakarta Tahun 2002 – 2003 2002
2003
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0–4
3,64
3,54
7,18
3,64
3,01
6,65
5–9
3,85
3,48
7,33
3,62
3,58
7,20
10 – 14
3,83
3,56
7,39
4,02
3,76
7,78
15 – 19
4,40
4,22
8,62
4,73
4,43
9,16
20 – 24
5,48
4,91
10,39
5,14
5,39
10,53
25 – 29
3,84
3,89
7,73
3,96
3,77
7,73
30 – 34
3,96
4,03
7,99
3,86
3,93
7,79
35 – 39
3,46
3,63
7,08
3,77
4,05
7,83
40 – 44
3,31
3,56
6,87
3,38
3,62
7,00
45 – 49
2,80
2,95
5,74
3,06
2,99
6,06
50 – 54
2,54
2,24
5,12
2,46
2,70
5,16
55 – 59
1,79
2,56
4,03
1,80
1,78
3,58
60+
2,22
1,78
4,78
1,87
2,20
4,06
Tdk tahu
-
-
-
-
-
-
Jumlah
45,12
54,88
100,00
45,31
54,69
100,00
2
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa para muda ini, mendominasi sebagian besar jumlah penduduk di Kotamadya Jogjakarta. Di dalam sebuah proses pendidikan secara umum diampu oleh sebuah institusi yang cenderung formal yang akan memenuhi kebutuhan akademik dan teori dalam kegiatan belajar mengajar yang sampai sekarang masih mengalami berbagai proses penyempurnaan. Namun disamping perlu disempurnakannya kegiatan belajar mengajar yang selama ini dilakukan, di sisi lain kita tidak bisa meniadakan akan kebutuhan wadah informal. Justru dari wadah inilah tercetus dan terlahir banyak cendekiawan dan intelektual yang berkualitas, dan tentu saja diharapkan dikemudian hari akan membawa pengaruh positif akan penyebaran pengetahuannya. Wiyoto – seksi kepemudaan Kodya Jogjakarta, mengungkapkan dibutuhkannya semacam sasana muda atau pusat kegiatan para muda untuk meningkatkan sumber daya manusia (sdm) para muda yang representatif, ujarnya. Pusat kegiatan yang meliputi beberapa kegiatan seperti; pelatihan, pemasaran, seni dan budaya, serta lainnya diharapkan bisa menjawab kebutuhan para muda di tingkat kota. Dari wawancara dan data yang ada maka dibutuhkanlah sebuah Sasana Muda yang diharapkan bisa mewadahi kegiatan informal yang dibutuhkan oleh para muda ini. Wadah yang representatif ini seyogyanya juga diharapkan dapat mewakili para muda ini melalui kebutuhan arsitektural yang ada pada bangunan sasana muda nantinya. Wadah informal ini diharapkan membantu menjawab beberapa persoalan baik untuk para mudanya sendiri khususnya dan lingkup kota Jogjakarta pada umumnya. Dimana pada kota Jogjakarta sendiri juga membutuhkan semacam bangunan baru yang non-formal diantara padatnya bangunan kota yang sudah ada. Disatu sisi, kota Jogjakarta juga harus
3
mencoba berani mulai beranjak dari tradisi yang ada. Isu seperti berkurangnya lahan untuk publik kota, dan kehidupan urban yang terus berkembang, membutuhkan jawaban dari sudut pandang arsitektural yang baru. Seperti dikutip menurut Herman Hertzberger, Space and the Architect (hal. 100, 2000), “Actually every new design should by rights bring new spatial discoveries: exhilarating spatial ideas not encountered in that form before, in response to newly diagnose conditions”. Zaha Hadid dipilih sebagai preseden dalam mendesain bangunan ini, dikarenakan beberapa karya beliau memiliki karakterikstik arsitektural yang penuh ke-kiniannya dan menurut penulis, sesuai dengan karakterikstik para muda pada khususnya dan kota Jogjakarta pada umumnya.
1.2.
Rumusan masalah Perlunya merancang Sasana Muda di Jogjakarta yang dapat mewadahi kegiatan
para muda seperti kegiatan sosial-budaya, pengembangan diri (media edukasi dan informasi), dan fisik (olah raga), dengan preseden Zaha Hadid sebagai acuan desain bangunan. 1.3.
Tujuan pembahasan Merancang Sasana Muda di Jogjakarta yang dapat mewadahi kegiatan para muda
seperti kegiatan sosial-budaya, pengembangan diri (media edukasi dan informasi), dan fisik (olah raga), dengan preseden Zaha Hadid sebagai acuan desain bangunan.
1.4.
Sasaran pembahasan -
Melakukan studi tentang arti muda secara umum.
-
Melakukan studi tentang aktivitas para muda di Jogja.
4
-
Melakukan studi tentang tipologi sasana muda, yg ditinjau dari faktor sirkulasi, ruang, struktur dan utilitas.
-
Melakukan studi banding gelanggang pemuda di Sorowajan, British Youth Centre, dan Withywood youth club, Bristol, England melalui literatur.
-
Melakukan studi beberapa karya Zaha Hadid.
-
Melakukan studi tentang kota Jogjakarta dalam hal pemilihan site.
1.5.
Lingkup pembahasan -
Kajian tentang muda dibahas menurut pengertian muda secara umum, yang ditinjau dari klasifikasi usia, permasalahan, watak, dan aktivitasnya.
-
Tinjauan aktivitas para muda di Jogjakarta yang dibahas menurut jenis aktivitas dan dalam kegiatan sosial-budaya, pengembangan diri, dan olahraga.
-
Sasana Muda dibahas menurut sudut pandang arsitektural tentang program dan standard ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan sosial-budaya, pengembangan diri, dan olahraga dan disesuaikan menurut hasil studi banding yang telah ada.
-
Rancangan Sasana Muda yang berpreseden Zaha Hadid dibahas sebagai alat / metoda disain bangunan.
1.6. Metoda perolehan data dan analisis 1.6.1.
Metode mencari data
Metode pencarian atau pengumpulan data terdiri dari: a. Studi Pustaka
5
Melakukan studi pustaka atau literatur yang berkaitan dengan judul penulisan, untuk mencari kelayakan dan koherensi yang dapat mendukung dan memperkuat penulisan skripsi ini. b. Studi Komparasi Merupakan metodologi pendekatan konseptual perancangan dengan melakukan analisis perbandingan pada proyek-proyek yang memiliki karakteristik serupa dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik yang akan digunakan sebagai materi pembanding pada proses penentuan konsep perancangan. c. Wawancara Melakukan wawancara dengan beberapa nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya. d. Observasi Melakukan observasi dan studi banding terhadap gelanggang pemuda di Sorowajan, Daerah Istimewa Jogjakarta, British Youth Centre dari literatur, dan Native Youth Centre di Kanada melalui internet.
1.6.2.
Metode menganalisis data
a. Metode Kuantitatif Dengan metode analisis secara kuantitatif terhadap jumlah para muda dan fasilitasnya di Jogjakarta dapat dijelaskan melalui data statistik. Masing-masing data statistik diakumulasikan dalam perhitungan menurut kebutuhan dengan membandingkan atau mengambil angka rasio. Sehingga didapat tingkat kebutuhan dari jumlah para muda yang ada dengan fasilitas yang belum terwadahi.
6
b. Metode Kualitatif Secara deskriptif mengevakuasi dan menganalisa kebutuhan serta survey kegiatan para muda di Jogjakarta.
1.6.3.
Metode perancangan
Menerapkan prinsip-prinsip perancangan bangunan sasana muda dengan preseden zaha hadid sebagai acuan perancangan. Aplikasi preseden zaha hadid kedalam elemen arsitektural bangunan sasana muda secara garis besar merupakan suatu usaha menganyam elemen arsitektural zaha hadid dengan elemen arsitektural bangunan itu sendiri. Secara teknis elemen-elemen dari preseden zaha hadid, yang sebagian besar menggunakan material sederhana, dan elemen arsitektural bangunan akan saling menumpang, menyatu dan saling mendukung satu dengan yang lain. Melalui teknis tersebut diharapkan tercipta keselarasan antara nilai fungsi dengan estetika dari gabungan arsitektur zaha hadid dan arsitektural bangunan. Aplikasi tersebut diharapkan akan terwujud dalam pengolahan landsekap dan interior maupun eksterior bangunan.
7
1.7.
Sistematika penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN BANGUNAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA
Memaparkan tentang definisi sasana muda di Jogjakarta, baik potensi dan lain sebagainya.
BAB III TINJAUAN TEORITIS BANGUNAN SASANA MUDA DAN PRESEDEN ZAHA HADID Memaparkan tentang preseden sasana muda dan zaha hadid yang diambil, garis besar aplikasinya terhadap bangunan sasana muda dan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang akan diaplikasikan.
BAB IV
ANALIS MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SASANA MUDA
Mengungkapkan analisis dan prinsip-prinsip pendekatan konsep perancangan bangunan yang sesuai dengan fungsinya sebagai sasana muda. Pada bab ini juga akan dipaparkan beberapa uraian dan analisis awal tentang identifikasi permasalahan perancangan arsitektur bangunan sasana muda, strategi desain dan pemecahan permasalahannya.
8
BAB V
KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA
Mengungkapkan konsep-konsep perencanaan dan perancangan dari hasil tahap pendekatan konsep perencaan dan perancangan sasana muda di pusat kota Jogjakarta. Pada bagian akhir pembahasan ini juga tertera daftar kepustakaan yang menjadi acuan dan berbagai data lampiran.
9