1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidkan
untuk
membantu
prtumbuhan
dan
perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2004). Salah satu pendidikan anak usia dini adalah Taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam
tahun. Dimana usia empat sampai enam tahun
merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitive untuk menerima berbagai uapya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakan
dasar
pertama
dalam
mengembangkan
kemampuan
fisik,kognitif,bahasa, sosial emosional, konsep diri disiplin, kemandirian seni,moral dan nilai-nilai agama. Ini sesuai dengan tujuan pendidikan Taman kanak-kanak yaitu membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Depdiknas, 2004). Dimana aspek-aspek perkembangan tersebut dibagi menjadi dua bidang pengembangan. Pertama bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasan yang baik. Bidang pengembangan
pembentukan
perilaku
melalui
pembiasaan
meliputi
pengembangan moral, dan nilai-nilai agama serta pengembngan sosial, emosional dan kemandirian. Kedua mengembangkan kemampuan dasar yaitu kegiatan yang dipersiapakan guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak (Depdiknas, 2004). Salah satu pengembangan kemampuan dasar adalah kemampuan berbahasa,lingkup perkembangan
bahasa
dibagi
bahasa(menyimak),mengungkapkan
menjadi
tiga
yaitu
menerima
bahasa(berbicara)
dan
keaksaraan(membaca dan menulis). Menyimak merupakan salah satu bagian dari kemampuan berbahasa. Aspek-aspek dalam ,memahami bahasa meliputi menyimak perkataan orang lain,mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan,memahami cerita yang dibacakan,mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat,mengerti beberapa perintah secara bersamaan,mengulang kalimat
yang
lebih
komplek,dan
memahami
aturan
dalam
suatu
permainan(depdiknas:2009). Sriyono(2009) “keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
menulis”. Hal ini dapat dilihat dari peranan keterampilan menyimak terhadap keterampilan berbahasa. Sriyono (2009)
mengatakan peranan menyimak
sebagai berikut (1) keterampilan menyimak merupakan dasar yang cukup penting untuk keterampilan berbicara, keterampilan tersebut sangat dibutuhkan bagi anak usia dini. Pada masa itu perkembangan psikososial semakin meluas terutama dengan teman sebaya. Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan social dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan anak. Samsunuwiyati (2005) “salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga”. Dimana sumber informasi dan perbandingan tentang dunia luar itu akan terjadi dan dipahami anak ketika melakukan komunikasi antar teman sebayanya dengan menyimak,sehinga komunikasi akan berjalan dengan lancar, (2) keterampilan menyimak juga merupakan dasar bagi keterampilan membaca atau menulis. Jadi informasi yang kita peroleh dari menyimak merupakan bekal untuk bisa memahami apa yang dituliskan orang lain melalui tulisan, contohnya ketika guru mengenalkan kata “ibu” dengan menuliskannya di papan tulis maka anak mengenal huruf dari kata tersebut. dan tahu cara membacanya. Serta informasi yang diperoleh dari menyimak juga sebagai bekal dalam kegiatan menulis, karena apa yang ditulis itu bersumber dari informasi yang disimak. Dengan demikian anak juga secara tidak langsung akan terampil menulis juga sebab anak sudah tahu huruf-huruf dari kata tersebut, (3) pengusaan kosakata pada saat menyimak akan membantu kelancaran membaca dan menulis. Sejalan dengan pendapat Sriyono, Djago
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Tarigan
(Dadan, 2008:17) mengemukan bahwa peranan menyimak sebagai
berikut (1) landasan belajar berbahasa, (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, (3) pelancar komunikasi lisan, (4) penambah informasi. Kegiatan yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa kegiatasn menyimak lebih banyak dilakukan daripada kegiatan berbahsa lainnya yaitu berbicara ,membaca, dan menulis. Hal ini dibuktikan oleh Wilga M. Rivers (Ice sutari dkk,1997) yaitu “kebanyakan orang dewasa menggunakan 45% waktunya untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca dan hanya 9% saja untuk menulis”. Dari hasil penelitianWilga ini membuktikan bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak. Sesuai dengan uraian di atas bahwa kegiatan menyimak juga merupakan kegiatan yang sudah biasa dilakukan di sekolah khususnya TK, sebab kebanyakan guru menerangkan atau menyampaikan informasi melalui bahasa lisan. Hasil pengamatan di lapangan (TK) ,menunjukan bahwa pembelajaran keterampilan menyimak di TK PGRI Dewi Sartika melalui metode bercerita belum optimal. Dimana setelah guru selesai bercerita, kemudian guru melakukan tanya jawab kepada anak, hasilnya sebagai berikut: Tabel 1.1 Data Penilaian Anak
Hasil Penilaian No
Nama Siswa
Ket. Baik
1
Ahmad Husein f
Cukup
Kurang
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
2
Alika Zahra
3
Farrel Afriansyah
4
Juya Dika P
5
Marel Hebian
6
Nanda Aprilia F
7
Naufal Zabir R
8
Nina Nur‟eni
9
Nisriina A.R
10
Rama Ikhsanudin
11
Riezky Adhietia P
12
Rinrin Ketrin K
13
Siti Hopipah
14
Siti Shopiah
15
Suntana Tita C
16
Tio Febrian A
17
Trisni Hermawati
18
Wina Desira
19
Zaenal Arifin
Jumlah
4
3
12
Persentase
21,05%
15,78%
63,15%
Ket : B= Anak dapat melakukan kegiatan secara mandiri
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
C= Anak masih perlu bantuan dalam melakukan kegiatan K= Anak tidak dapat melakukan kegiatan
Dari data di atas yaitu ada empat orang anak dari 19 anak yang dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, berarti 21,05% yang menyimak cerita tersebut,ada beberapa anak juga yang dapat menjawab pertanyaan tapi masih perlu bantuan guru yaitu tiga anak jadi 15,78% jadi anak kurang menyimak ceritanya. Selebihnya yaitu 12 anak tidak dapat menjawap pertanyaan berarti 63,17% tidak menyimak cerita. Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran anak TK mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan anak TK. Dimana kegiatan bercerita memberikan pengalaman untuk berlatih mendengarkan. Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang pengatahuan,nilai,dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalan kehidapan sehari-hari. Metode bercerita
memungkinkan anak mengembangkan kemampuan
kognitif,afektip,maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik,maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya. Pendengar yang kritis mampu mampu menemukan ketidaksesuian antara apa yang didengar dengan apa yang dipahami. Maka ia akan berani menyatakan adanya kesalahan tersebut.
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Uraian di atas menjelaska bahwa melalui metode bercerita, guru dapat memberikan penanaman nilai-nilai moral kepada anak, tetapi hasil data penilaian menunjukan bahwa 63,17% anak tidak menyimak sehingga tujuan yang diharapkan tidak tercapai, dengan demikian keterampilan menyimak anak kurang optimal melalui metode bercerita. Karena dalam proses menyimak ita harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian.Menurut Djago Tarigan (Dadan, 2008:22-23) menyebutkan bahwa: Kemampuan memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan.Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat memusatkan perhatiannya kepada bahan simakan dalam 15 menit bagian pertama.Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu menyusut menjadi sretengahnya.Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatian Penerapan metode bercerita ini memerlukan teknik bercerita dan teknik menyimak yang dapat menarik perhatian sehingga anak dapat memusatkan perhatian pada saat guru bercerita, supaya anak tidak bosan serta tujuan yang diharapkan tercapai. Gambar merupakan media untuk menarik perhatian anak . Dengan demikian metode bercerita dengan gambar yaitu metode
bercerita yang
disampaikan pada anak menggunakan ilustrasi gambar dimaksudkan untuk memperjelas pesan atau kata yang ingin disampaikan juga untuk mengikat perhatian anak. Teknik menyimak yang digunakan yaitu teknik simak-terka yaitu anak menerka cerita yang disampaikan guru. Dengan teknik menyimak
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
tersebut maka anak juga ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan cerita, sehingga terjadi kerjasama antara guru dan anak dalam menyelesaikan cerita. Dengan demikian, dalam pnelitian ini penulis mengambil judul “Penerapan Metode Bercerita dengan gambar untuk meningkatkan kemampuan menyimak” , . B. Rumusan dan Batasan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini pada pembahasan”Bagaimana penerapan metode bercerita dengan gambar dalam meningkatkan kemampuan menyimak?” permasalahan tersebut diuraikan kedalam bentuk rincian pertanyan penelitian sebagai berikut: 1.Bagaimanakah kemampuan menyimak anak TK PGRI Dewi Sartika sebelum diterapkan metode bercerita dengan gambar ? 2.Bagaimanakah
penerapan
metode
bercerita
dengan
gambar
untuk
meningkatkan kemampuan menyimak anak TK PGRI Dewi Sartika? 3.Bagaimanakah peningkatan kemampuan menyimak anak TK PGRI Dewi Sartika setelah diterapkan metode bercerita dengan gambar ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan menyimak anak TK PGRI Dewi Sartika sebelum diterapkan metode bercerita dengan gambar. 2.Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode bercerita dengan gambar untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak TK PGRI Dewi Sartika.
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
3.Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan menyimak anak TK PGRI Dewi Sartika setelah diterapkan metode bercerita dengan gambar.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru a)
Dapat dijadikan alternatif tindakan dalam kegiatan bahasa bagi anak agar
pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih optimal. b) Memperluas wawsan dan pengalaman guru yang dapat memberikan kontribusi tentang cara memberikan pembelajaran kepada siswa dengan menggunakan strategi baru yang menunjang kepada tujuan pembelajaran dan sesuai dengan kemampuan guru serta kondisi kelas. 2. Bagi sekolah Meningkatkan kualitas pendidikan sehingga melahirkan anak didik yang berpotensi. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan tentang metode bercerita dengan gambar dalam rangka meningkatkan kemampun menyimak anak. E. Definisi Operasional
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
1. Metode bercerita menurut Gordon&Browne (Moeslichatoen, 2004:26) mengemukakan bahwa „cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya‟. 2. Metode bercerita dengan gambar adalah kegiatan bercerita dimana penyampaian pesan yang ingin disampaikan guru kepada anak melalui gambar ilustrasi serta gambar tersebut merupakan media selain untuk pengantar pesan juga untuk menarik perhatian anak. 3. Menyimak menurut Djago Tarigan (Dadan, 2008:12) adalah „suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya‟. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, dan pengertian. Dimana kemampuan menyimak bagi anak TK dalam bidang kemampuan bahasa adalah kemampuan mengingat dalam menerima bahasa (bercerita), dimana kemampuan anak tersebut dites melalui tanya jawab yang diberikan guru kepada anak berupa pertanyaan yang meliputi menjawab pertanyaan, mengulang kalimat, dapat melanjutkan sebagian cerita yang telah diperdengarkan guru, dapat menyebut huruf awal dan menyebutkan kata dari huruf awal yang sama.
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
Terrina Amelya R, 2012 Penerapan Metode Bercerita Dengan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu