BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang telah digunakan oleh pendidik selama lebih dari 50 tahun. Pembelajaran berbasis masalah ini paling sering dikonseptualisasikan sebagai suatu strategi yang menggunakan stimulus masalah bagi siswa untuk mengembangkan dan memperoleh pengetahuan. Menurut Alexander et al (2002) PBL dikembangkan oleh Harold Barrow di Mc Master University Medical School dalam menanggapi ketidakpuasan mahasiswa dengan format pembelajaran kuliah dan lulusan yang tidak dapat menerapkan konten yang dipelajari di kelas ke dalam praktek klinik. Pembelajaran berbasis masalah relevan dengan profesi kesehatan karena mempromosikan berpikir reflektif dan kritis serta menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek (Rogal & Snider, 2008). Dalam penelitian kualitatif pada 11 perawat didapatkan pernyataan bahwa responden dengan PBL dapat menerapkan pembelajaran dan sumber dari pendidikan di kelas dalam praktiknya, dan responden mengidentifikasi lebih percaya diri untuk menjadi lebih asertif dan dan menantang dalam praktik (Smith & Coleman, 2008). Metode pembelajaran PBL juga dilaporkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa (Rideout et al, 2002; Tiwari et al, 2006; Yuan et al, 2008).
1 Universita Sumatera Utara
2
Metode konvensional adalah sistem pembelajaran yang bersifat satu arah, yaitu pemberian materi oleh dosen. Sistem pembelajaran tersebut dikenal dengan model teacher centered learning (TCL), dimana dosen lebih banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing). Pola pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran rendah, karena mahasiswa hanya mendengarkan kuliah sehingga kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung tidak kreatif. Hal tersebut setidaknya tampak pada 2 hal. Pertama, dosen sering hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran, Kedua, pada saat-saat mendekati ujian, di mana aktivitas mahasiswa berburu catatan maupun literatur kuliah, serta aktivitas belajar mereka mengalami kenaikan yang sangat signifikan, namun turun kembali secara signifikan pula setelah ujian selesai. Implikasi lain dari sistem pembelajaran TCL adalah dosen kurang mengembangkan bahan kuliah dan cenderung seadanya (monoton) (Hadi, 2007). Menurut hasil penelitian yang membandingkan lulusan pendidikan sarjana muda keperawatan dengan pendidikan kurikulum PBL dan kurikulum konvensional, ada kecenderungan fungsi yang lebih tinggi pada mahasiswa dengan PBL pada komunikasi dan self directed learning, terdapat perbedaan signifikan dalam pengetahuan keperawatan, dan kepuasan mahasiswa dalam proses pembelajaran (Rideout et al, 2002). Dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang pemberdayaan mahasiswa keperawatan pada program PBL dan konvensional, didapat perbedaan signifikan dimana mahasiswa lebih baik dalam pemberdayaan psikologis mahasiswa PBL, lebih
Universita Sumatera Utara
3
terpapar dengan pembelajaran kelompok kecil, dan lebi baik kemampuan pemecahan masalah klinis (Siu et al, 2005). Dalam penelitian yang bertujuan untuk membandingkan PBL dengan pembelajaran ceramah dalam perkembangan berpikir kritis mahasiswa didapatkan perbedaan signifikan dimana mahasiswa dengan PBL lebih baik dalam kemampuan berpikir kritis. Dalam analisa kualitatif didapatkan mahasiswa dengan PBL melaporkan kepuasan dalam mengikuti proses pembelajaran (Tiwari et al, 2006). Penelitian
tentang
perbandingan
antara
PBL
dan
pembelajaran
konvensional dalam pendidikan etik keperawatan, dalam survei kepuasan proses pembelajaran terdapat perbedaan signifikan dimana kelompok PBL lebih baik dalam hal kepuasan untuk pembelajaran motivasi diri dan berpikir kritis, dan stimulasi intelektual (Lin, et al, 2010). Clarke et all dalam Rideout (2001) menggunakan Medical School Learning Environment Survey dan didapatkan bahwa keseluruhan skor rata-rata peserta didik dalam program PBL lebih tinggi daripada skor rerata peserta didik dalam program konvensional, skor tersebut menunjukkan adanya lingkungan pendidikan yang secara persisten lebih dipilih oleh peserta didik. Kepuasan mahasiswa merupakan pertimbangan penting sebagai indikator mutu institusi pendidikan tinggi. Kepuasan mahasiswa telah terbukti memiliki dampak pada reputasi institusi dan loyalitas mahasiswa beserta lulusan terhadap institusi, maka memenuhi kebutuhan mahasiswa dan memastikan bahwa mahasiswa puas dengan pengalaman belajar mereka merupakan prioritas penting. Dalam pengembangan indikator kepuasan akademis mahasiswa didapat 4 domain
Universita Sumatera Utara
4
kepuasan mahasiswa terhadap : 1) Pembelajaran klinis, 2) Pembelajaran di kelas, 3) Program pembelajaran, 4) Dukungan dan sumber daya dalam pelaksanaan program. Dan pembelajaran di kelas adalah merupakan prediktor indipenden dari kepuasan mahasiswa (Dennison & El-Masri, 2012). Dimensi mutu proses belajar mengajar yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh mutu proses belajar mengajar terhadap kepuasan siswa adalah : 1) Strategi belajar dengan indikator kejelasan tujuan belajar, penyampaian materi yang dipelajari, kegiatankegiatan belajar serta penilaian hasil belajar yang dilakukan, 2) Metode belajar dengan indikator variasi metode belajar dan ketepatan metode belajar dengan materi pelajaran yang akan disampaikan (Sopiatin, 2010). Zaini (2003) mengukur kepuasan mahasiswa dalam lingkungan pembelajaran dengan menggunakan Dundee Ready Educational Environment Survey (DREEM) dengan 5 sub skala indikator yaitu persepsi tentang proses pembelajaran, persepsi tentang pendidik, persepsi diri tentang akademik, persepsi tentang suasana belajar, dan persepsi tentang lingkungan sosial. Pada 1998, Bachelor of nursing di La Trobe University, Victoria, Australia, memutuskan untuk menerapkan kurikulum pembelajaran berbasis masalah (PBL). Keputusan ini didasarkan pada keyakinan bahwa perawat masa depan akan perlu untuk terus belajar sepanjang hayat, dengan berdasarkan pada pengetahuan yang fleksibel dan mampu beradaptasi. Dari perspektif pendidikan keperawatan bahwa lulusan harus dipersiapkan untuk memiliki ketrampilan mengasimilasi dan mengintegrasikan ke dalam praktek keperawatan (Duke et al, 1998).
Universita Sumatera Utara
5
Di Indonesia telah banyak Fakultas Kedokteran maupun Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah menerapkan PBL. Hal ini berkaitan dengan kurikulum di perguruan tinggi saat ini telah diubah yaitu dari kurikulum berbasis pada isi (content) menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) berdasarkan SK Mendiknas No 323/U/2002. PBL merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam KBK untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa keperawatan. Fakultas Kedokteran UI menerapkan PBL pada tahun 2005. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM juga telah menerapkan strategi pembelajaran PBL secara penuh sejak tahun 2003. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro juga telah menerapkan PBL sebagai metode pembelajaran (Wahyuningsih, 2011). Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara juga sudah menerapkan program PBL dalam kegiatan belajar mengajarnya. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Rumah Sakit Haji Medan dan STIKes Flora saat ini mulai menjalankan KBK, dimana salah satu metode pembelajarannya adalah dengan PBL melalui tutorial. Namun penerapan PBL yang membutuhkan fasilitas dan sumber daya dengan biaya yang besar, mengakibatkan tidak semua institusi dapat menerapkannya. Butuh persiapan dan perhitungan yang matang, sehingga kendala dapat diatasi dengan baik. Hal itulah yang menjadi alasan STIKes Flora belum menerapkan PBL dalam proses pembelajarannya.
Universita Sumatera Utara
6
1.2. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kepuasan mahasiswa dengan metode pembelajaran PBL? 2. Bagaimana
kepuasan
mahasiswa
dengan
metode
pembelajaran
konvensional? 3. Bagaimana
perbandingan
kepuasan
mahasiswa
dengan
metode
pembelajaran PBL dan konvensional?
1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kepuasan mahasiswa dengan metode pembelajaran PBL. 2. Untuk mengetahui kepuasan mahasiswa dengan metode pembelajaran konvesional. 3. Untuk mengetahui perbandingan kepuasan mahasiswa dengan metode pembelajaran PBL dan konvensional.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Tempat Penelitian Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
pertimbangan
untuk
meningkatkan metode pembelajaran yang telah ada untuk menghasilkan lulusan yang mandiri, bertanggung jawab, berpikir kritis, sesuai dengan kompetensinya.
Universita Sumatera Utara
7
1.4.2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan memberi pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang penelitian pendidikan keperawatan khususnya tentang kepuasan pembelajaran mahasiswa dengan metode pembelajaran PBL dan konvensional. 1.4.3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengembangan metode pembelajaran pada pendidikan keperawatan yang menekankan pada kompetensi dan kepuasan mahasiswa.
1.5. Hipotesis Penelitian Ada perbedaan kepuasan mahasiswa dengan metode pembelajaran PBL dan konvensional.
Universita Sumatera Utara