1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan para pemilik atau pemegang saham dalam peningkatan nilai perusahaan di era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini adalah dengan melakukan pengungkapan informasi mengenai perusahaan melalui internet. Internet (Inter-Network) melalui sistem world wide web (www) saat ini telah menjadi bagian hidup sehari-hari dari aktivitas manusia. Organisasi bisnis telah banyak memanfaatkan sistem www ini untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Bisnis e-commerce telah banyak bermunculan dan terjadi transformasi transaksi dari manual menjadi transaksi elektronik di dunia maya. Internet mempunyai beberapa karakteristik dan keunggulan seperti mudah menyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas (borderless-ness), tepat waktu (real-time), berbiaya rendah (low-cost), dan mempunyai interaksi yang tinggi (high interaction) (Ashbaugh et al., 1999 dalam Lai et al., 2009). Internet mengintegrasikan teks, gambar, gambar bergerak, dan suara-suara (Debreceny et al., 2002 dalam Lai et al., 2009). Karakteristik yang lengkap tersebut membuat internet dapat dengan mudah diterima dan menjadi sangat populer di masyarakat. Dengan menggunakan keunggulan diatas, perusahaan dapat menjangkau lebih banyak investor potensial melalui kemudahan informasi yang sangat cepat dalam berbagai format yang berguna untuk jutaan orang yang menggunakan internet setiap hari. Sehingga perkembangan pesat media internet menciptakan cara baru
2
bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan investor. Pada lingkungan pasar modal laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan keuangan dan atau pelaku pasar serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung pengambilan keputusan. Keunggulan internet dibandingkan dengan media lain menyebabkan pertumbuhan jumlah pengguna internet terus meningkat tajam. Menurut Internet World Stats, dalam satu dasawarsa terakhir jumlah pengguna internet (netter) di dunia meningkat drastis. Dari 0.4% pengguna dari populasi penduduk dunia di tahun 1995, naik menjadi lebih dari 300 juta pengguna pada 2000. Pada tahun 2014 sampai saat ini jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 3 Milyar atau 42,3% dari populasi penduduk dunia. Di Indonesia sendiri, pengguna internet tahun 2014 sampai saat ini mencapai lebih dari 71 juta penduduk atau 28,1% dari populasi.
Regional Afrika Asia Eropa Timur Tengah Amerika Utara Amerika Latin Australia Jumlah
Tabel 1 Statistik Pengguna Internet Dunia Pengguna Internet Populasi tahun tahun 2000 2014 (Est.) 4.514.400 1.125.721.038 114.304.000 3.996.408.007 105.096.093 825.824.883 3.284.800 231.588.580 108.096.800 353.860.227 18.068.919 612.279.181 7.620.480 36.724.649 360.985.492 7.182.406.565
Pengguna Internet tahun 2014 297.885.898 1.386.188.112 582.441.059 111.809.510 310.322.257 320.312.562. 26.789.941 3.035.749.340
Sumber :www.internetworldstats.com 2014
Saat ini banyak perusahaan menggunakan website perusahaan untuk mengungkapkan informasi keuangan dan bisnis mereka. Meskipun banyak
3
perusahaan yang sudah menggunkan website sebagai sarana komunikasi, tetapi tidak berarti bahwa keberadaan website perusahaan ini memiliki kuantitas dan kualitas yang terstandarisasi antar perusahaan. Pengembangan pelaporan keuangan berbasis internet dewasa ini dianggap sebagai pengembangan praktik akuntansi pengungkapan yang ada meskipun pengembangan praktik ini tidak didasari dengan standarisasi pengungkapan informasi keuangan dengan media internet. Peningkatan teknologi komputer dan internet secara signifikan telah berdampak pada praktik akuntansi dan komunikasi laporan akuntansi di dunia. Dengan fenomena tersebut, perusahaan mulai melaporkan informasi yang berkaitan dengan bisnis mereka di halaman web perusahaan, pengguna memiliki akses mudah ke informasi keuangan dan dapat mencari informasi, download, dan bahkan membandingkan dan menganalisa data dengan biaya rendah dan tepat waktu. Disisi lain, perusahaan memiliki peluang lebih besar untuk memperbaharui informasi mereka secara kontinyu dengan biaya rendah. Internet dipandang sebagai salah satu media yang memiliki hubungan erat dengan transparansi. Internet merupakan salah satu alternatif media pelaporan yang penting, sehingga informasi tentang kinerja perusahaan dapat dijangkau oleh seluruh investor secara global, selain melalui cara-cara tradisional, oleh berbagai pihak seperti kreditor, pemegang saham, dan analis (Ashbaugh et al., 1999 dalam Lai et al., 2009). Internet juga menawarkan cara baru dalam pelaporan keuangan media penyampaian informasi keuangan ini kemudian dikenal dengan istilah Internet Financial Reporting atau biasa disingkat IFR.
4
Pada bulan Agustus 2000, SEC (Securities and Exchange Commission) membuat pernyataan bahwa semua perusahaan go public direkomendasikan untuk membuat dan memberikan semua informasi legal yang dimandatkan tentang kinerja perusahaan untuk diberikan kepada semua pihak yang berkepentingan di waktu yang sama. Dengan kata lain, kreditor, pemegang saham, analis dan investor harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses informasi di internet. Pernyataan SEC ini mendorong lebih banyak perusahaan untuk menggunakan IFR untuk menghindari diskriminasi informasi. Namun, perusahaan telah diberi kebebasan dalam menentukan bagaimana dan apa yang harus diungkap (Lai et al., 2009). Selain itu Bapepam-LK (kini OJK) mengeluarkan kewajiban pelaporan keuangan di website perusahaan melalui Keputusan KEP431/BL/2012 di akhir tahun 2012. Penyebaran informasi keuangan melalui internet dapat menarik perhatian investor dan memberikan image yang baik bagi perusahaan. Perusahaan akan mendapatkan tambahan modal dari investor yang akan meningkatkan kinerja perusahaan (Ettredge et al., 2002). Artinya dengan media internet perusahaan diharapkan mampu memanfaatkan teknologi ini untuk lebih membuka diri dengan menginformasikan laporan keuangannya. Hal inilah yang mendorong perusahaan untuk melakukan IFR. Pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan (Internet Financial Reporting - IFR) merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang telah dipraktekkan oleh berbagai perusahaan. Perusahaan publik yang ada di Indonesia telah memiliki website, tetapi tidak semua perusahaan tersebut
5
menyajikan informasi keuangan pada situsnya. Dalam mempublikasikan informasi keuangannya, perusahaan publik di Indonesia masih sedikit yang memanfaatkan internet (Almilia 2009). Di Indonesia Bapepam mengeluarkan peraturan melalui Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-431/BL/2012 pada Pasal 3, tanggal 1 Agustus 2012 yang mewajibkan penyampaian laporan tahunan Emiten atau Perusahaan Publik di laman (website) perusahaan yang berisi: “Emiten atau Perusahaan Publik yang telah memiliki laman (website) sebelum berlakunya Peraturan ini, wajib memuat laporan tahunan pada laman (website) tersebut. Bagi Emitan atau Perusahaan Publik yang belum memiliki laman (website), maka dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sehak berlakunya Peraturan ini, Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud wajib memiliki laman (website) yang memuat laporan tahunan” (Sumber : www.ptba.co.id). Dengan adanya peraturan tersebut Bapepam berharap dapat mendorong upaya-upaya perusahaan untuk secepatnya mengumumkan kepada pengguna maupun masyarakat mengenai informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan yang mungkin dapat mempengaruhi suatu efek pada perusahaan maupun pengguna. Beberapa tahun ini, IFR muncul dan berkembang sebagai media paling cepat untuk menginformasikan hal-hal yang terkait dengan perusahaan. Perusahaan mempunyai beberapa alasan atau motif dalam mengadopsi IFR. Memperluas jangkauan penyampaian informasi, memberikan informasi yang terkini, efisiensi serta efektifitas merupakan beberapa alasan mengapa perusahaan mengadopsi IFR (The Steering Committee of Business Reporting Research Project, FASB 2000).
6
Ashbaugh et al., (1999) dalam Lai et al., (2009) menyatakan bahwa IFR dipandang sebagai alat komunikasi yang efektif kepada pelanggan, investor dan pemegang saham. IFR merupakan respon dari perusahaan untuk menjalin komunikasi dengan stakeholder, khususnya investor, dengan lebih baik dan lebih cepat. Jones (2002) dalam Abdelsalam et al., (2007) berpendapat bahwa “responsiveness” merupakan salah satu hal yang penting untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan mempengaruhi kepercayaan investor pada pasar modal. Pengungkapan informasi pada website juga merupakan sebagai suatu upaya dari perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak luar. Pengungkapan informasi pada website tersebut merupakan suatu sinyal dari perusahaan pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Work et al., 2000 dalam Thamrin dan Harahap 2013). Dalam menjalankan kegiatan operasional, perusahaan membutuhkan dana baik dari kreditur dan investor. Pasar modal merupakan media yang dapat mempertemukan pihak yang akan memberikan dana, baik investor (cost of equity) maupun kreditur (cost of debt). Cost of Equity Capital (COE) berkaitan dengan resiko investasi atas saham perusahaan. Utami (2005) dalam Thamrin dan Harahap (2013) menjelaskan bahwa Cost of Equity Capital (COE) adalah besarnya rate yang digunakan investor untuk mendiskontokan dividen yang diharapkan diterima di masa yang akan datang. Cost of Equity Capital (COE) dapat dipengaruhi oleh asimetri informasi yang ada di dalam website perusahaan.
7
Asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana pihak lain memiliki informasi yang tidak diketahui oleh pihak lainnya. Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan yang menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja perusahaan secara sempurna. Dalam keadaan asimetri informasi tinggi, pemegang saham tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui apakah laporan keuangan telah dimodifikasi atau tidak (Aisyah dan Kusumaningtyas, 2012). Pengaruh tingkat pengungkapan (disclosure) mengenai perusahaan terhadap biaya ekuitas sebelumnya telah banyak diteliti, diantaranya oleh Financial Reporting of the American Institute of Certified Public Accountants (Jenkin Committee) sebagaimana dikutip oleh Botosan (1997) yang menyatakan bahwa keuntungan pentingnya disclosure adalah biaya yang rendah untuk equity capital. Demikian pula hasil penelitian yang disimpulkan oleh Botosan, yaitu mendukung adanya hubungan negatif antara tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas perusahaan. Meskipun memang pengaruh tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas perusahaan dirasa kurang signifikan pada perusahaan yang menjadi pusat perhatian sejumlah besar analis keuangan. Manajemen perusahaan tetap berusaha memberikan informasi yang relevan, tepat waktu dan bernilai bagi pihak investor. Karena laporan keuangan yang tidak memberikan tingkat disclosure yang memadai akan dipandang sebagai laporan keuangan yang berisiko. Apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkan, maka nilai return yang diharapkan investor juga tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya biaya
8
ekuitas (cost of equity capital) (Aisyah dan Kusumaningtyas, 2012). Untuk menghindari hal tersebut, maka manajemen perusahaan tetap mengungkapkan informasi-informasi, baik yang bersifat wajib maupun sukarela bagi investor. Semakin tinggi tingkat pengungkapan informasi dalam kuantitas atau transparansi, maka semakin besar dampak dari pengungkapan pada keputusan investor (Thamrin dan Harahap 2013), pada akhirnya dapat mengurangi cost of equity capital. Manfaat besar bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi sebanyak mungkin dapat membantu investor untuk mampu membedakan mana perusahaan yang berkinerja baik dan mana perusahaan yang berkinerja kurang baik. Terlebih lagi Internet Financial Reporting (IFR) telah membuka sebuah domain penelitian baru pada bidang akuntansi dan keuangan, tetapi masih sedikit yang meneliti bagaimana IFR mempengaruhi biaya ekuitas perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling sering muncul sebagai faktor yang mempengaruhi Internet Corporate Disclosure khususnya Internet Financial Reporting. Almilia (2009) menganalisa kualitas isi financial sustainability reporting pada perusahaan go public dan berkesimpulan bahwa perusahaan di Indonesia belum secara optimal memanfaatkan website untuk mengungkapkan informasi. Ashbaugh et al., (1999) dalam Lai et al., (2009) menemukan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh terhadap praktek IFR dan IFR merupakan alat yang efektif untuk menjalin komunikasi dengan konsumen dan stakeholder. Penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2009) dimana ukuran perusahaan adalah
9
faktor yang paling berpengaruh terhadap praktik penerapan IFR. Kemudian leverage, profitabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional, dan sektor industri muncul sebagai faktor lain yang mempengaruhi praktik IFR. Nurhayati (2012) mengevaluasi laporan keuangan berbasis internet pada website perusahaan BUMN dan menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara IFR dengan popularitas website, sedangkan terdapat hubungan antara ukuran perusahaan dengan popularitas website. Lai et al., (2009) menemukan bahwa perusahaan yang menerapkan IFR dan perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi yang tinggi cenderung mempunyai abnormal return yang lebih besar dan harga saham yang bergerak lebih cepat. Mendes dan Alves (2004) mencoba menghubungkan antara IFR dengan nilai perusahaan. Mendes dan Alves menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengungkapan informasi keuangan melalui website perusahaan dengan nilai perusahaan. Penelitian Mendes dan Alves (2004) memperlihatkan bahwa dengan semakin banyak perusahaan melakukan pengungkapan informasi melalui website, maka semakin tinggi nilai perusahaan yang akan diperoleh. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Juniarti, Yunita (2003) dan Aisyah, Kusumaningtias (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif antara tingkat pengungkapan IFR dengan Cost of Equity Capital (COE). Sedang penelitian Thamrin dan Harahap (2013) menemukan bahwa ketika praktek IFR dinilai secara keseluruhan meliputi komponen konten, ketepatan waktu dan presentasi, tidak terlihat pengaruh IFR yang signifikan terhadap Cof of Equity Capital (COE). Sehubungan dengan uraian penelitian di atas yang masih memiliki
10
hasil tidak konsisten terhadap pengaruh antara IFR dengan COE, maka peneliti akan mengembangkan model penelitian dengan menambahkan periode tahun penelitian. Mengacu pada saran penelian Thamrin dan Harahap (2013) yang menyatakan bahwa diperlukan penambahan periode tahun untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap dan guna melihat bagaimana dampak praktek IFR terhadap COE setelah Bapepam-LK (kini OJK) KEP-431/BL/2012 berlaku efektif. Diharapkan pengungkapan Internet Financial Reporting (IFR) yang dilakukan oleh perusahaan melalui website dapat mempengaruhi Cost of Equity Capital (COE) perusahaan setelah Bapepam-LK (kini OJK) mengeluarkan kewajiban pelaporan keuangan melalui website perusahaan dan dengan semakin transaparan dan mudahnya askes yang dimiliki oleh para pelaku pasar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul:
“PENGARUH
INTERNET
FINANCIAL
REPORTING
TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dirumuskan permasalahan agar pembahasan penelitian ini lebih jelas dan terarah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah tingkat pengungkapan Internet Financial Reporting (IFR) yang terdiri atas IFR index content, IFR index timeliness, dan
11
IFR index presentation berpengaruh signifikan negatif terhadap Cost of Equity Capital (COE) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris pengaruh Internet Financial Reporting (IFR) yang terdiri atas IFR index content, IFR index timeliness, dan IFR index presentation berpengaruh signifikan negatif terhadap Cost of Equity Capital (COE) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Kontribusi praktis Bagi perusahaan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan IFR dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan komunikasi dengan berbagai pihak, khususnya investor. Bagi peneliti selanjutnya sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik ini. 2. Kontribusi Teoritis Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi, terutama berkaitan dengan Internet Financial Reporting (IFR) dalam hubungannya dengan Cost of Equity Capital (COE). 3. Kontribusi Kebijakan Bagi pengawas pasar modal dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk mempertimbangkan pembuatan peraturan yang mengatur
12
mengenai standarisasi pengungkapan informasi keuangan maupun non keuangan melalui website perusahaan.
1.5 Ruang Lingkup Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini dirancang sebagai salah satu penelitian empiris mengenai pengaruh Internet Financial Reporting (IFR) yang diukur dengan IFR index content, IFR index timeliness, dan IFR index presentation terhadap Cost of Equity Capital (COE). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari Indonesia Stock Exchange (IDX) Fact 20102011, website perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2011, serta Indonesia Capital Market Directory (ICMD).