BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan konvensional. Salah satu perbedaan utamanya terletak pada penentuan return yang akan diperoleh para depositomya. Bank syariah tidak hanya bersifat profit-oriented, tetapi juga mengemban misi-misi sosial. Selain itu, dalam menilai kelayakan pembiayaan bank konvensional hanya didasarkan pada bussines wise, sedangkan pada bank syariah juga harus mempertimbangkan .syariah wise, artinya bisnis tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan acceptable dari segi syariahnya.
Tantangan utama bank syariah saat ini diantaranya adalah bagaimana mewujudkan kepercayaan dari para stakeholder. Sudah menjadi rahasia umum bahwa, hanya bank-bank yang sanggup membangkitkan kepercayaan stakeholder mereka saja yang akan bisa tumbuh, berkembang dan mengukir sejarah baru. Bank tersebut akan mampu memobilisasi simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan,
menanamkan
investasi,
sekaligus
memperluas
kesempatan kerja, membantu pemerintah membiayai defisit anggaran untuk pembangunan, dan mengakselerasi pembangunan ekonomi dengan baik. Hal ini terjadi karena semua institusi keuangan harus merespon realitas bahwa penyedia dana (shareholder dan deposan) serta stakeholder yang lain memiliki harapan,
1
2
dan mereka tidak akan menanamkan dana atau berkontribusi dengan baik apabila ekspektasi mereka tidak diproyeksikan terpenuhi. Ekspektasi stakeholder terhadap bank syariah tentu berbeda dengan bank konvensional. Hal ini didasari oleh kesadaran bahwasannya bank syariah dikembangkan sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha sejalan dengan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam. Tujuan ekonomi Islam sendiri dalam hal ini tidak hanya terfokus pada tujuan komersil yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat, yang merupakan implementasi peran bank syariah selaku pelaksana fungsi sosial. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabell. Perbedaan Konsep antara Bank Syariah dan Bank Konvensional No. 1. 2.
Bank Syariah Berinvestasi pada usaha yang halal Atas dasar bagi hasil keuntungan, margin dan fee 3. Besamya bagi hasil berubah-ubah tergantung hasil usaha 4. Profit dan falah (kemenangan dunia akhirat) oriented 5. Pola hubungan kemitraan 6. Ada Dewan Pengawas Syariah .. Sumber : Bank Syar1ah Mandm
Bank Konvensional Bebas nilai Sistem Bunga Besarannya tetap Profit oriented Hubungan kreditur - debitur Tidak ada lembaga sejenis
Perbedaan yang dominan pada bank syariah dan bank konvensional adalah pada sistem bunga yang digunakan. Bank konvensional dan sistem bagi hasil yang diterapkan bank syariah. Karakteristiknya terlihat pada tabel 2.
3
Tabel2. Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga No.
Sistem Bagi Hasil
Sistem Bunga
I.
Penentuan besarnya resiko bagi Penentuan suku bunga dibuat pada hasil dibuat pada waktu akad waktu akad dengan pedoman harus dengan berpedoman pada selalu untung untuk pihak bank kemungkinan untung atau rugi
2.
Besamya rasio (nisbah) bagi hasil Besamya prosentase sesuai dengan berdasarkan atas jumlah modal (uang) yang dipinjamkan oleh keuntungan yang diperoleh bank
3.
Tergantung pada kinerja usaha. Tidak tergantung pada kinerja usaha. J umlah pembagian hasil Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sesuat dengan meningkat meskipun jumlah meningkatnya pendapatan keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.
4.
Tidak ada agama yang meragukan Eksistensi bunga diragukan keabsahan bagi hasil kehalalannya oleh semua agama, termasuk Islam
5.
Jumlah pembayaran bunga tetap sesuat dengan perJanjian tanpa mempertimbangkan proyek yang dijalankan nasabah mengalami keuntungan atau kerugian
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek dijalanlan. Jika proyek tidak mengalami keuntungan, maka kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Sumber : Bank Syariah Mand1ri
Selama 5 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan total aset perbankan syariah mencapai 33% per tahun. Sampai dengan akhir Oktober 2010, total aset perbankan syariah telah mencapai Rp.86 triliun. Secara kelembagaan, saat ini jumlah bank syariah telah mencapai 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah, dan 146 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan jaringan kantor sebanyak 1.625 kantor pada akhir September 2010. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat dilebih
4
dari 89 kabupaten/kota di 33 propinsi (Bank Indonesia, 2011 ). Jurnlah aset perbankan syariah dan pertumbuhannya terlihat pada tabel 3. Tabel3. Nilai dan Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah 2007-2011
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Nilai (Milyar Rp.)
36,538 49,555 66,090 93,519 145,467
Pertumbuhan 36.73% 35.63% 33.37% 41.50% 55.55%
Sumber: Bank Indonesia
Perkembangan yang pesat pada bank syariah di Indonesia ini dianggap karena selama ini bank syariah mampu membidik pasar syariah loyalis, yaitu konsumen yang meyakini bahwa bunga bank itu haram. Di lain pihak, bank syariah sedang mengalami kondisi persaingan yang sangat ketat karena semua pihak yang terlibat dalam perbankan sama-sama bergerak di pasar rasional yang sensitif terhadap bunga. Para depositor sendiri sangat memperhatikan return atau keuntungan yang mereka peroleh ketika menginvestasikan uangnya di bank. Haron dan Azmi (2005) menunjukkan bahwa deposit pricing berfungsi untuk memproteksi dan meningkatkan profit dari bank dibandingkan untuk menambah nasabah baru dan merebut market share dari kompetitomya karena pada kenyataannya ketika dibuka satu jenis deposit plan baru oleh bank, maka para depositor akan membandingkan keuntungan yang akan mereka peroleh. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan yaitu sebagai penghubung antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana
5
(defisit unit), dengan menghimpun dana pihak ketiga dari para nasabah atau
deposan lalu menyalurkannya kepada para debitur (pengusaha dan pihak yang memerlukan dana segar). Dalam kondisi krisis, beberapa perbankan telah tersingkir. Dengan kondisi tersebut, perbankan sangat takut untuk menyalurkan kredit, sehingga proporsi Loan to Deposit Ratio (LDR) atau dalam perbankan syariah disebut sebagai Financing to Deposit Ratio (FDR) menurun cukup drastis. Sesuai fungsi dana pihak ketiga yang vital dengan digunakannya untuk sumber profit dan penutup laba operasional, maka hal ini seharusnya juga mendorong bank syariah sebagai salah satu bentuk lembaga perbankan agar memperbaiki manajemennya untuk terns meningkatkan dana pihak ketiga. Hal ini dikarenakan perubahan yang sedikit saja pada dana pihak ketiga (DPK) maka akan mempengaruhi kinerja dan performa dari bank (Andriyanti dan Wasilah, 2010). Sampai dengan pertengahan tahun 2010 kinerja penghimpunan dana Perbankan Syariah sempat melambat hingga pertengahan 2010, namun memasuki triwulan III 2010 mulai mengalami perkembangan dengan laju pertumbuhan 39,16%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di 2009 sebesar 35,19%. Tingginya pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh semakin kompetitifnya imbal bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, meskipun secara umum sepanjang tahun 201 0 suku bunga deposito bank konvensional cenderung meningkat namun dengan peningkatan kinerja pembiayaannya, bank syariah dapat memberikan imbal bagi hasil yang tinggi (Bank Indonesia, 2011). Pertumbuhan Dana Pihak
6
Ketiga Perbankan Syariah lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel4 berikut ini
Tabel4 Jumlah dan Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah 2007-2011
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
DPK (Milyar Rp.)
28,012 36,852 52,271 76,036 115,415
Pertumbuhan 35.51% 31.56% 41.84% 45.46% 51.79%
Sumber: Bank Indonesia Menurut hasil analisis Ulfah (2010), kenaikan jumlah dana pihak ketiga disebabkan karena beragamnya produk-produk yang dimiliki perbankan syariah dan pelayanan yang relatif baik. Pertumbuhan jumlah DPK juga menunjukan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di bank-bank syariah. Hal ini juga menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat pada bank syariah. Tahun 1999 memang merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem keuangan, baik global maupun domestik. Krisis finansial yang bermula tahun 1998 telah mengganggu stabilitas sistem keuangan dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini menandakan bahwa perbankan syariah sendiri masih cukup rentan kinerja dan performanya terhadap perbankan konvensional dan variabel-variabel makroekonomi seperti inflasi, jumlah uang beredar, Sertifikat Bank Indonesia, serta investasi lain seperti saham. Hal ini didukung oleh penelitian Haron dan Azmi (2005) yang menggunakan variabel-
7
variabel makro seperti base lending rate, inflasi, indeks komposit, GDP, dan jumlah uang beredar dalam pengaruhnya terhadap dana pihak ketiga. Hasibuan (2006) menyatakan bahwa selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, kinerja perbankan syariah juga dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter dan finansial lainnya. Untuk pelaksanaan fungsi intermediasi sendiri, bank syariah masih baik dengan posisi financing to deposit ratio (FDR) yang tinggi. Sehingga, hal ini turut mempengaruhi penghimpunan
dana pihak ketiga (DPK). Meskipun demikian, seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa tren meningkatnya suku bunga konvensional menyebabkan adanya peningkatan risiko displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional) yang dihadapi oleh bank syariah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah mengalami sedikit kemunduran (Oktaviana, 2007). Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan di Malaysia (Haron dan Ahmad, 2000), tingkat suku bunga konvensional akan mempunyai hubungan negatif terhadap dana deposito bank syariah, sedangkan tingkat bagi hasil akan mempunyai hubungan positif terhadap jumlah dana deposito bank syariah. Dari penjelasan di atas, maka berlaku dasar asumsi bahwa para deposan menyimpan uangnya di dana deposito berjangka bank konvensional dengan motif profit maximization. Jika manajemen bank syariah juga mempunyai asumsi yang sama,
maka mereka akan berusaha untuk memberikan tingkat bagi hasil minimal sama atau bahkan lebih tinggi daripada yang diinfokan oleh bank konvensional.
8
Arundina (2007) menyatakan bahwa penelitian mengenai penghimpunan dana pihak ketiga sendiri sebenarnya masih jarang sehingga perlu adanya penelitian-penelitian selanjutnya untuk lebih mengetahui penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) pada perbankan. Nasution (2003) menyatakan bahwa manajemen kredit Bank Muamalat akan mempengaruhi likuiditas bank itu sendiri dan akhirnya akan mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga. Dalam penelitian Budiati (2007), analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan Bank Muamalat Indonesia juga mengkhususkan pada variabel makro dan bukan variabel perbankan sendiri. Dengan gambaran tersebut, dapat kita lihat bahwa dana bank ini posisinya sangat penting dalam lembaga perbankan dan harus dikelola secara optimal, karena dana bank yang optimal akan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pihak perbankan baik dalam aspek pembiayaannya maupun likuiditasnya. Perubahan yang sedikit saja pada tingkat deposito akan berpotensi mempengaruhi performa bank dan tingkat resikonya. Terkait dengan kemampuan perbankan syariah dalam menghimpun dana pihak ketiga, khususnya dana deposito mudharabah, banyak faktor pendukung dan penghambat. Faktor-faktor tersebut dapat merupakan faktor internal dari perbankan syariah sendiri yang maupun faktor eksternal yang merupakan kondisi makro ekonomi Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengambil judul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Deposito Mudharabah Bank Syariah".
9
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, memfokuskan pada pertanyaan : a. Apakah tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah ? b. Apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah ?
c. Apakah tingkat likuiditas berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah?
d. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah? e. Apakah ukuran berpengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah ?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh bukti empiris bahwa tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional, tingkat bagi hasil deposito mudharabah 1 bulan bank syariah, ukuran bank syariah, tingkat likuiditas bank syariah dan inflasi mempunyai pengaruh atau tidak terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah.
1.4. lVIotivasi Penelitian
Motivasi penelitian ini dilatarbelakangi penclitian Andriyanti dan Wasilah (20 10)
yang
menganalisa
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Jumlah
10
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) Bank Muamalat Indonesia (BMI). Perbedaannya pada penelitian tersebut hanya meneliti pada Bank Muamalat Indonesia saja, sedangkan pada penelitian ini mengambil data keseluruhan Bank Umum Syariah dan Unit-unit Usaha Syariah di Indonesia yang diambil dari data publikasi statistik perbankan syariah di Bank Indonesia.
1.5. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis, praktis dan regulatoris. Kontribusi teoritis pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti secara empiris pada literatur perbankan syariah bahwa terdapat variabel makro maupun mikro yang berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dana pihak ketiga, khususnya deposito mudharabah perbankan syariah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para akademisi untuk melakukan studi lebih lanjut berkenaan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan dana deposito mudharabah perbankan syariah. Kontribusi praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pada manajemen perbankan syariah suatu ukuran yang tepat dalam mengukur pengaruh dan signifikansi pengaruh berbagai aspek yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga atau tingkat deposit pada perbankan syariah sehingga nantinya perbankan syariah mampu menarik nasabah baru ataupun mempertahankan
11
nasabah mereka yang telah ada ataupun sebagai alat untuk pengambilan kebijakan dana pihak ketiga perbankan syariah Kontribusi regulatoris dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pejabat Bank Indonesia untuk mempertimbangkan variabel makro dan mikro yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga pada bank syariah khususnya.