BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 167.669 ton menjadi 26,5 juta ton pada tahun 2012.
26500
30000 25000
19844
ribuan ton
20000 15000 7000
10000 5000
167
721
2412
0
1967
1980
1990
tahun
2000
2010
2012
Gambar 1.1 Produksi CPO Indonesia (Ditjenbun, 2013; AALI, 2013) Saat ini Indonesia menjadi negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan menggeser posisi Malaysia. Pada tahun 2012 Indonesia menyumbang 49,9% dari total produksi CPO dunia, sementara itu konsumsi CPO dalam negeri hanya 7,1 juta ton sisanya diekspor ke berbagai negara seperti India, Cina, dan berbagai negara lainnya. CPO menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan non migas Indonesia sebagai penyumbang pendapatan negara.
1
Tabel 1.1 Produksi CPO Dunia Negara Penghasil Indonesia Malaysia Thailand Colombia Nigeria Lain-lain Total Sumber: AALI, 2013
Tahun 2011 (Juta Ton) 24,1 18,912 1,530 0,941 0,930 4,133 50,546
Tahun 2012 (Juta Ton) 26,5 18,785 1,600 0,973 0,940 4,360 53,158
Pertumbuhan 10% -0,70% 4,60% 3,40% 1,10% 5,50% 5,20%
Peningkatan konsumsi CPO dunia dikarenakan meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dunia yang digunakan sebagai bahan makanan, kosmetik, dan detergen (Wicke dkk, 2008). Selain itu peningkatan konsumsi CPO tidak bisa dijauhkan dari faktor fluktuasi harga minyak di pasar dunia dan semakin berkurangnya cadangan sumber energi tidak terbarukan dunia. Sumber energi menjadi motor penggerak perekonomian setiap negara, oleh karena itu pencarian sumber energi terbarukan menjadi suatu keharusan untuk masa depan yang berkelanjutan. Salah satu sumber energi terbarukan yang menjadi perhatian akhir-akhir ini adalah biodiesel. Saat ini biodiesel dapat diproduksi dari berbagai macam tanaman seperti kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, rapeseed, dll (Yee dkk, 2009). Dari semua tanaman penghasil biodiesel tersebut kelapa sawit memiliki potensi untuk memenuhi permintaan biodiesel dunia yang meningkat, karena memiliki produktivitas terbesar setiap hektarnya jika dibanding tanaman yang lain.
2
Tabel 1.2 Rata-Rata Produktivitas Tanaman Penghasil Minyak Nabati No
Tanaman
1 Kedelai 2 Bunga Matahari 3 Rapeseed 4 Kelapa Sawit Sumber : Basiron, 2007
Rata-Rata Produksi Minyak Nabati (ton/ha pertahun) 0,36 0,42 0,59 3,68
Tantangan dibalik perkembangan pesat tersebut adalah bermunculan masalah dan isu negatif pada produksi kelapa sawit antara lain konflik lahan yang terjadi antara perusahaan kelapa sawit dengan masyarakat, kerusakan biodiversity dan isu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan pembakaran hutan untuk pembukaan lahan perkebunan yang dilakukan oleh pihak tidak bertanggungjawab menjadi obyek serangan negara maju dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dengan dalih sebagai penyebab peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK). Disamping permasalahan dan isu negatif tersebut negaranegara maju juga menetapkan standar pengurangan GRK sumberdaya energi terbarukan dibandingkan dengan bahan bakar fosil untuk bisa memasarkannya ke negera mereka. Uni Eropa menetapkan tahun 2017 sumberdaya energi terbarukan harus bisa mengurangi gas rumah kaca sebesar 35% (The European Parliament and of The Council, 2009) dan Amerika Serikat menetapkan sebesar 20% (EPA, 2011). Dalam rangka meningkatkan daya saing minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia dan komitmen terhadap produksi kelapa sawit yang berkelanjutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta memberi perhatian serius terhadap masalah lingkungan, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan menteri
3
adanya penerapan ‘Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia’ atau ‘Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)’. Dalam persyaratan ISPO perusahaan harus melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Salah satu titik poinnya adalah melakukan mitigasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang mewajibkan pengelola usaha harus mengidentifikasi sumber emisi GRK (Permentan No 19 Tahun 2011). Permasalahan dan isu kerusakan lingkungan yang menghadang industri kelapa sawit dan peraturan pemerintah terhadap kelapa sawit yang berkelanjutan, maka diperlukan suatu metode pendekatan sistematik untuk menganalisis. Ada beberapa metode yang digunakan dalam menganalisis dampak lingkungan antara lain Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD), carbon footprint, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Life Cycle Assessment (LCA) dan sebagainya. Keempat metode tersebut memiliki perbedaan tujuan dan metode perhitungan masing-masing. REDD bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi kepada negara berkembang untuk melindungi hutannya. Carbon footprint bertujuan untuk menghitung emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada suatu kegiatan. AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan (Permen LH No 16 Tahun 2012). LCA bertujuan untuk mengidentifikasi dampak lingkungan, sumber polusi dan emisi gas rumah kaca yang kemudian bisa mengetahui potensi dampak pada pemanasan global, perubahan iklim, eutrophication, acidification, dan
4
kesehatan manusia (Pleanjai dkk, 2007). Untuk memvalidasi keunggulan dan dampak terhadap lingkungan dari kelapa sawit diperlukan pendekatan dari proses upstream dan downstream atau analisis dari ‘lahir sampai mati’. Metode yang umum digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA), dengan analisis dan evaluasi menyeluruh dari dampak lingkungan diberbagai bagian rantai pasokan dalam siklus hidupnya (Schmidt, 2007 ; Muhammad dkk, 2010; Roy dkk, 2009; Nazir dan Setyaningsih, 2010; Soimakallio dan Koponen, 2011; Gnansounoua dkk, 2009). Emisi gas rumah kaca dan energi yang dibutuhkan dalam produksi CPO akan dihitung secara sistematik dan dilakukan pada setiap tahapan mulai dari pembibitan,
perawatan,
pemanenan,
transportasi
dan
pengolahan
CPO
(Subramanian dkk, 2010; Stichnothe dan Schuchardt, 2011; Pleanjai dkk, 2007). LCA kini umum digunakan sebagai alat untuk pengukuran keberlanjutan lingkungan (Van Zutphen dan Wijbrans, 2010). Berikut adalah penelitian LCA pada kelapa sawit di beberapa negara. Tabel 1.3 Penelitian LCA Kelapa Sawit di Beberapa Negara Penulis Novizar Nazir dan Dwi Setyaningsih
Lokasi Sumatera Barat dan Lampung (Indonesia)
Yuen May Choo dkk.
Malaysia
Rosélis Ester da Costa dan Electo Eduardo Silva Lora
Brasil dan Columbia
Pleanjai S. dkk.
Thailand
Hisyam
Kalimantan Selatan (Indonesia)
Ruang Lingkup Perkebunan, Pabrik CPO, Pabrik Biodiesel Pembibitan, Perkebunan, Pabrik CPO, Pabrik Biodiesel Pembibitan, Perkebunan, Transportasi, Pabrik CPO, Pabrik Biodiesel Perkebunan, Pabrik CPO, Pabrik Biodiesel Pembibitan, Perkebunan, Transportasi TBS, Pabrik CPO.
5
Metode Menghitung emisi Menghitung emisi
Menghitung energi Menghitung emisi Menghitung energi dan emisi
Penelitian LCA pada kelapa sawit sudah dilakukan di negara-negara yang menjadi penghasil CPO seperti Malaysia, Brasil, Thailand, dan Indonesia. Selain penelitian diatas ada beberapa penelitian LCA pada kelapa sawit yaitu di Columbia (Gómez, 2009) dan Malaysia (Schmidt, 2007 ; Yee dkk, 2009, Muhammad dkk, 2010, Subramanian dkk, 2010; Van Zutphen dan Wijbrans , 2010; Hashim dkk, 2010; Wei dkk, 2010; Tan dkk, 2010). Setiap penelitian LCA memiliki perbedaan data, analisis, dan interpretasi hasil. Hal itu terjadi karena terdapat perbedaan geografi, iklim, pola kerja, dan infrastruktur (Chiaramonti dan Recchia, 2010). Penelitian ini merupakan upaya melihat keunggulan dan dampak terhadap lingkungan perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan CPO pada salah satu perkebunan milik negara. Dengan demikian, permasalahan penggunaan sumber daya, energi, dan dampaknya terhadap lingkungan pada perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan CPO dapat dikaji secara mendalam dan berkelanjutan.
1.2. Perumusan Masalah Pada produksi CPO dibagi dalam beberapa tahapan yaitu pembibitan, perkebunan, transportasi, dan pengolahan. Pada setiap tahapan tersebut membutuhkan energi untuk melakukan proses yaitu dalam bentuk tenaga kerja manusia, tenaga listrik, bahan bakar, pupuk, dll. Disamping membutuhkan energi tersebut pada setiap tahapan menghasilkan bahan sisa yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
6
Pengelolaan energi yang efisien dapat meningkatkan daya saing suatu industri karena menurunkan atau menghemat biaya produksi, selain itu secara langsung maupun tidak juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan selama penggunaan energi (Choirul, 2012). Emisi gas rumah kaca yang berlebihan menjadi penyebab utama penurunan kualitas lingkungan yang bisa menimbulkan dampak pemanasan global, perubahan iklim, eutrophication, acidification, dan kesehatan manusia (Pleanjai dkk, 2007). Pengukuran gas rumah kaca yang dilepaskan pada setiap tahap produksi CPO sangat penting dilakukan, karena biodiesel yang merupakan produk turunan utama kedepan dari CPO digunakan untuk menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. Hal tersebut yang menyebabkan perlunya perhitungan gas rumah kaca untuk melihat seberapa besar dampak terhadap pemanasan global dan keunggulannya dibanding bahan bakar fosil. Belum diketahuinya kebutuhan energi dan Gas Rumah Kaca (GRK) yang dilepas pada produksi setiap ton CPO pada sebuah perusahaan perkebunan menjadi permasalahan pada penelitian ini.
1.3. Tujuan Penelitian Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menganalisis kebutuhan energi pada produksi CPO. 2. Menganalisis Gas Rumah Kaca (GRK) yang dilepaskan pada produksi CPO. 3. Menganalisis efisiensi kebutuhan energi dan potensi pemanasan global pada produksi CPO.
7
4. Memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan potensi pemanasan global terbesar pada produksi CPO.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi tentang kebutuhan energi dan potensi pemanasan global pada produksi CPO yang kemudian memberikan rekomendasi kepada pihak perusahaan dalam upaya peningkatan efisiensi energi dan pengurangan potensi pemanasan global selama produksi CPO.
1.5. Batasan Penelitian 1. Ruang lingkup penelitian hanya terbatas pada proses produksi CPO dari tahapan pembibitan sampai proses pengolahan CPO di pabrik kelapa sawit. 2. Pada penelitian ini energi dikonversikan dalam satuan Megajoule (MJ) dan emisi yang dilepas dikonversikan dalam kilogram karbon dioksida (kg CO2 equivalent). 3. Penelitian ini tidak mencakup penghitungan emisi alih fungsi lahan dan dampak sosial ekonomi produk, lebih detailnya dijelaskan pada tahapan definisi dan ruang lingkup LCA.
8