BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan kontak antarbahasa dan antarbudaya. Dalam pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang fenomenal pada abad ke-21 terutama China, sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia, membuat setiap negara di berbagai belahan dunia berlomba-lomba mendapatkan informasi yang cepat dan akurat demi memperluas dan memperkaya pandangan serta wawasan. Sarana yang paling memungkinkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap dan terinci paling tidak hingga saat ini, adalah buku. Namun, ketidakmampuan memahami bahasa asing, khususnya bahasa China menjadi salah satu kendala dalam memperluas cakrawala pengetahuan bagi sebahagian negara. Untuk itu diperlukan usaha penerjemahan sebagai jembatan penghubung di antaranya. Hal ini tersirat dalam salah satu pasal GBHN 1983 yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian mengatakan “Kepustakaan serta penerbitan, penulisan dan penerjemahan buku dan terbitan lainnya perlu ditingkatkan jumlah dan mutunya sehingga dapat lebih menunjang program pendidikan dan pembangunan
1
bangsa.” Pernyataan ini menyiratkan kesadaran pemerintah akan kebutuhan karya-karya terjemahan. Ini berarti kegiatan penerjemahan harus ditingkatkan agar dapat menghasilkan tulisan berbahasa Indonesia. Penerjemahan merupakan kegiatan pengalihbahasaan yang telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Di Indonesia kegiatan semacam ini telah dilakukan sejak masyarakat kita mengenal bahasa asing, seperti: bahasa Latin, Inggris, Perancis, Belanda, Arab, Jepang dan China. Kegiatan penerjemahan bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Penerjemahan sebagai penyampai informasi dari bahasa asal ke bahasa sasaran seharusnya mampu menyampaikan misi utama yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca dengan tidak mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, meskipun bahasanya telah berubah. Untuk itu, seorang penerjemah dituntut untuk menguasai dua macam kemampuan sekaligus. Oleh R.K.K Hartmann (1981), dua kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan analitik dan kemampuan sintetik. Kemampuan analitik meliputi pemahaman terhadap teks yang diterjemahkan, kemampuan menguraikan kalimat untuk menangkap maknanya, kemampuan memahami konteks atau masalah yang dibahas, dan kemampuan
2
memahami makna dan misi yang dimaksud oleh pengarang. Adapun kemampuan sintetik meliputi kemampuan memindahkan arti yang terkandung di dalam teks yang bersangkutan dan kemampuan melakukan penilaian terhadap teks terjemahan itu, yaitu dengan cara meninjau kembali apakah teks itu sudah sesuai dengan kaidah umum dan kaidah bahasa terjemahan yang memadai atau belum. Untuk itu, seorang penerjemah diwajibkan harus betul-betul menguasai kosa kata, baik itu kosa kata bahasa sumber maupun kosa kata bahasa sasaran. Orang yang mampu menguasai bahasa asing memang cukup banyak, namun yang mau dan mampu menerjemahkan buku dengan baik tidaklah demikian. Di Indonesia sendiri, penerjemah sastra China dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: (1). kelompok penerjemah yang belajar secara otodidak, seperti (a). Bapak Gan Kok-liang, seorang maestro penerjemah cerita silat yang lahir di Xia Men (厦门),China (中国),14 Agustus 1928 silam. Ada pun karya yang telah diterjemahkan oleh beliau, salah satunya adalah To Liong To (Pedang Pembunuh Naga). (b). Bapak Wilson Tjandinegara, seorang penerjemah keturunan Tionghoa yang lahir di Makassar, 20 Desember 1946. Selain sebagai seorang penerjemah, Beliau juga seorang penyair yang telah memberikan kontribusi besar terhadap dunia sastra Indonesia. Sampai sekarang tak kurang dari 11 buku yang telah dihasilkan oleh beliau di antaranya karya puisi tunggal: Puisi Untukmu
3
(CV, Gitakara, 1995), Lelaki Adalah Sebingkai Lukisan (KSI, 2001) serta Rumah Panggung di Kampung Halaman (KSI, 1999) dan beberapa karya terjemahan: Antologi Sajak Klasik Dinasti Tang (KSI, 2001), 101 Puisi Mandarin (KSI, 2000). (c). Dan tak ketinggalan pula Bapak Zhou Fu-yuan (周福源) yang baru-baru ini menerjemahkan buku bertajuk Purnama di Bukit Langit yang diterbitkan oleh Gramedia. Lulusan dari Fakultas Teknik jurusan Arsitektur Universitas Katholik Parahyangan, Bandung ini mendalami bahasa dan sastra Tionghoa secara otodidak. (2). Kelompok penerjemah yang memulai penerjemahan lewat pendidikan formal, antara lain: (a). Prof. Liang Li-ji yang lahir di Bandung, dan melanjutkan pelajarannya ke Universitas Beijing pada tahun 1950. Selain menerbitkan karya sendiri, beliau juga menjadi Ketua Editor Kamus Baru Bahasa Indonesia-Tionghua (1976), dan Ketua Editor Bahagian Sastera Asia Tenggara untuk Chinese Great Encyclopedia (1979). Selain itu, beliau juga menyusun buku 100 Puisi Dinasti Tang. (b). Selanjutnya adalah Ibu Anny Sariis yang merupakan lulusan Manajemen Universitas Taruma Negara, yang kemudian melanjutkan sekolah di Guang Zhou. Beliaulah yang menerjemahkan versi komik dari ”Pendekar Hina Kelana/笑傲江湖” atau State of Divinity karya Jin Yong. (c). Ibu Pangesti Atmadibrata yang merupakan lulusan Jurusan Sastra Cina Universitas Indonesia yang menerjemahkan sejumlah novel karya Qiong Yao dan komik karya Jin
4
Yong di Indonesia. Untuk kategori kelompok penerjemah lewat pendidikan formal, dapat ditempuh melalui beberapa cara. Seperti dalam pidato pengukuhannya yang berjudul ‘Pendidikan bahasa dan pembangunan’, Prof. Dr. Zuchridin Suryawinata (1990, h.18-26) penerjemah lewat pendidikan formal terdiri dari dua jalur, yakni 1. jalur penataran, dan 2. jalur pendidikan formal. Sebagai contoh untuk jalur penataran adalah kursus penerjemahan bagi pemula yang diselenggarakan oleh Pusat Penerjemahan Universitas Indonesia yang beralamat di Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat. Kursus ini terdiri dari 20 sesi yang diadakan 2 kali dalam seminggu. Materi kursus berupa teori yang diberikan pada sesi awal pertama supaya para peserta kursus mempunyai pandangan mengenai dunia penerjemahan sebelum memasuki sisa sesi selanjutnya yang berupa praktek penerjemahan. Jalur kedua, yakni pendidikan formal, dapat ditempuh dengan jalan, yaitu: (1). dengan mendirikan sekolah penerjemahan, terpisah dari pendidikan bahasa; (2). dengan mengintegrasikan pendidikan penerjemah ke dalam pendidikan bahasa, yakni mengintegritasikan pendidikan penerjemahan ke dalam pendidikan bahasa asing, misalnya, pendidikan bahasa China. Cara integrasi yang lain ialah dengan membuat kurikulum yang terbuka. Selama
5
semester awal, di jurusan bahasa China di semua perguruan tinggi yang memiliki program itu mahasiswa belajar dan berlatih berkomunikasi dalam bahasa China sampai benar-benar mahir menguasai bahasa China dasar. Setelah itu, mereka memilih program yang diinginkan sastra, linguistik, keguruan, bisnis, penerjemahan yang masing-masing menuntut keterampilan tambahan. Jalur integritasi inilah yang telah diterapkan oleh Jurusan Sastra China Universitas Bina Nusantara kepada mahasiswanya dengan menjadikan penerjemahan sebagai salah satu dari kurikulum pengajarannya. Dengan tujuan agar dapat mempersiapkan bibit-bibit penerjemah yang siap pakai dan dapat berkembang, seiring dengan kebutuhan informasi akan perkembangan dari negeri tirai bambu yang kian pesat. Mahasiswa sastra China mendapatkan mata kuliah Terjemahan Umum 1 dan 2 pada perkuliahan semester 5 dan 6, sebanyak dua sks untuk setiap semester. Dengan kata lain mahasiswa sastra China mendapatkan mata kuliah ini sebanyak 13 kali pertemuan setiap satu semester. Hal ini mengelitik penulis untuk mengadakan analisa terhadap hasil pembelajaran kuliah penerjemahan para mahasiswa sastra China melalui karya ilmiah ini sehubungan dengan tingginya persyaratan yang diminta sebagai seorang penerjemah. Sebagai seorang penerjemah, sadar atau tidak, memikul tanggung jawab yang amat besar, karena
6
hasil penerjemahan harus dapat menyampaikan makna yang terdapat pada naskah aslinya kepada pembaca. Tanggung jawab ini akan semakin besar apabila naskah yang diterjemahkan misalnya berhubungan dengan dunia kedokteran, hukum, kenegaraan dan lain-lain.
1.2 Identifikasi Permasalahan Seorang penerjemah oleh R.K.K Hartmann (1981), dua kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan analitik dan kemampuan sintetik. Kemampuan analitik meliputi pemahaman terhadap teks yang diterjemahkan, kemampuan menguraikan kalimat untuk menangkap maknanya, kemampuan memahami konteks atau masalah yang dibahas, dan kemampuan memahami makna dan misi yang dimaksud oleh pengarang. Adapun kemampuan sintetik meliputi kemampuan memindahkan arti yang terkandung di dalam teks yang bersangkutan dan kemampuan melakukan penilaian terhadap teks terjemahan itu, yaitu dengan cara meninjau kembali apakah teks itu sudah sesuai dengan kaidah umum dan kaidah bahasa terjemahan yang memadai atau belum. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang penerjemah memerlukan keahlian penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik. Dengan landasan tersebut, maka penulisan karya ilmiah ini dengan memusatkan
7
perhatian pada masalah: a.
Sejauh mana mahasiswa jurusan Sastra China Universitas Bina Nusantara dalam
menguasai bahasa China sebagai bahasa sumber dan bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran dalam penerjemahan? b.
Apa saja kendala yang dihadapi dalam menerjemahkan?
c.
Bagaimana menerapkan cara penerjemahan yang baik dan benar dalam upaya
meningkatkan kualitas suatu karya terjemahan?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003 Universitas Bina Nusantara yang pernah mengikuti mata kuliah penerjemahan sebanyak 30 orang untuk menerjemahkan teks dan 50 orang untuk mengisi kuesioner. Peneliti akan membagikan kuesioner penelitian dan sampel terjemahan secara acak tanpa melihat nilai yang diperoleh mahasiswa. Peneliti juga akan menganalisa hasil terjemahan mereka berdasarkan kemampuan analitik dan sintetik mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003.
8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah: a.
Mengetahui hasil pembelajaran mata kuliah Terjemahan Umum 1 dan 2 dari
seluruh mahasiswa jurusan Sastra China pada umumnya dan mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003 pada khususnya. b.
Mengetahui kemampuan penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran dari
seluruh mahasiswa jurusan Sastra China pada umumnya dan mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003 pada khususnya. c.
Mengindentifikasi kesalahan-kesalahan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam
penerjemahan dan penyebab-penyebab kesalahan tersebut, terutama penerjemahan dari bahasa China ke dalam bahasa Indonesia. d.
Memberikan pemecahan terhadap penyebab kesalahan-kesalahan tersebut. Sedangkan manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
a.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis.
b.
Membantu mahasiswa jurusan Sastra China dalam meningkatkan kualitas
pengguasaan bahasa China dan bahasa Indonesia. c.
Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa jurusan Sastra China apabila mereka hendak
melakukan penerjemahan.
9
d.
Memberi sumbangan ilmiah bagi para dosen, khususnya dosen pengajar mata
kuliah Terjemahan sebagai referensi dalam pengajaran.
1.5 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan meliputi metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Metode penelitian kepustakaan meliputi bahan literatur dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan China. Dalam memperoleh data di lapangan, penulis akan melakukan pembagian kuesioner, dan sampel untuk diterjemahkan berupa penggalan lagu, penggalan teks dari novel Giok di Tengah Salju (雪珂/Xue Ke) karya penulis terkenal Qiong Yao (瓊瑤), kata perenungan Master Cheng Yen (釋證嚴法師靜思語/ Shi Zheng Yan Fa Shi Jing Si Yu), dan cuplikan penggalan dari salah satu wacana buku Chu Ji Han Yu Ke Ben:Di San Ce(初级汉语课本: 第三册)yang berjudul Du Shifu Yu Guo Nainai (Shang) [杜师傅与郭奶奶 (上)] serta lirik lagu soundtrack serial Taiwan Meteor Garden yang berjudul “情非得已/ Qing Fei De Yi. ” kepada para mahasiswa untuk diterjemahkan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode survei yaitu metode penyediaan data yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan yang terstruktur dan rinci untuk memperoleh informasi dari sejumlah informan yang
10
dipandang representatif mewakili populasi penelitian (Wiseman dan Aron, 1970). Di dalam melakukan sebuah penelitian, tidaklah perlu semua populasi diteliti, berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis menetapkan besarnya sampel sebanyak 50 orang untuk kuesioner dan 30 sampel teks yang diterjemahkan. Di samping itu, peneliti juga mewawancarai lima orang mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003 Universitas Bina Nusantara dan empat orang penerjemah yang bekerja di Da Ai TV Indonesia (印尼大爱电视台) serta Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia (台灣佛教慈濟 基金會-印尼分会) sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa jurusan Sastra China untuk memperluas pengetahuan mereka mengenai dunia penerjemahan.
1.6 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan mengenai isi dari skripsi, dan untuk memperjelas maksud dan tujuan dalam penulisan proposal ini, maka sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori, bab ini berisi landasan teori. Dalam bab ini akan dibahas
11
mengenai teori-teori penerjemahan dan penjelasan yang berhubungan dengan isi penulisan karangan ilmiah ini. Bab 3 Analisis Data, secara garis besar akan berisikan analisis data dari hasil 50 kuesioner dan 30 terjemahan mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003 Universitas Bina Nusantara dan pembahasannya serta hasil wawancara dengan lima orang mahasiswa jurusan Sastra China angkatan 2003 Universitas Bina Nusantara dan empat orang penerjemah yang bekerja di Da Ai TV Indonesia (印尼大爱电视台) serta Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia (台灣佛教慈濟基金會-印尼分会). Bab 4 Simpulan dan Saran, pada bab ini akan berisikan kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan hasil penelitian. Bab 5 Ringkasan, bab ini berisi ringkasan dari keseluruhan isi skripsi yang dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa China.
12