1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang perlu
penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis penyakit yang ditimbulkan.Hepatitis B adalah infeksi pada organ hati yang disebabkan oleh HBV (Virus Hepatitis B). Keadaan ini mengakibatkan komplikasi hati kronis seperti sirosis dan kanker hati yang dapat menyebabkan kematian.1 HBV ini termasuk hepadnavirus dengan ukuran 42-nm double stranded DNA virus yang terdiri dari nucleocapsid core (HBcAg) dan dikelilingi oleh lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen permukaan (HBsAg).2 Virus ini ditularkan
melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari penderita
Hepatitis B. Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, pekerjaan yang berisiko tinggi terhadap penularan Hepatitis B adalah pekerjaan yang kontak langsung dengan darah atau bekerja sebagai tenaga kesehatan.34 Menurut WHO tahun 2011 HBV telah menginfeksi lebih dari 350 juta orang di dunia dan 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat Hepatitis B akut maupun kronis.35 Di Asia Tenggara ditemukan kejadian Hepatitis B lebih dari 5,6% dari total populasi dengan 300.000 kematian
per tahun dengan prevalensi termasuk pola
infeksi tinggi yaitu lebih dari 8%.35 Tiap negara memiliki prevalensi Hepatitis B yang berbeda-beda. Pola infeksi HBV terbagi atas 3 (tiga) daerah endemisitas yaitu endemisitas tinggi, sedang dan rendah. Negara endemisitas tinggi yaitu Cina, Taiwan, Asia Tenggara dan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
2
khususnya Papua dan Nusa Tenggara Timur dengan prevalensi HBV>8%, Negara endemisitas sedang yaitu Laut Tengah, Asia Barat Daya dan sebagian wilayah di Indonesia dengan prevalensi HBV 2-8% dan negara endemisitas rendah yaitu Eropa Tengah, Austaralia dan Amerika Utara dengan prevalensi HBV<2%.33 Prevalensi Hepatitis B tertinggi di sub - Sahara Afrika dan Asia Timur. Kebanyakan penderita di wilayah ini terinfeksi virus Hepatitis B pada masa kanak-kanak dan sebanyak 510% dari populasi orang dewasa terinfeksi secara kronis. Tingginya tingkat infeksi kronis juga ditemukan di Timur Tengah dan India, 2-5 % dari populasi umum terinfeksi secara kronis. Di Eropa Barat dan Amerika Utara kurang dari 1 % dari populasi terinfeksi secara kronis.3 Berdasarkan Laporan CDC (Center for Disease Control) tahun 2011 menyebutkan bahwa terdapat 2.890 kasus Hepatitis B akut di Amerika Serikat.6 Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2007, Indonesia tergolong negara dengan endemisitas tinggi. Riset ini menunjukkan bahwa prevalensi Hepatitis B di Indonesia 9,4% atau mencapai 23 juta orang. Ini berarti 1 dari 10 penduduk Indonesia pernah terinfeksi Hepatitis B. Diperkirakan 50 persennya (12.500.000) akan menjadi chronic liver disease, 10 persennya menjadi liver fibrosis dan kemudian akan menjadi kanker hati (1,25 juta).8 Menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia) pada Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia tahun 2012, angka prevalensi Hepatitis B di Indonesia mencapai 4,0-20,3%. Berdasarkan hal itu, Indonesia terletak di tingkat endemisitas sedang sampai tinggi.13 Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri atas lebih dari 17.000 pulau dengan berbagai tingkat higiene dan sanitasi.
Universitas Sumatera Utara
3
Perbedaan higiene dan sanitasi memberi perbedaan dalam pola penularannya, sedangkan pulau-pulau dapat mengisolasi kemungkinan penyebarannya. Hal itu menyebabkan prevalensi infeksi HBV di Indonesia sangat bervariasi antar pulau. Penelitian menunjukkan terdapat variasi prevalensi HBV antar daerah. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 pada sekitar 1300 penduduk dewasa tampak sehat di 4 kecamatan di daerah perifer Kabupaten Jayapura, Papua menunjukkan prevalensi HBV sekitar 4,3%. Selanjutnya penelitian tahun 2009 pada sekitar 900 penduduk tampak sehat di 2 kecamatan di Kabupaten Alor (P. Alor, NTT) menunjukkan bahwa prevalensi HBV hanya sekitar 3,4 %.1 Penyakit Hepatitis B bisa terjadi pada semua kelompok umur dan jenis kelamin. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dengan pengumpulan sampel darah dan dilakukan pemeriksaan biomedis dari 30.000 rumah tangga di 294 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi HBsAg sebesar 9,7% pada pria dan 9,3% pada wanita, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9%.8 Tingkat endemisitas infeksi HBV dapat menggambarkan pola penularannya. Daerah dengan tingkat endemisitas sedang pola penularan yang dominan adalah secara horizontal pada anak-anak, sedangkan daerah dengan tingkat endemisitas tinggi biasanya pola penularan secara vertikal dan horizontal.1 Berdasarkan Survey Nasional Pernefri untuk prevelensi Hepatitis B pada pasien hemodialisis regular di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HBVadalah sebanyak 4,5% dari 2.458 pasien, Sedangkan di Kota Medan diketahui 6,05% dari 314 pasien.14
Universitas Sumatera Utara
4
Laporan Riskesdas Tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi Hepatitis pada tahun 2013 adalah 1,2%, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Lima provinsi dengan prevalensi Hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%). Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah Hepatitis B (21,8 %).9 Hasil penelitian Friska (2007) di RSU Dr. Pirngadi Medan periode tahun 2002-2006 terdapat 106 orang yang menderita Hepatitis B.15 Penelitian Elizabeth (2010) di RSUD Rantau Prapat tahun 2006-2009 terdapat penderita Hepatitis B rawat inap sebanyak 104 orang.16 Survey Pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan terdapat penderita Hepatitis B tahun 2010-2013 sebanyak 108 orang. Pada tahun 2010 jumlah penderita sebanyak 28 orang, tahun 2011 jumlah penderita sebanyak 29 orang, tahun 2012 jumlah penderita sebanyak 22 orang dan pada tahun 2013 jumlah penderita sebanyak 29 orang. Data kasus menunjukkan bahwa kasus penyakit Hepatitis B tetap ada. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita Hepatitis B rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/ Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013.
Universitas Sumatera Utara
5
1.2.
Rumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita Hepatitis B di Rumah Sakit Tingkat
II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013. 1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita Hepatitis B di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013. 1.3.2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal).
b.
Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan kadar Bilirubin.
c.
Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan kadar SGOT.
d.
Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan kadar SGPT.
e.
Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan tipe Hepatitis B.
f.
Mengetahui lama rawatan penderita Hepatitis B.
g.
Mengetahui distribusi proporsi penderita Hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
h.
Mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar Bilirubin.
i.
Mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGOT.
j.
Mengetahui proporsi umur berdasarkan kadar SGPT.
k.
Mengetahui proporsi umur berdasarkan tipe Hepatitis B.
Universitas Sumatera Utara
6
l.
Mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGOT pada penderita Hepatitis B.
m. Mengetahui proporsi jenis kelamin berdasarkan kadar SGPT pada penderita Hepatitis B. n.
Mengetahui proporsi kadar Bilirubin berdasarkan tipe Hepatitis B pada penderita Hepatitis B.
o.
Mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan tipe Hepatitis B.
p.
Mengetahui proporsi lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
q.
Mengetahui proporsi tipe Hepatitis B berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
1.4. 1.4.1.
Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan dan instansi yang terkait dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi penderita Hepatitis B.
1.4.2.
Sebagai bahan masukan yang berguna bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah Hepatitis B dan tambahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
1.4.3.
Sebagai sarana bagi pembaca dan penulis untuk menambah wawasan mengenai penyakit Hepatitis B.
Universitas Sumatera Utara