BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pada umumnya masyarakat memiliki kegiatan yang padat di ibu kota, hal
tersebut tentu mempengaruhi pemilihan tempat untuk melakukan kegiatan mereka sesuai dengan suasana dan kebutuhan mereka. Masyarakat saat ini membutuhkan tempat yang memiliki multifungsi tidak hanya untuk melakukan satu aktivitas saja namun dapat melakukan berbagai aktivitas didalam satu tempat. Tempat yang memiliki berbagai macam fungsi dulu mungkin sangat sulit ditemukan, tapi mengingat zaman sekarang sudah berkembang hal tersebut pun sudah banyak dapat kita temui. Mall yang merupakan Pusat Perbelanjaan saat ini sudah berubah fungsi tidak hanya sekedar tempat untuk berbelanja kebutuhan namun sekarang juga merangkap menjadi tempat yang menyediakan berbagai macam fasilitas seperti tempat untuk makan, menonton bioskop, olahraga, berkumpul atau sekedar jalan-jalan. Setiap mall pun hadir menawarkan kelebihannya masing-masing demi memenuhi keinginan dan kebutuhan dari para pengunjung itu sendiri. Pada dasarnya kenyamanan dan suasana yang kondusif merupakan hal pertama yang dicari oleh pengunjung. Sehingga banyak yang berlomba-lomba menarik perhatian pengunjung dengan berbagai macam cara baik verbal maupun nonverbal.
1
2
Dikutip dari website www.orbit-digital.com , saat ini Jakarta menjadi satusatunya kota di Indonesia yang memiliki mal terbanyak. Hingga akhir tahun ini saja akan ada 75 mal yang akan 'mengepung' Jakarta. Data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mencatat beberapa mal baru akan hadir di Jakarta hingga akhir tahun ini, dan Jakarta menempati urutan pertama disusul Surabaya, sebagai kota-kota terbanyak yang memiliki mal. Meskipun demikian ternyata Indonesia masih kalah dengan Negara Singapura maupun Hongkong. Tahun 2011 jumlah Mall di Jakarta mencapai 73 mall, dan tahun 2012 ini bertambah menjadi 75 mall dan diperkirakan sampai akhir tahun ini akan berjumlah 76 mall. Menurut data dari Wikipedia saat ini mall Jakarta tersebar di Jakarta Barat 14 mall, Jakarta Selatan 22 mall, Jakarta Utara 13 Mall, Jakarta Timur 15 mall. Mendukung pernyataan diatas menurut kutipan dari sebuah artikel di website www.atjehpost.com , Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan tahun ini pasokan kumulatif mal di Jakarta akan tumbuh 5,6 persen atau seluas 335.456 meter persegi (m2). Pertumbuhan yang diramalkan bahkan lebih tinggi dibanding tahun lalu, di mana pasokan bertambah 4,5 persen menjadi 5,95 juta m2. Menurut proyeksi Colliers, selama tahun 2012 hingga 2013 di Jakarta akan ada tambahan 21 pusat perbelanjaan baru. Total luas lantainya mencapai 827.376 m2, dengan 45 persen di antaranya berada di Jakarta. Di antara pasokan mal-mal baru tersebut, separuhnya sudah melebihi 50 persen tahap konstruksi. Colliers melansir, mal-mal yang dalam tahap konstruksi dan direncanakan diluncurkan tahun ini antara lain Kemang Village, Menteng Square, Kota Kassablanka,
3
Pulomas X-'Venture, Ciputra World Jakarta, dan Pondok Indah Street Gallery. Kecuali Pulomas X-'Venture, sisanya masih berlokasi di Jakarta Selatan dan Pusat. Namun walaupun mall-mall baru sudah bermunculan tetapi masyarakat juga tidak akan dengan mudah melupakan kehadiran dari mall-mall yang sudah berdiri lama, contohnya saja seperti Mall Pondok Indah, Plaza Semanggi, Plaza Senayan yang merupakan mall-mall yang sudah senior dan memiliki reputasi yang baik. Kehadiran mall-mall lama ini pun tentu masih menarik minat pengunjung baik yang lama maupun baru. Salah satu mall yang telah lama berdiri dan lokasi nya pun berdekatan dengan mall baru adalah Mall Pondok Indah. Dimana mall ini sudah dibangun sejak tahun 1991 dan terletak di kawasan Jakarta Selatan. Pondok indah mall ini memiliki segmen golongan menengah atas dan para ekspatriat yang tinggal dikawasan Pondok Indah dan sekitarnya. Data ini didapatkan dari wikipedia Indonesia. Walaupun terdapat mall baru seperti Gandaria City yang lokasinya berdekatan dengan mall senior yaitu Pondok Indah, pengunjung Mall Pondok Indah tetap ramai dan tidak terlihat penurunan pengunjung. Tentu hal ini merupakan suatu kesuksesan dari pihak Mall Pondok Indah yang dengan strategi yang tepat telah melakukan suatu tindakan agar pengunjung Mall Pondok Indah tetap setia dan tidak beralih ke mall lain, karena loyalitas pengunjung itu tidak mudah didapat, pengunjung harus memiliki ketertarikan akan suatu tempat yang mereka rasa nyaman untuk menghabiskan watu mereka. Jadi itu semua tergantung dari bagaimana strategi dan usaha men- treat customer kita agar tidak berpindah ke yang lain dan tetap memiliki loyalitas terhadap mall tersebut.
4
Selain itu, Mall Pondok Indah merupakan Mall senior yang telah berdiri lama dan menjadi pelopor Pusat Belanja yang dilengkapi saran rekreasi ait (kolam renang ukuran olimpik, dengan giant dan mini slides dan kolam arus) dengan pengunjung ratarata 21.000 orang/bulan atau 700 orang per hari, hal tersebutlah yang menjadi latar belakang penulis memilih Mall Pondok Indah sebagai objek penelitian, karena tidak semua mall itu bisa menjadi pelopor pusat belanja. Setiap mall membutuhkan sesuatu yang unik agar pelanggan tidak beralih ke mall lain, maka dibuatlah suatu strategi yang tepat untuk menjaga dan mengelola citra Mall Pondok Indah agar selalu menarik di mata para pengunjung. Menurut Soemirat dan Ardianto (2012:113), citra adalah kesan perasaan gambaran dari publik terhadap perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek,orang atau organisasi. Dalam membangun suatu image atau citra mall pun bukan merupakan hal yang mudah, diperlukan kesamaan visi dan misi antara semua pihak agar berjalan searah. Dengan adanya citra yang kuat maka masyarakat akan membentuk suatu penilaian sendiri. Citra yang diharapkan pun sebisa mungkin adalah citra yang positif. Karena dengan citra yang positif akan mempermudah mempersuasif masyarakat agar berkunjung ke mall tersebut. Salah satu cara bagaimana kita membangun suatu citra adalah dengan mementukan target atau sasaran pengunjung mall tersebut. Dengan begitu kita dapat lebih menentukan segmentasinya. Terdapat berbagai macam segmentasi mall yaitu dari mall untuk keluarga, mall untuk para eksekutif kantor, mall untuk anak muda serta mall untuk kalangan ekslusif.
5
Setiap mall tersebut menawarkan hal yang berbeda sesuai dengan segmentasi kebutuhannya. Mall Pondok Indah hadir sebagai Mall yang bersegmentasi keluarga, sehingga pilihan toko dan makanan pun beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan. Namun walaupun mall ini bersegmentasi pada Mall untuk keluarga, mall ini selalu ramai pengunjung oleh anak muda dan remaja pada saat akhir pekan terutama malam minggu. Jadi sekali lagi pihak Mall Pondok Indah telah mencapai kesuksesan karena telah berhasil menarik pengunjung diluar segmentasi keluarga. Sehingga penulis tertarik sekali untuk melakukan penelitian terhadap strategi Public Realtions dalam mengelola citra Mall Pondok Indah. Selain itu Mall Pondok Indah berusaha menciptakan suasana atau environment yang senyaman mungkin untuk pengunjung, mulai dari fasilitas-fasilitas yang ditawarkan yang bersih dan lengkap dan juga pengaturan cahaya lampu, tata ruang, pemilihan warna serta backsound musik yang disesuaikan dengan citra Mall Pondok Indah yang berdasarkan dengan psikologi dari pengunjung yang memang bersegmentasi pada keluarga kalangan menengah keatas. Mall Pondok Indah juga menghadirkan berbagai event yang kreatif sebagai salah satu contohnya adalah Flying Trepeeze yang merupakan satu-satunya pertunjukan aksi yang dilakukan di dalam Mall dan mendapatkan penghargaan dari rekor Muri karena ide inovasi dan kreatif nya bisa melakukan Flying Trepeeze di dalam Mall. Event tersebut dipersiapkan tepat saat liburan sekolah sehingga konsep Mall Pondok Indah sebagai Family Mall menjadi kuat.
6
Beberapa alasan-alasan tersebutlah yang menjadi latar belakang penulis untuk memilih Mall Pondok Indah sebagai objek penelitian untuk diteliti secara lebih mendalam mengenai bagaimana strategi Public Relations yang dijalankan dalam mengelola citra Mall Pondok Indah agar lebih baik lagi dan tetap konsisten akan eksistensinya di dalam dunia pusat perbelanjaan di Jakarta.
1.2
Ruang Lingkup Untuk dapat lebih terkonsentrasi pada topik yang akan di bahas, penulis membuat
batasan yang spesifik. Adapun batasan yang akan di teliti : 1.
Bagaimana strategi Public Relations dalam mengelola citra mall pondok indah?
2.
Apa saja hambatan yang terdapat dalam melaksanakan stratetgi untuk mengelola citra mall pondok indah?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian adalah: 1.
Untuk mengetahui strategi Public Relations yang dilakukan PT. Metropolitan Kentjana dalam mengelola citra mall pondok indah.
2.
Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terdapat dalam melaksanakan stratetgi untuk mengelola citra mall pondok indah.
7
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Akademis: Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran kepada pembaca mengenai strategi Public relations dalam mengelola citra Mall Pondok Indah sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca dan menggerakkan pembaca dan peneliti lain untuk meningkatkan penelitian ini ke tingkat yang lebih lanjut.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan 1)
Sebagai bahan pertimbangan dalam mencanangkan strategi Public Relations dalam mengelola citra mall pondok indah.
2)
Sebagai bahan pertimbangan mengenai Pencitraan dalam menghadapi persaingan yang ketat di masa mendatang.
b. Bagi Masyarakat Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai bidang Public relations dalam mengelola citra . 1.4
Metodologi Jenis metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif kualitatif yang
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan studi pustaka. Kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. (Heediansyah, 2010:9).
8
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010:4) menefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk
dan Miller (Moleong,
2010:4)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Jadi berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam metodologi kualitatif tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi dari pengamatan atau interaksi yang mendalam yang telah dilakukan.
1.4.1 Metode Pengumpulan Data 1.
Data Primer Dalam melakukan sebuah penelitian tentu penulis harus mempunyai sumber infromasi dari data primer untuk dapat diteliti. Penulis mengambil pengertian data primer menurut Sugiyono (2009:137) adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Didukung oleh pendapat dari Kriyantono (2010:41) Data primer adalah data yang diperoleh oleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Berdasarkan pendapat yang ada, penulis menyimpulkan bahwa data primer merupakan data utama yang didapatkan langsung dari apa yang akan diteliti.
9
a.
Wawancara Dalam sebuah penelitian tentu untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan pendapat dan pemikiran dari orang-orang yang berhubungan dengan penelitian. Menurut Moleong (2010:186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jadi kesimpulan dari wawancara menurut penulis merupakan hasil pembicaraan
tanya-jawab
dari
penulis
terhadap
orang-orang
yang
berhubungan dengan apa yang penulis teliti. b.
Observasi Selain wawancara penulis juga melakukan observasi terhadap penelitian ini, Menurut Flick dalam buku Internal Public Relations karangan Agung Laksmana (2010: 135) yang menjelaskan tentang observasi sebagai berikut: disamping
kemampuan
berbicara
dan
mendengarkan
sebagaimana
digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan. Jadi berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan oleh penulis bahwa observasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan melihat lokasi penelitian langsung.
10
2.
Data Sekunder Selain Data primer dalam penelitian dibutuhkan data sekunder untuk melengkapi, menurut Sugiyono (2008:129), data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen-dokumen yang ada. Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa data sekunder adalah data tambahan yang didapatkan untuk membantu penelitian.
a.
Studi Pustaka Dalam penelitian juga dibutuhkan studi pustaka untuk memperkuat penelitian, menurut M.Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan studi pustaka yaitu: “Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.” (Nazir,1988: 111). Penulis mendapatkan informasi dalam penelitian ini melalui beberapa buku yaitu: Metode Penelitian, Internal Public relations, Community Public relations.
b.
Internet. Internet digunakan sebagai bahan kelengkapan data untuk melakukan penelitian.
11
Keabsahan data pada peneltian kualitatif mengacu kepada suatu halaman yang masuk akal berdasarkan sksistensi ilmu pengetahuan dan kepercayaan (credibility) terhadap suatu fenomena yang terjadi. Adapun kualitas penelitian (goodness criteria) ini diantaranya akan dilihat dari trustworthiness atau kepercayaan atas hasil penelitian yang terkait dengan : (Moleong, 2006: 324) a. Credibility (kepercayaan) Yaitu sejauh mana bahan dan hasil penelitian dapat dipercaya. Diantaranya dilihat dari pengecekan berbagai macam metode dari satu informasi, kecukupan sumber atau referensi untuk mengecek kebenaran informasi. Untuk memenuhi standar credibility, peneliti telah menghubungi kembali para narasumber penelitian untuk meminta justifikasi atau pembenaran atas hasil penelitian. b. Transferability (keteralihan) Bergantung pada kesamaan antara konteks key informan sebagai pengirim dan peneliti sebagai penerima. Untuk memenuhi kriteria transferability dalam penelitian ini peneliti menganalisis, menyimpulkan,dan menjelaskan hubungan yang ada dan bias dijadikan acuan peneliti mengenai “ Strategi Public Relations dalam mengelola Citra Mall Pondok Indah Periode 2012” c. Dependability ( Kebergantungan ) Yaitu sejauh mana peneliti mengkonseptualisasikan secara benar apa yang akan diteliti, dan konsistensi peneliti dalam keseluruhan proses penelitian(pnegumpulan data, analisa, interpretasi dat). Untuk memenuhi Dependability dilakukan dengan mengaudit seluruh proses penelitiannya. Caranya dilakukan oleh auditor yang independent atau bimbingan untuk
12
mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan penelitian.
1.4.2 Metode Untuk Analisis Data Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong (2002: 103) teknik analisa data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Jadi penulis mengambil kesimpulan berdasarkan pendapat diatas adalah bahwa teknik analisa data merupakan teknik yang dilakukan dengan mengurutkan data formal secara berurut dan detail. Teknik analisis yang digunakan penulis adalah metode deskriptif-kualitatif, dimana mengacu pada pendapat Ardianto (2011:60) deskriptif-kualitatif adalah metode yang lebih menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah serta cenderung mencari teori dibandingkan menguji teori tersebut. Oleh karena itu, penulis merasa metode ini yang paling tepat dalam penulisan skripsi ini karena penulis memanfaatkan observasi serta suasana alamiah seperti wawancara dan dokumentasi untuk mendukung penulisan skripsi ini sehingga terbentuk lah teori baru yang dapat menjawab ruang lingkup penelitian.
13
1.5
Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1:
PENDAHULUAN Berisi uraian berupa latar belakang, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.
BAB 2 :
LANDASAN TEORI Berisi definisi dari beberapa teori yang mendukung penelitian ini dan kerangka pemikiran.
BAB 3:
INTI PENELITIAN Berisi inti penelitian yang dilakukan dan menekankan pada inti permasalahan yang ada pada objek yang di teliti. Dimana Penulis menjabarkan struktur organisasi, prosedur yang berlaku dalam perusahaan serta metodologi penelitian yang digunakan.
BAB 4:
HASIL PENELITIAN Berisi penyajian penelitian, pengolahan data penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
14
BAB 5 :
SIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran secara ringkas terhadap masalah dan tujuan penelitian.