BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia, Diperkirakan sekitar 90% manusia pernah mengalami minimal satu kali nyeri kepala berat yang mengganggu pelajaran maupun produktivitias pekerjaanya dalam 1 tahun.1 Nyeri kepala diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu primer dan sekunder. Migren dan
tipe tension merupakan jenis nyeri kepala
primer
yang tidak didasari kondisi patologis dan nyeri timbul karena proses intrinsik. Nyeri kepala sekunder merupakan jenis nyeri kepala akibat proses sekunder seperti tumor otak, peningkatan tekanan intrakranial, intoksikasi obat, penyakit sinus paranasal, atau penyakit demam akut seperti influenza.2 Migren sering terjadi pada anak, dan insidennya meningkat pada remaja. Prevalensi 3% pada usia 3 sampai 7 tahun, 4% sampai 11% pada usia 7 sampai 11 tahun, dan 8% sampai 23% selama remaja. Onset migren usia 7.2 tahun pada anak laki-laki dan 10.9 tahun pada anak perempuan.2 Data lain menunjukkan prevalensi migren 10.6% pada anak usia 5 sampai 15 tahun, dan 28% pada anak usia 15 sampai19 tahun. Migren menempati urutan lima besar masalah kesehatan pada anak.3
Universitas Sumatera Utara
Studi nyeri kepala telah dilakukan oleh Bille tahun 1962 pada 9000 anak sekolah di Scandinavian, didapati 1.4% anak usia 7 tahun dan 5.3% anak usia 15 tahun mengalami migren.4,5 The World Federation of Neurology menyatakan migren sebagai suatu kelainan bersifat familial, berupa serangan nyeri kepala berulang, bersifat unilateral dengan intensitas, frekuensi dan lama yang bervariasi. Umumnya berdenyut, disertai hilangnya nafsu makan, mual-muntah dan membaik setelah tidur. Pada beberapa kasus disertai gangguan emosi, neurologis, gangguan penglihatan atau disfungsi oromotor.2,3 Migren bersifat umum, kronis, dan bukan gangguan neurovaskular. Migren merupakan serangan berat nyeri kepala, disfungsi sistim saraf otonom, dan pada beberapa pasien dapat terjadi aura berupa
gejala
neurologis.6 Migren diklasifikasikan menjadi sub group migren umum, migren klasik, varian migren, nyeri kepala cluster, dan migren berkomplikasi. Nyeri kepala kluster jarang terjadi pada anak. Migren umum atau migren tanpa aura merupakan jenis paling banyak terjadi pada anak.4,7 Migren merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering dijumpai pada anak dan remaja. Prevalensi migren yang sebesar 10% pada anak usia sekolah, secara signifikan merupakan penyebab umum ketidakhadiran anak dan remaja di sekolah.6-8 Menurut World Health Organization (WHO) suatu migren
yang
berat
dapat
menyebabkan
ketidakmampuan
seperti
Universitas Sumatera Utara
kuadriplegia, psikosis dan dementia.9,10 Suatu penelitian melaporkan peningkatan insiden migren pada anak selama lebih dari 30 tahun, disebabkan oleh perubahan pola hidup.11,12 Selain itu, seringnya sakit kepala secara signifikan mempengaruhi disabilitas dan
kualitas hidup, sehingga
diperlukan pengenalan dini dan pengobatan.8 Penatalaksanaan
migren
meliputi
metode
farmakologik
dan
nonfarmakologik. Pengobatan dengan farmakologik meliputi pengobatan akut (abortif) dan preventif
(profilaktik).13 Pengobatan akut bertujuan untuk
menghentikan serangan migren dengan segera, atau mengurangi nyeri kepala yang telah mulai, pengobatan preventif diberikan sewaktu tidak ada nyeri kepala, bertujuan untuk mengurangi frekuensi, durasi dan beratnya serangan migren sehingga meningkatkan kualitas hidup penderita dan dapat meningkatkan respon pengobatan serangan akut migren.14-16 Pada pasien dengan serangan migren yang sering dan berat, kedua jenis pengobatan ini diberikan bersamaan.17 Pengobatan profilaksis serangan migren pada anak masih sedikit diteliti. Beberapa sumber merekomendasikan obat-obatan yang sering dipakai pada dewasa dengan dosis yang disesuaikan untuk anak.9,17,18 Beta blocker merupakan lini pertama dalam pencegahan migren, amitriptilin adalah lini kedua, namun ada beberapa penelitian yang menggunakan riboflavin sebagai terapi preventif migren, namun penelitian ini masih sangat sedikit. Riboflavin dianggap berperan dalam memperbaiki disfungsi mitokondrial yang berperan dalam patofisiologi migren.19,20
Universitas Sumatera Utara
Penelitian mengenai pencegahan migren pada anak belum banyak dilakukan di negara kita, terutama dengan menggunakan riboflavin. Riboflavin merupakan obat yang relatif terjangkau masyarakat dan efek samping yang minimal yaitu diare dan poliuria dibandingkan obat-obat preventif lainnya.Oleh karena itu kami melakukan penelitian uji klinik untuk melihat manfaat riboflavin pada remaja migren dengan menilai frekuensi, durasi dan disabilitas akibat serangan migren
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yaitu: Apakah pemberian riboflavin bermanfaat sebagai pencegahan serangan migren pada remaja?
1.3. Hipotesis Riboflavin bermanfaat sebagai pencegahan serangan migren pada remaja.
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Riboflavin bermanfaat sebagai pencegahan serangan migren pada remaja
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Mengetahui manfaat riboflavin sebagai salah satu terapi pencegahan serangan (preventif) migren pada remaja dan pemantauan efek samping
yang
timbul
sehingga
dapat
mengurangi
jumlah
ketidakhadiran di sekolah karena menderita migren. 1.5.2. Memberikan alternatif obat pencegahan serangan (preventif) migren yang dapat di jangkau masyarakat
Universitas Sumatera Utara