BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan operasional bank, laporan arus kas yang memberikan informasi perputaran uang. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan pada masa mendatang (Luciana dan Winny, 2005). Salah satu teknik yang digunakan untuk menilai perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Indikator kinerja suatu perbankan dapat dilihat dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio risiko usaha bank, rasio permodalan dan rasio efisiensi usaha. Rasio likuiditas menilai kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio rentabilitas menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Rasio risiko usaha bank menilai risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha. Rasio permodalan mengukur kemampuan permodalan menutup kerugian. Rasio efisiensi usaha mengukur tingkat efisiensi perusahaan. Rasio keuangan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan keuangan. Krisis yang terjadi dalam industri perbankan perlu diantisipasi serta dipulihkan, terutama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat baik terhadap bank sebagai sebuah perusahaan atau sistem perbankan secara
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan. Dengan kata lain bagaimanapun proses nasionalisasi dilakukan dan berapapun dana yang dikeluarkan untuk penyelamatan atau rekapitalisasi perbankan, hal tersebut tidak akan ada manfaatnya tanpa adanya kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. Dalam situasi seperti itu, masyarakat akan menjadi lebih jeli untuk menilai kondisi suatu bank bahkan sistem perbankan secara keseluruhan. Bank Indonesia (BI) Regional Sumut dan Aceh menyatakan, bahwa sejumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumut sedang dalam pengawasan khusus sehubungan dengan tingginya kredit bermasalah di bank itu. Bank Indonesia belum menyebutkan jumlah dan nama BPR yang mempunyai kredit bermasalah. (beritasore.com/2011/12/01). Upaya untuk menghadapi kondisi kredit bermasalah, maka setiap perusahaan perbankan harus mengambil langkah antisipatif. Perusahaan perbankan dituntut menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Disamping itu peruhaan perbankan dituntut menerapkan tata kelola yang baik dalam pengelolaan usahanya. Prinsip kehatihatian
(prudential banking) harus diterapkan dalam pengelolaan usaha
perbankan. Dampak krisis tidak hanya dialami oleh bank-bank umum tetapi dialami juga oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR merupakan salah satu dari dua jenis bank yang ada di Indonesia seperti yang dimaksudkan dalam Undangundang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang keberadaannya diharapkan mampu
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil baik di pedesaan ataupun di perkotaan. Langkah strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja bank adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank. Kinerja yang baik suatu bank diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri atau sistem perbankan secara keseluruhan. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolak ukur kesehatan bank tersebut. Secara intuituf dapat dikatakan bahwa bank yang sehat akan mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat serta akan terhindar dari kondisi bermasalah. Menyadari pentingnya kesehatan suatu bank bagi nasabah, maka dirasa perlu untuk melakukan pemeliharaan kesehatan bank yang antara lain mencakup pemeliharaan likuiditas sehingga dapat memenuhi kewajiban pada nasabah yang menarik simpanannya sewaktu-waktu. Arti penting itu ditunjukkan oleh berbagai evaluasi pengukuran atau penelitian yang dilakukan oleh majalah khusus perbankan maupun penelitian ilmiah akademis. Pada umumnya penelitian sebelumnya mengacu pada variabel CAMEL yang diproksikan dalam berbagai rasio keuangan perbankan, misalnya Lusiana dan Winny (2005) meneliti rasio CAMEL terhadap kondisi bermasalah lembaga perbankan. Penelitiannya menghasilkan bahwa dari 11 rasio keuangan CAMEL yang digunakan yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, rasio yang memiliki perbedaan signifikan antara bank‐bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000‐2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAP, ROA, NIM, BOPO. Rasio yang berpengaruh signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap prediksi kondisi bermasalah bank‐bank swasta nasional di Indonesia adalah rasio CAR dan BOPO Hasil penilaian kinerja sebuah bank yang diukur dengan menggunakan alat analisis CAMEL dapat dimanfaatkan secara langsung baik oleh pemilik modal, pengelola ataupun masyarakat. Hasil penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik modal dalam menanamkan modalnya dan dapat dijadikan informasi penting bagi pengelola dalam menyusun langkah-langkah operasional pengembangan usahanya. Bagi masyarakat, informasi tentang kinerja bank dapat menjadi acuan dalam memilih perusahaan perbankan untuk memenuhi kebutuhan akan jasa keuangan. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai menggunakan beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang sering dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank, seperti penelitian untuk evaluasi dan pemeringkatan kesehatan bank yang dilakukan oleh Majalah Perbankan Investor (Edisi 101, 27 Mei – 7 Juni 2004) menggunakan variabel, CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), LDR (Loan to Debt Ratio), Rasio Tabungan, Rasio Pendapatan Bunga dan Pendapatan Non Bunga Bersih, Pertumbuhan Laba, Pertumbuhan Kredit, dan Rasio Utilisasi Kredit. Analisis rasio keuangan memungkinkan pihak manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan dapat
Universitas Sumatera Utara
membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang (Lusiana dan Winny 2005). Informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan pemakai laporan keuangan lain dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan termasuk bank perkreditan rakyat (BPR). Penilaian kinerja perusahaan umumnya menggunakan 5 (lima) aspek penilaian, yaitu Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan Liquidity (CAMEL). Lima aspek CAMEL tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan (Mas’Ud, 1994). Namun dalam penelitian ini hanya melihat penilaian kinerja dalam 4 (empat) aspek yaitu CAEL dengan alasan bahwa unsur manajemen tidak dimasukkan menjadi variabel karena nilai manajemen dari masing-masing objek penelitian (BPR) tidak dapat diperoleh berhubung karena data nilai manajemen sangat rahasia. Segala kriteria penilaian kinerja keuangan bank yang berpegang pada prinsip prudential banking, pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan bank. Pendekatan kuantitatif tersebut dilakukan dengan penilaian terhadap perhitungan rasio keuangan. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat
Universitas Sumatera Utara
dalam menilai kinerja keuangan bank yang bersangkutan (Etty dan Titik 2000). Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam memperoleh laba adalah Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Bank Indonesia (2006) meyebutkan bahwa Bank Perkreditan Rakyat harus memiliki sedikitnya 2 (dua) orang komisaris. Fungsi dewan komisaris utamanya adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan seluruh operasional BPR, apakah sudah sesuai dengan seluruh peraturan yang berlaku baik peraturan intern maupun peraturan ekstern termasuk peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu anggota dewan komisaris diharapkan harus terdiri dari komisaris independen agar dalam menjalankan tugas dan fungsinya bebas dari conflict of interest. Hal ini sangat diperlukan agar dewan komisaris dapat bertindak tegas dalam melakukan pengawasan dalam setiap pelaksanaan operasional BPR.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari rasio-rasio CAEL seperti : Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Total Asset, Return On Asset (ROA), Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Ratio (CR) secara parsial dan simultan terhadap prediksi kondisi bermasalah Bank Perkreditan Rakyat?
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah Dewan Komisaris yang yang independen dapat memoderasi hubungan antara rasio-rasio CAEL seperti : Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Rasio Penyisihan
Penghapusan Aktiva
Produktif terhadap Total Asset, Return On Asset (ROA), Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Ratio (CR) terhadap prediksi kondisi bermasalah Bank Perkreditan Rakyat?
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh rasiorasio CAEL seperti : Capital Adequacy Ratio
(CAR), Kualitas Aktiva
Produktif (KAP), Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Total Asset, Return On Asset (ROA), Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Ratio (CR) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap prediksi kondisi bermasalah Bank Perkreditan Rakyat 2. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang Dewan Komisaris yang independen dalam memoderasi hubungan pengaruh rasio-rasio CAEL seperti : Capital Adequacy Ratio (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap Total Asset, Return On Asset (ROA), Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Cash Ratio (CR)
terhadap
prediksi kondisi bermasalah Bank Perkreditan Rakyat.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi pihak manajemen Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan operasional Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam rangka meningkatkan tingkat kesehatan (TKS) BPR. 2. Bagi peneliti sendiri dapat digunakan sebagai pembanding hasil riset penelitian yang berkaitan dengan prediksi kebangkrutan pada perbankan. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan prediksi kebangkrutan perbankan melalui rasio keuangan.
1.5. Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Winny (2005) yang menganalisis pengaruh Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000 – 2002. Dalam penelitian Luciana dan Winny (2005), rasio CAMEL terdiri dari 11 rasio keuangan yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel pemoderasi dimana dalam penelitian ini terdapat 1 (satu) variabel pemoderasi yaitu komisaris independen, perbedaan lain penelitian ini adalah jenis lembaga perbankan, periode waktu penelitian, dan tempat penelitian. Pada penelitian Luciana dan Winny (2005) lembaga perbankan yang diteliti adalah bank umum, sedangkan pada penelitian ini lembaga perbankan yang diteliti adalah BPR. Periode waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 dan tempat
Universitas Sumatera Utara
penelitian dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Sumatera Utara. Pada penelitian ini rasio CAMEL yang diteliti adalah CAR, KAP, PPAP, ROA, BOPO, LDR dan CR. Hal ini dilakukan sesuai dengan penilaian Tingkat Kesehatan (TKS) BPR oleh Bank Indonesia dinilai berdasarkan rasio tersebut ditambah dengan nilai Manajemen. Dalam penelitian ini unsur manajemen tidak dimasukkan menjadi variabel karena nilai manajemen dari masing-masing objek penelitian (BPR) tidak dapat diperoleh berhubung karena data nilai manajemen sangat rahasia.
Universitas Sumatera Utara