BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial
maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Dibangunnya sebuah perusahaan mempunyai tujuan yang jelas, selain diharapkan mampu bertahan dan dapat beroperasi secara terus menerus tentunya untuk mencapai keuntungan yang maksimal,
kemakmuran
pemilik
perusahaan
atau
pemegang
saham
dan
memaksimalkan nilai perusahaan. Fama (1987) menyebutkan bahwa nilai perusahaan akan tercermin dalam harga saham perusahaan. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi merupakan keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Hermuningsih, 2013). Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Menurut Firdausi (2014) menyatakan investor datang ke pasar dengan berbagai filosofi. Beberapa investor membeli saham sebelum penutupan pasar, sementara yang lain percaya dalam memilih saham didasarkan pada pertumbuhan dan masa depan akan berpotensi pada penghasilan. Beberapa investor
1
berinvestasi untuk keuntungan jangka pendek dan untuk keuntungan jangka panjang lainnya. Salah satu yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah struktur modal perusahaan. Menurut Yuliana, dkk. (2013) struktur modal diperlukan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena penetapan struktur modal dalam kebijakan pedanaan perusahaan menentukan profitabilitas perusahaan. Pemilik struktur modal yang baik pada perusahaan adalah penting. Perbandingan modal pinjaman dengan modal sendiri haruslah tepat karena perbandingan tersebut akan berakibat langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Perkembangan kondisi perekonomian yang semakin pesat dan adanya persaingan yang semakin tajam dalam pasar global merupakan suatu tantangan dan peluang bagi perusahaan untuk melakukan perkembangan usahanya. Sebagai upaya untuk mengembangkan tersebut, maka perusahaan memerlukan adanya suatu kebijakan pendanaan yang tepat untuk memenuhi kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan keputusan yang penting mengingat keputusan tersebut berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan nanti. Secara umum terdapat dua bentuk sumber pendanaan pada perusahaan yaitu sumber pendanaan internal dan eksternal. Sumber pendanaan internal yaitu suatu dana yang berasal dari dalam perusahaan yaitu modal sendiri, laba ditahan. Modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan berasal dari sumber dana yang diperoleh dari usaha perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan, akan tetapi seiring dengan perkembangan ekonomi serta adanya tuntutan perkembangan usaha, dana yang berasal dari dari
2
dalam perusahaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dituntut untuk berusaha mencari lagi tambahan dana yang berasal dari sumber pendanaan eksternal. Pemenuhan kebutuhan dana secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan hutang (debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang diperoleh melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri berasal dari emisi atau penerbitan saham. Pengembangan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Apabila manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin agar harga saham meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer dapat menggunakan hutang lebih banyak, sebagai sinyal yang lebih dapat dipercaya dan hal ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik, dengan demikian hutang merupakan tanda atau sinyal positif. Menurut Hamidy (2014) struktur modal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan hutang yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkatkan harga saham dari perusahaan, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan meningkat, ini dikarenakan hutang pada perusahaan sampel masih berada dibawah titik
optimalnya.
Menurut
Klimenok
(2014)
dalam
penelitiannya
telah
mengungkapkan dua faktor yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap nilai
3
pasar saham perusahaan minyak, yaitu ukuran dan nilai penggunaan hutang dalam struktur modal. Sedangkan menurut Meythi (2012) struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut Hermuningsih (2013) struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio leverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal perusahaan. Struktur modal dapat dinyatakan dalam Debt to Equity Ratio (DER). Nilai perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh struktur modal saja melainkan ada faktor lainnya yang dapat memengaruhi nilai perusahaan melalui profitabilitas. Menurut Dewi (2013) nilai perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Agustina (2012) para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return yang terdiri dari yield dan capital gain. Menurut Maria (2013) laba merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan karena penilaian prestasi perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Nilai ROA yang tinggi merupakan sinyal positif bagi investor untuk memprediksi bahwa perusahaan dikemudian hari dalam kondisi yang menguntungkan. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Jadi dalam penelitian ini tingkat profitabilitas digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
4
Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan Yuniasih dan Wirakusuma (2009), Syarifa (2013) dan Dinata (2013) menemukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Astiari (2014) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara profitabilitas yang diproksikan dengan ROA terhadap CSR dan nilai perusahaan begitu pula hasil dari Wibowo (2011) menemukan profitabilitas yang diproksikan melalui return on assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian yang tidak konsisten menunjukkan adanya faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan struktur modal dan ROA terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu ditambahkan kepemilikan manajerial sebagai variabel pemoderasi yang diduga
mampu
memperkuat
atau
memperlemah
hubungan
tersebut.
Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme GCG, kepemilikan manajerial oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan (Jensen dan Mekling, 1976). GCG muncul dan berkembang dari teori keagenan, yang menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Teori keagenan menjelaskan bahwa terdapat asimetri informasi antara manajer (agen) dengan pemilik atau pemegang saham (principal). Manajemen (agent) mempunyai informasi lebih daripada pemilik atau pemegang saham (principal). (Jensen dan Meckling, 1976) menyatakan bahwa perbedaan kepentingan antara manajer dan pemilik atau pemegang saham akan memicu adanya konflik keagenan.
5
Konflik keagenan dapat diminimalkan melalui sistem pengawasan yang mampu menyamakan kepentingan antara agen dan principal, diantaranya dengan peningkatan struktur pendanaan perusahaan melalui hutang dan peningkatan kepemilikan saham oleh manajemen (Samisi, 2013). Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba (Rahayu, 2010). Informasi tentang industri property Indonesia tahun 2011 terus menunjukkan tren positif. Fundamental ekonomi domestik yang membaik, demand yang terus meningkat, di dukung oleh sumber pembiayaan yang semakin berkembang serta kebijakan pemerintah yang kondusif diperkirakan mampu mendorong perkembangan industri property Indonesia dalam 3 tahun kedepan. Ditunjukkan dalam Tabel 1.1.
6
Tabel 1.1 Pertumbuhan IHPR, IHK, dan IHSG (%yoy)
Sumber : BI, BPS, dan BEI (data diolah), 2015 Perkembangan IHPR, IHK subkelompok biaya tempat tinggal dan IHSG sektor
property.
Kenaikan
Indeks
Harga
Property
Residensial
(IHPR)
mengindikasikan pergerakan yang searah dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) BPS sub kelompok biaya tempat tinggal (r=0,45). IHK-BPS pada Triwulan III2011 naik sebesar 0,96% searah dengan kenaikan IHPR yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,48%. Disisi lain pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sektor property tidak selalu bergerak searah dengan kedua indeks tersebut. Sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor property dari Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB), dana dari pasar modal ini proporsinya relatif masih kecil. Dimana hanya beberapa pengembang besar yang merupakan perusahaan go public, menjual
7
sahamnya dibursa saham. Meskipun tidak selalu searah, IHSG property pasca krisis ekonomi tahun 2008 menunjukkan tren yang meningkat, searah dengan pergerakan IHPR dan IHK. Perusahaan di sektor property dan real estate memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang. Saham-saham sektor property dan real estate juga yang dinilai tahan krisis seperti yang terjadi di tahun 2008 di Eropa dan Amerika dan Indonesia seolah tidak terpengaruh dengan krisis ekonomi tersebut. Walaupun demikian penggunaan hutang diperusahaan yang proporsinya lebih besar dari modal sendiri juga akan menjadi perhatian investor dan tentunya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilias Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 2) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 3) Apakah kepemilikan manajerial memoderasi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan? 4) Apakah kepemilikan manajerial memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan?
8
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. 2) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 3) Untuk mengetahui kemampuan kepemilikan manajerial memoderasi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. 4) Untuk mengetahui kemampuan kepemilikan manajerial memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 1.4
Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang
telah disampaikan, kegunaan dari penelitian ini adalah : 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang lebih luas mengenai pengaruh struktur modal, Return On Assets dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak investor sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan investasi serta memahami
9
mengenai pengaruh struktur modal, Return On Assets dan kepemilikan manajerial dalam meningkatkan nilai perusahaan. 1.5
Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan mengenai landasan teori penelitian yaitu, teori keagenan, teori pensinyalan, struktur modal, profitabilitas, kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Selain itu, akan dibahas juga rumusan hipotesis penelitian. Bab 3 Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, serta teknik analisis data. Bab 4 Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum daerah atau wilayah penelitian, deskripsi data hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Bab 5 Simpulan dan Saran
10
Bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
11