BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah sakit adalah dokter. Dokter adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Aditama, 2004). Menurut WHO (1957) Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif. Rumah sakit menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, selain itu merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. Fungsi rumah sakit juga merupakan pusat pelayanan rujukan medis spesialistik
dan
subspesialistik
dengan
fungsi
utama
menyediakan
dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitasi pasien (Depkes RI, 2007). Sesuai dengan fungsi utamanya tersebut perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga rumah sakit mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan efektif dan efisien (Ilyas, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat antara lain pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, rehabilitasi medis dan pelayanan keperawatan. Pelayanan administrasi mencakup segala sistem administrasi pegawai maupun data-data tentang pasien rumah sakit (Muninjaya, 2004). Pelayanan administrasi memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang berperan penting dalam pelayanan administrasi adalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia sebagai garis depan dalam suksesnya sebuah organisasi. Dessler dan Gary (1994) juga menjelaskan bahwa keberhasilan suatu institusi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu sumber daya manusia dan sarana prasarana pendukung. Dari kedua faktor utama tersebut sumber daya manusia lebih penting daripada sarana prasarana pendukung. Selengkap apapun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa adanya SDM yang memadai, baik kuantitas maupun kualitas, maka organisasi tersebut dapat berhasil mewujudkan visi, misi dan tujuan. Kualitas sumber daya manusia tersebut diukur dari kinerja karyawan atau produktifitas (Dessler, 1994). Peranan administrasi rumah sakit dalam industri jasa kesehatan dikelola oleh seorang atau sekelompok orang yang disebut pemimpin. Pemimpin dan manajer diharapkan
mampu
menanggapi kebutuhan dan harapan pasien dan mampu
mengambil keputusan yang tepat, mengutamakan pelayanan yang aman melalui kajian terhadap permasalahan yang ada dan mengupayakan intervensi yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan sehingga tercapai pelayanan yang optimal. Kepemimpinan merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh manajer rumah sakit agar dapat menjalankan organisasi (Astaqauliya, 2008). Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsurunsur di dalam kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Sehingga pemimpin dapat meningkatkan kinerja agar tercapainya hasil kerja dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pemberian imbalan jasa akan meningkatkan kinerja, maka jika instansi ingin meningkatkan kinerja harus menambah imbalan jasa yang diterima (Nugroho, 2004). Peran kepemimpinan yang sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan organisasi. Menurut Bass dalam Menon (2002) bahwa kualitas pemimpin dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi, keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasa dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Pemimpin memegang peranan penting dalam memformulasikan dan mengimplementasikan strategi organisasi (Su’ud, 2000). Menurut Jiun (2005) menjadi tugas dari manajemen rumah sakit untuk meningkatkan jumlah pasien dan meningkatkan kepercayaan untuk berobat, sehingga rumah sakit akan mendapatkan profit untuk bisa bertahan dalam kondisi perekonomian yang selalu berfluktuasi. Menurut Hardiman (2003), sistem pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan di Indonesia belum optimal, rumah sakit belum mampu menjamin mutu pelayanan kesehatan, misalnya dokter sering terlambat datang sehingga pasien harus menunggu lama untuk mendapat pelayanan, rumah sakit tidak menyediakan ruang tunggu yang nyaman, belum adanya kontinuitas pelayanan, belum dapat menjamin waktu penyerahan obat serta belum mampu membuat sistem peresepan on line. Masih banyak rumah sakit yang belum consumer oriented, belum memberikan kemudahan akses pelayanan bagi pasien. Hal tersebut membuktikan bahwa kepuasan pasien hanya dapat dicapai jika pihak rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien. Kinerja dokter tidak lepas dari peran pemimpin, menurut Bass dan Avolio (1990), peran kepemimpinan dalam memberikan kontribusi pada karyawan untuk pencapaian kinerja yang optimal dilakukan melalui lima cara yaitu: (1) pemimpin mengklarifikasi apa yang diharapkan dari karyawan, secara khusus tujuan dan sasaran dari kinerja dokter, (2) pemimpin menjelaskan bagaimana memenuhi harapan tersebut, (3) pemimpin mengemukakan kriteria dalam melakukan evaluasi dari kinerja secara efektif, (4) pemimpin memberikan umpan balik ketika karyawan telah mencapai sasaran, dan (5) pemimpin mengalokasikan imbalan berdasarkan hasil yang telah mereka capai. Assad (2002) menyatakan pemberian insentif sebagai suatu pemberian atau penghargaan yang diberikan oleh organisasi pada individu atau kelompok kerja yang menunjukkan kinerja yang baik di luar ketentuan pengupahan yang umum. Insentif
Universitas Sumatera Utara
lebih dikenal memiliki kaitan langsung dengan materi tetapi secara umum pemberian yang bersifat non material disebut sebagai reward. Menurut Gibson dalam Ilyas (2001) faktor-faktor yang memengaruhi imbalan jasa terhadap kinerja langsung ataupun tidak langsung yang menentukan tinggi rendahnya imbalan jasa antara lain kondisi pasar yang dapat dikatakan tidak stabil, harga bahan-bahan makanan dan biaya hidup sangat tinggi, hal ini sangat memengaruhi kehidupan banyak orang. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja dokter yaitu faktor individu, psikologi dan organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang demografis,
faktor psikologi
terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Faktor organisasi berdampak tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan dan struktur. Jadi imbalan jasa merupakan faktor penting yang memengaruhi karyawan bekerja pada suatu perusahaan dan bukan pada perusahaan lain. Rumah Sakit Advent Medan merupakan rumah sakit swasta yang berdiri sejak tahun 1969, letak Rumah Sakit Advent Medan berada di tengah kota. Dalam perkembangannya Rumah Sakit Advent Medan memiliki angka kunjungan yang tidak stabil. Hasil survei pendahuluan menggambarkan keberadaan Rumah Sakit Advent Medan, sebagai sarana pelayanan berdasarkan kinerja rumah sakit yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Gambaran Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Advent Medan Tahun 2009-2011 No.
Indikator
2009
2010
2011
1. BOR 50,28 54,17 56,88 2. LOS 3,53 4,26 4,47 3. TOI/ Hari 3,9 3,19 3,03 4. BTO/ Kali 49,3 52,53 55,16 Sumber: Rekam Medis Rumah Sakit Advent Medan Tahun 2011
Standar Depkes 60-80 % 6-9 1-3 40-60
Berdasarkan Tabel 1.1. diketahui bahwa penggunaan tempat tidur Bed Occupation Ratio (BOR) sebagai indikator utama kinerja rumah sakit, yang menunjukkan jumlah pasien yang memanfaatkan rumah sakit masih jauh dari standar yang telah ditetapkan Depkes RI (2008), yaitu 60 – 80 %. Rata-rata lama perawatan pasien length of Stay (LOS) adalah 4,47, angka ini masih di bawah standar yaitu 6-9 hari. Untuk interval pemakaian tempat tidur Turn Over Interval (TOI) dan frekuensi pemakaian tempat tidur dari saat kosong sampai terisi pasien Bed Turn Over (BTO) sudah mencapai standar Depkes RI. Indikator kinerja rumah sakit seperti BOR dan LOS masih di bawah standar Depkes RI hal ini secara langsung berkaitan dengan kinerja SDM yang ada di rumah sakit khususnya dokter yang ada di Rumah Sakit Advent Medan. Kondisi performa jam pelayanan di Rumah Sakit Advent Medan untuk melayani kebutuhan manajemen dan melayani pasien, diasumsikan membuat peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Advent Medan jadi tersendat. Kurangnya peningkatan mutu dengan sendirinya menurunkan citra pelayanan. Persepsi terhadap turunnya mutu pelayanan oleh pasien. Bila penurunan terus bertahan, maka
Universitas Sumatera Utara
diperkirakan akan terjadi penurunan pendapatan uang (cash) yang diterima Rumah Sakit Advent Medan. Berkurangnya uang (cash) ekstra, selanjutnya mengurangi kecukupan biaya, termasuk untuk membayar dokter umum dan spesialis, dan bila kondisi ini tidak segera ditanggulangi. Jadi ada kemungkinan kuat bahwa faktor kurangnya biaya atau tersendatnya jadwal pembayaran upah dokter umum dan spesialis. Sesuai Standar Operational Procedur (SOP) Rumah Sakit Advent Medan yaitu dokter dipekerjakan terutama untuk pelayanan medis di rumah sakit. Dokter dituntut memiliki sejumlah jam kerja minimal, ketepatan waktu hadir terutama bila ada emergency, ketaatan pengisian rekam medik, ketaatan meresepkan obat generik, melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar prosedur kerja Rumah Sakit Advent Medan serta keaktifan berpartisipasi dalam manajemen non profesi. Keenam hal tersebut menjadi domain pengukuran kinerja (performa). Kinerja dokter Rumah Sakit Advent Medan masih kurang memenuhi standar, yaitu kurang memperhatikan jadwal jam pelayanan dan disiplin ketepatan waktu hadir, serta kekurangsiapan dalam melaksanakan ketentuan standar peresepan obat generik di Rumah Sakit Advent Medan serta partisipasi di dalam kegiatan manajemen non spesialistik Rumah Sakit Advent Medan mempunyai tiga jenis fasilitas pelayanan dasar. Tenaga medis yang bekerja terdiri dari dokter tetap dan dokter honor, untuk tenaga dokter dibuat sistem honor berdasarkan banyaknya pasien dilayani dan menerima insentif 10% dari setiap rujukan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil survei pendahuluan peneliti melakukan wawancara kepada sepuluh (10) orang dokter di Rumah Sakit Advent Medan, didapatkan keluhan dari dokter pada sistem pemberian insentif yang terlambat diberikan oleh pihak rumah sakit. Pemberian insentif tidak diberikan langsung per bulan melainkan diberikan setelah beberapa bulan kemudian, sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 1.2 bahwa ada dokter melakukan tindakan pada tanggal 14 juni 2011 dan dibayar oleh pihak rumah sakit pada tanggal 19 Agustus 2011. Tabel 1.2. Tanggal Penerimaan Insentif Dokter RSU Advent Medan No. Tanggal Tindakan 1. 14 Juni 2011 2. 22 Juni 2011 3. 2 Agustus 2011 4. 12 Agustus 2011 5. 12 September 2011 Sumber: Bagian Keuangan RSU Advent Medan
Tanggal Penerimaan Insentif 19 Agustus 2011 25 September 2011 12 November 2011 21 Oktober 2011 5 Desember 2011
Gangguan terhadap kecukupan biaya secara potensial dapat mengganggu kelancaran pembayaran jasa pada kelompok petugas pelayanan terutama dokter. Masalah pembayaran uang jasa atau honor pada dokter dapat terjadi karena kekurangan dana kas operasional pada waktu tertentu. Sebenarnya belum jelas kalau masalah ketidaklancaran pembayaran uang jasa telah menjadi penyebab turunnya kualitas pelayanan dokter. Fakta yang ada menunjukkan bahwa kebanyakan tugastugas pelayanan di rumah sakit yang dibebankan pada dokter terkait terutama dengan menurunnya kesiapan dokter tepat dan cukup waktu berada di Rumah Sakit Advent Medan khususnya dokter spesialis.
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan yang ada di Rumah Sakit Advent Medan dipimpin oleh seorang direktur rumah sakit yang membawahi 58 dokter umum dan spesialis yang membutuhkan kepemimpinan yang baik sehingga Rumah Sakit Advent Medan dapat menciptakan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Pada saat ini Rumah Sakit Advent Medan baru mengalami pertukaran direktur rumah sakit, setelah pergantian direktur lama dengan masa kerja tiga tahun. Keluhan dari karyawan dan dokter di Rumah Sakit Advent Medan dengan kepemimpinan pada masa direktur sebelum pergantian yaitu berdasarkan pimpinan dalam fungsi interpersonal kurang menjalankan fungsinya untuk memotivasi serta mendorong anggotanya untuk mencapai tujuan, pimpinan selalu menuntut pekerjaan untuk cepat selesai tetapi pimpinan sendiri tidak mau melihat kondisi sebenarnya di lapangan, pimpinan dalam fungsi informasional seperti, setiap masalah kecil dibuat pimpinan menjadi besar, pimpinan kurang melakukan pengamatan dan pemeriksaan kepada anggotanya serta pimpinan sebagai fungsi pembuat keputusan pemimpin kurang mendengarkan aspirasi bawahan sistem pembagian upah jasa medis yang kurang merata. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulkhairi (2010) bahwa faktor individu, psikologis dan organisasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja dokter spesialis di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, faktor organisasi tersebut berupa kepemimpinan dan insentif dokter. Menurut Gibson (1999) kinerja seseorang dipengaruhi oleh tiga kelompok variabel yaitu: 1) variabel individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang,
Universitas Sumatera Utara
dan demografi), 2) variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan disain pekerjaan), 3) variabel psikologi (persepsi, sikap, kepribadian, kepuasan kerja dan motivasi). Ketiga variabel tersebut memengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personel, sedangkan Ostroff (1992) menyatakan bahwa gaya dan sikap kepemimpinan adalah salah satu yang memengaruhi kepuasan kerja, dan memengaruhi komitmen organisasi. Selain itu menurut Mintzberg dalam Alimuddin (2002), berdasarkan studi observasi yang dilakukan secara langsung, membagi tiga jenis fungsi pemimpin atau manajer antara lain fungsi interpersonal (The Interpersonal Roles) yaitu fungsi interpersonal dapat ditingkatkan melalui jabatan formal yang dimiliki oleh seorang pemimpin dan antara pemimpin dengan orang lain, fungsi informasional (The Informational Roles) yaitu pemimpin harus menghabiskan banyak waktu dalam urusan menerima dan menyebarkan informasi dan fungsi pembuat keputusan (The Decisional Roles). Berdasarkan latar belakang maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan dan insentif terhadap kinerja dokter di Rumah Sakit Advent Medan.
1.2.
Permasalahan Permasalahan dalam penelitian yaitu apakah ada pengaruh kepemimpinan dan
insentif terhadap kinerja dokter di Rumah Sakit Advent Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan
dan insentif terhadap kinerja dokter di Rumah Sakit Advent Medan.
1.4.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian yaitu pengaruh kepemimpinan dan insentif
terhadap kinerja dokter di Rumah Sakit Advent Medan.
1.5.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Rumah Sakit Advent Medan sebagai bahan pertimbangan dalam membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga dokter. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit khususnya tentang kinerja sehingga dapat dilakukan langkah-langkah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang berkenaan dengan penelitian ini untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian berbeda. 4. Sebagai bahan masukan dalam khasanah ilmu pengetahuan tentang administrasi rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara