BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan untuk usaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah.Lembaga keuangan mikro yang berbasis Syariah atau yang disingkat LKMS merupakan sebuah realitas yang telah berkembang di Indonesia.Sejak awal 1992, sebelum Bank Muamalat berdiri telah mulai dikenal Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang bernama dariBaitul Maal wa Tamwil (BMT).1 BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secara harfiah/ lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tanwil berarti rumah usaha.Dari pengertian diatas maka dapat ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari definisi baitul tanwil. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahannya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan yakni menghimpun
dana
anggota
dan
calon
anggota
(nasabah)
serta
menyalurkannya pada sektor ekonomi yang halal dan menguntungakan.2
1
Baihaqi Abdul Majid,dkk, Pedoman Pendirian, Pembinaan, dan Pengawasan LKM BMT. (Jakarta: LAZNAS BMT, 2007), hlm. 6 2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta:UII Press,2004), hlm. 126-127
1
2
Selain itu, BMT juga melakukan kegiatan pembiayaan dalam usahanya. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti BMT kepada nasabah.3Salah satu pembiayaan yang dilakukan oleh BMT yaitu pembiayan dengan akad sewa menyewa, salah satu pembiayaan dengan akad sewa menyewa adalah pembiayaan ijarah. Kata ijarah berasal dari kata al-‘Ajr yang berarti kompensasi, pertimbangan, imbalan, atau counter value. Ijarah berarti lease contract dan juga berarti hire contract. Dalam konteks Perbankan Syariah, ijarah adalah suatu lease contract di mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment), sebuah bangunan, barang-barang seperti mesin-mesin, pesawat terbang, dan lain-lain kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya sewa yang sudah ditentukan sebelumnya secara pasti.4 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000 tentang pembiayaan ijarah, yang dimaksud dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
3
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKP, 2002), hlm.260 Sutan Remi Sjahdaini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 263-264 4
3
kepemilikan barang itu sendiri.5Dengan demikian, dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. Landasan Syariah yang mendasari adanya akad ijarah, sebagai berikut:6 Qs. Al-Baqarah:233
سلَّ ْمتُم َّمآ َءاتَ ْيتُم ْ ََوإِنْ أَ َر ْدتُ ْم أَن ت َ اح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َ َض ُعوا أَ ْوالَ َد ُك ْم فَالَ ُجن ِ ست َْر صي ُر ِ َوف َواتَّقُوا هللاَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ هللاَ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب ِ بِا ْل َم ْع ُر Artinya: “… dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Al-Baqarah : 233)
Perbedaan karakteristik dari masing-masing pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat memunculkan berbagai risiko yang satu sama lainnya akan berbeda pula, seperti halnya pada pembiayaan dengan akad ijarah. Dalam hal perjanjian dengan akad ijarah, risiko mengenai barang yang dijadikan objek perjanjian sewa-menyewa dipikul oleh sipemilik barang (mu’ajir), sebab si penyewa hanya menguasai untuk mengambil manfaat dari barang yang disewakan atau dengan kata lain pihak penyewa hanya berhak atas manfaat dari barang atau benda saja,
5
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.Lihat dalam Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama, 2001, DSN-MUI, BI, hlm.55. 6 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1993), hlm.29
4
sedangkan hak atas bendanya masih tetap berada pada pihak yang menyewakan. Jadi apabila terjadi kerusakan terhadap barang yang menjadi objek perjanjian sewa-menyewa, maka menjadi tanggung jawab pemilik sepenuhnya.Si
penyewa
tidak
mempunyai
kewajiban
untuk
memperbaikinya, kecuali apabila kerusakan barang itu dilakukan dengan sengaja, atau dalam pemakaian barang yang disewakannya, kurang pemeliharaan (sebagaimana lazimnya pemeliharaan barang seperti itu).7 Tabel 1.1 Non Performance Finance Pembiayaan Ijarah (Pugar Griya dan Pijar Investa)8 Tahun
NPF
2012
1,16 %
2013
1,26 %
2014
0,6 %
Keterangan dari bapak Bowo selaku bagian remidial
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah NPF untuk pembiayaan ijarah tahun 2012 sebanyak 1,16 %, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan NPF sebanyak 1,26 %, namun padatahun 2014 BMT mampu menangani pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah sehingga NPF mengalami penurunan menjadi 0,6 %. Pembiayaan Pugar Griya merupakan pembiayaan dengan prinsip ijarah (sewa), yaitu pembiayaan untuk mewujudkan rumah impian, mewujudkan hunian nasabah lebih indah dan menentramkan. Sedangkan 7
Choiruman Pasaribu dan Surahwadi K.Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), hlm. 55. 8 Wawancara dengan bapak Bowo selaku bagian Remidial, tanggal 12 Agustus 2015, pukul 16.00 WIB.
5
Pijar Investa merupakan pembiayan dengan akad sewa (ijarah) untuk pengembangan usaha berupa sewa ruko atau tokoh, sewa rumah, sewa mesin, alat- alat berat atau peralatan usaha, sewa kendaraan, dan sewa bangunan.9Dengan adanya pembiayaan pugar griya dan pijar investa memberikan manfaat bagi masyarakat/nasabah yang membutuhkan pembiayaan dengan akad sewa (ijarah). Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT BAHTERA yang beralamat di Jl. Dr Sutomo Mega Grosir MM Blok A 10 Pekalongan penulis pilih untuk menjadi objek penelitian dengan alasan bahwa KJKS BMT BAHTERA menerapkan pembiayaan dengan akad ijarah yaitu pada produk Pugar Griya dan Pijar Investa. Penulis memilih pembiayaan dengan akad ijarah sebab, dalam ijarah tidak hanya barang yang dapat menjadi objek ijarah tetapi juga jasa.Selain itu, tidak terjadi perubahan kepemilikan atas objek ijarah, tetapi hanya terjadi perpindahan hak pakai dari pemilik yang menyewakan barang atau jasa kepada penyewa. Meskipun secara konsep cukup sederhana, namun dalam aplikasinya ijarah juga memiliki risiko-risiko yang terdapat dalam pembiayaan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menangani risiko yang menyebabkan pembiayaan bermasalah. Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Ijarah Di KJKS BMT BAHTERA Pekalongan”
9
Brosur KJKS BMT Bahtera Pekalongan
6
B. Rumusan Masalah 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pembiayaan ijarah bermasalah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan? 2. Bagaimana
upaya
penanganan
pembiayaan
bermasalah
pada
pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan?
C. Penegasan Istilah Agar pembahasan dan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini lebih terarah dan jelas perlu mendapatkan penjelasan maupun penjabaran lebih lanjut mengenai beberapa istilah berikut : 1. Upaya Yaitu suatu usahauntuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. 2. Pembiayaan Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti BMT kepada nasabah.10
10
Muhammad, Op.Cit, hlm. 260
7
3. Pembiayaan Bermasalah Yaitu pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah.11 4. Ijarah Ijarah menurut bahasa berarti “upah”atau “ganti” atau “imbalan”. Dalam kitab-kitab fikih ijarah berarti ”sewa-menyewa”. Menurut M. Syafi’i Antonio (2001) ijarah yaitu pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/Milkiyyah) atas barang itu sendiri12. 5. BMT BMT merupakan kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tanwil. Secara harfiah/ lughowi baitul maal berarti rumah dana dan baitul tanwil berarti rumah usaha.
Dari pengertian diatas maka dapat ditarik suatu
pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial.13
11
Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm.123 12
Syafi’i Antonio,Bank Syariah:Dari Teori ke Praktik/Penulis, Muhammad Syafi’i Antonio;Penyunting,Dadi M.H.Basri, Farida R. Dewi, (Jakarta:Gema Insani Press ,2001), hlm.117 13 Muhammad Ridwan, Op.Cit,hlm. 126-127
8
6. KJKS BMT BAHTERA Pekalongan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Bahtera merupakan unit kegiatan simpan pinjam (KSU) Bina Sejahtera Pekalongan yang berbadan hukum koperasi, bergerak dalam bidang profit oriented (Baitul Tanwil) dan sosial (Baitul Maal).
Dari penegasan istilah mengenai upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan maka dapat disimpulkan bahwa dalam Tugas Akhir ini membahas mengenai suatu upaya untuk menangani pembiayaan yang bermasalah atau macet yang terdapat pada pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu : a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pembiayaan ijarah bermaslah di KJKS BMT Bahreta Pekalongan b. Untuk mengetahui upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahreta Pekalongan
9
2. Kegunaan Penelitian a. Secara Praktis 1) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi BMT dalam melakukan pembiayaan ijarah sehingga dapat meminimalisir terjadinya risiko pembiayaan bermasalah. 2) Memberikan tambahan wawasan pengetahuan yang lebih kepada para pembaca dan pertimbangan terkait dalam prosedur pembiayaan, khususnya pembiayaan ijarah. b. Secara Teoritis 1) Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penulisan serupa. 2) Dapat dijadikan sebagai literatur kepustakaan mengenai upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan.
E. Telaah Pustaka Untuk mendukung penelitian serta menghindari penelitian terhadap objek yang sama atau pengulangan terhadap suatu penelitian yang telah ada sebelumnya, maka penulis melakukan kajian riset sebelumnya, tentunya yang berkaitan dengan judul penelitian.
10
Pertama, penelitian terdahulu yang dilakukan Dewi Masitoh dengan judul “Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan”.14 Kedua, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosy Kustino dengan judul “Analisis Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan”.15 Ketiga, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Evi Munafisah dengan judul “Mekanisme Ijarah di BMT Syariah Muamalat Mandiri Comal”,16 Keempat, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Sukron dengan judul “Studi Atas Pengelolan Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Pembiayaan Mudharabah di BMT Mina Lana Kota Pekalongan”.17
14
Dewi Masitoh, Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010), TA, hlm.11 15 Rosy Kustino, Analisis Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2014), TA, hlm.15 16 Evi Munafisah, Mekanisme Ijarah di BMT Syariah Muamalat Mandiri Comal, (Pekalongan: STAIN, 2007), TA, hlm.7 17 M.Sukron, Studi Atas Pengelolan Pembiayaan Bermasalah pada Produk Pembiayaan Mudharabah di BMT Mina Lana Kota Pekalongan, (Pekalongan : STAIN, 2014), TA, hlm.15
11
Tabel 1.2 Tabel Riset Terdahulu Peneliti dan Metode Penelitian
Hasil
Perbedaan
Judul Penelitian Dewi Masitoh
Teknik pengumpulan UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan Penelitian yang dilakukan Dewi
Judul :
Data :
mempunyai
2
faktor
penyebab Masitoh
membahas
tentang
Mekanisme Penyelesaian
Observasi
terjadinya pembiayaan bermasalah, Mekanisme
Pembiayaan Bermasalah
Wawancara
yaitu faktor manajerial atau faktor Pembiayaan Bermasalah di UJKS
di UJKS BMT Mitra
Dokumentasi
yang ada di dalam perusahaan dan BMT
Umat Pekalongan
Analisis Data :
induktif
Umat
Pekalongan,
faktor yang disebabkan oleh bencana sedangkan penelitian yang dilakukan
Metode berfikir alam atau faktor di luar perusahaan. peneliti deduktif
Mitra
Penyelesaian
terkait
dengan
upaya
dan Upaya UJKS BMT Mitra Umat penanganan pembiayaan bermasalah Pekalongan pembiayaan
dalam
menyelesaikan pada
bermasalah
ada
pembiayaan
IMBT.
7 Perbedaanya terletak pada masalah
12
diantaranya melakukan peninjauan yang dibahas dan lokasi penelitian. langsung,memberikan
surat
pemberitahuan,
surat
pemberian
teguran, dan lain-lain.
Rosy Kustino
Teknik pengumpulan Kebijakan penyelesaian pembiayaan Penelitian yang dilakukan Rosy
Judul :
Data :
bermasalah
yang terdapat di BMT Kustino membahas tentang Analisis
Observasi
Citra
Penyelesaian
Wawancara
Pekalongan
Pembiayaan Bermasalah
Dokumentasi
menggunakan cadangan risiko (CR), Syariah Cabang Pekalongan,
Analisis
Kebijakan
Di BMT Citra Keuangan Analisis Data : Syariah Pekalongan
Cabang
Metode deskriptif
Keuangan
3R
Syariah adalah
yaitu
Cabang Kebijakan Penyelesaian Pembiayaan dengan Bermasalah di BMT Citra Keuangan
Rescheduling, sedangkan penelitian yang dilakukan
Recounditioning,
Restructuring. peneliti
terkait
dengan
upaya
Selain itu, untuk nasabah yang tidak penanganan pembiayaan bermasalah beitikad
baik
atas
pembiayaan pada
pembiayaan
Ijarah.
13
bermasalah
sudah
tidak
dapat Perbedaannya
diselamatkan dengan 3R, maka pihak terletak pada masalah yang dibahas, BMT memberikan kesempatan waktu lokasi penelitian. pelunasan dengan menjual barang jaminan
dibawah
tangan
atau
pengadilan Negeri melalui kantor pelayanan
kekayaan
Negara
dan
lelang (KPKNL). Adapun pendekatan yang dilakukan adalah melalui tahapan-tahapan kekeluargaan, seperti
pemberitahuan
telepon,
kunjungan
dan
melalui surat
peringatan 1-3 dan pendekatan lelang jaminan.
14
Evi Munafisah
Teknik pengumpulan Bahwa
Judul :
Data :
keberadaan
pembiayaan
Penelitian
ijarah di BMT Syariah Muamalat
Munafisah
yang
dilakukan
membahas
Evi
tentang
di
Observasi
Mandiri Comal dari tahun 2003-
Mekanisme Ijarah di BMT Syariah
BMT Syariah Muamalat
Interview
2005 mengalami kenaikan dan tahun
Muamalat
Mandiri
Mandiri Comal
Dokumentasi
2006 mengalami penurunan hal yang
sedangkan
penelitian
menyebabkan
dilakukan peneliti terkait dengan
Mekanisme
Ijarah
Analisis Data : Data dengan
menurunya
diolah pembiayaan ijarah adalah nasabah metode yang bermasalah. Namun tahun 2007
induktif
,pihak
BMT
berusaha
untuk
upaya
penanganan
bermasalah
pada
Comal yang
pembiayaan pembiayaan
Ijarah. Perbedaannya terletak pada
menangani pembiayaan tersebut agar
masalah
meningkat seperti tahun sebelumnya.
penelitian
M. Sukron
Teknik pengumpulan Penelitian ini menunjukan bahwa
Penelitian
Judul :
Data :
M.Sukron membahas tentang Studi
Studi Atas Pengelolan
Wawancara
dalam
melakukan
pengelolaan
pembiayaan bermasalah BMT Mina
Atas
yang
dibahas,
yang
Pengelolan
lokasi
dilakukan
Pembiayaan
15
Pembiayaan Bermasalah
Dokumentasi
Pada Produk Pembiayaan Analisis Data : Mudarabah Di BMT Mina Lana Kota Pekalongan
Lana menerapkan 2 tahapan, yaitu
Bermasalah
mengelompokkan
Pembiayaan Mudarabah Di BMT
kolektabilitas
Metode berfikir nasabah & melakukanpengelolaan induktif
Mina
Lana
Pada
Kota
Produk
Pekalongan,
pembiayaan mudarabah bermasalah
sedangkan
berdasarkan tingkat kolektabilitas
dilakukan peneliti terkait dengan
nasabah.Pengelolaan
upaya
meliputi
penjadwalan
tersebut kembali,
penelitian
penanganan
bermasalah
pada
yang
pembiayaan pembiayaan
persyaratan kembali, dan penataan
Ijarah. Perbedaannya terletak pada
kembali.
akad yang digunakan, dalam jarah sedangkan
penelitian
dengan akad Mudharabah.
terdahulu
16
F. Kerangka Teori 1. Pengertian Ijarah Salah satu produk penyaluran dana dari BMT kepada nasabah adalah pembiayaan yang berdasarkan perjanjian atau akad sewamenyewa (ijarah). Akad Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.18 Rukun dan Syarat Ijarah a. Sighat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik sewa verbal atau dalam bentuk lain. b. Pihak-pihak yang berakad (kontrak): terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa, penyewa/pengguna jasa. c. Objek akad sewa: manfaat barang dan sewa, atau manfaat jasa dan upah.19 2. Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan orang lain. 18
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),hlm. 349 19 Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah. Lihat dalam Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga, 2002), DSN-MUI, BI, hlm.94.
17
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti BMT kepada nasabah.20 Pembiayaan Bermasalah merupakan pembiayaan yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah.21
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan dalam penelitian Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.22 Dalam hal ini penelitian kualitatif digunakan untuk memahami
faktor
yang
menyebabkan
pembiayaan
ijarah
20
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKP, 2002), hlm.260 Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
21
hlm.123 22
Lexy, J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.6
18
bermasalah serta upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan. b. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yang artinya bahwa data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari study lapangan dengan cara mengamati, mencatat, dan mengumpulkan berbagai data dan informasi yang ada di lapangan.23 Informasi dalam penelitian ini mengenai upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan. 2. Sumber Data Sumber data adalah subjek dimana data-data diperoleh.Adapun yang menjadi sumber data adalah informan yaitu orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam Tugas Akhir ini untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan data sebagai berikut: a. Sumber Data Primer Sumber data primer yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari subyek atau pelaku sebagai sumber informasi yang dicari.24Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak-pihak terkait yang mengetahui tentang masalah yang sedang dibahas. Data primer diperoleh melalu observasi dan wawancara langsung 23 24
Saefudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.8 Ibid Saifudin Azwar, hlm. 5
19
di KJKS BMT Bantera Pekalongan pada tanggal 22 April, 6 Mei, 12 Agustus, 6 September serta bulan Oktober 2015 dengan datadata yang diperoleh berupa kata-kata, ucapan, tindakan
dari
pengguna akad ijarah serta masalah- masalah terkait dengan penggunaan akad ijarah. Mengenai pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah diperoleh melalui pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Bapak Ari Wibowo selaku bagian Remidial yang menangani pembiayaan bermasalah dan Bapak Isro’i S.Ag MM selaku Manajer Pemasaran di BMT Bahtera Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.25 Data ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari sumber data primer, yang bersumber dari buku-buku atau literatur lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang dimaksud disini adalah segala data yang diperoleh dari KJKS BMT Bahtera Pekalongan yang berupa brosur pembiayaan dengan akad ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan, modul panduan penyelesaian pembiayaan bermasalah, dimana secara tidak langsung berhubungan dengan persoalan fokus 25
Husein Umar, Research in Finance and Banking, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 82
20
penelitian, dan juga berupa buku-buku yang dianggap relevan dengan fokus penelitian. 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu di lakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) wawancarai
yang
mengajukan
(interviewee)
pertanyaan
dan
yang
yang
memberikan
jawaban
untuk
memperoleh
data,
di atas
pertanyaan itu.26 Dalam
metode
ini,
penulis
mengajukan sejumlah pertanyaan kepada karyawan KJKS BMT Bahtera Pekalongan yakni Bapak Isro’i selaku Manajer Pemasaran serta Bapak Ari Wibowo selaku bagian Remedial yang menangani pembiayaan bermasalah atau pihak lain yang terkait langsung dalam penelitian ini mengenai upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan, sehingga di peroleh keterangan yang di butuhkan dalam penelitian ini. b. Metode Observasi Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung di lapangan.27 Perolehan data melalui survey langsung ke kantor KJKS BMT Bahtera Pekalongan, dengan 26
Lexy, J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), hlm.36 27 Mohammad Nazir,Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 212
21
mengamati dan mencatat informasi-informasi yang diperoleh dari subjek penelitian. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan data-data melalui laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut dan sengaja ditulis guna mengumpulkan dan meneruskan keterangan tersebut.28 Dalam metode ini penulis dapat memperoleh data atau informasi yang terkait dengan penelitian yakni melalui arsip, dokumen, dan perihal yang menjadi persyaratan yang ditetapkan dalam pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan. 4. Metode Analisis Data Pengelolaan data dalam Tugas Akhir ini menggunakan metode analisis data deskriptif. Data deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan-keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.29 Dengan metode ini penulis berusaha menjawab rumusan masalah yang data-datanya diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tentang faktor yang menyebabkan pembiayaan ijarah
28
Saifuddin Azmar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1989), hlm. 149 Hadari Nawawi, Metodelogi Peneitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1998), hlm.63 29
22
bermasalah serta upaya penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan.
H. Sistematika Pembahasan Dalam pembahasan dan penulisan TA yang berjudul “Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan” disusun dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan Bab ini merupakan bab pembuka yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah,
tujuan dan
kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan ini sendiri.
Bab II. Landasan Teori Pada bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini, yang berisi pengertian Ijarah, rukun dan syarat Ijarah, fitur dan mekanisme pembiayaan Ijarah, manfaat dan risiko Ijarah, serta mengenai pembiayaan bermasalah yaitu pengertian, faktor penyebab serta penanganan pembiayaan bermasalah.
23
Bab III. Kelembagaan Pada bab ini berfungsi untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang KJKS BMT Bahtera Pekalongan, Visi dan Misi, tugas-tugas organisasi, produk Ijarah yang ada di KJKS BMT Bahtera Pekalongan.
Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan.
Bab V. Penutup Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini dan merupakan bab yang penting karena bab ini berisi simpulan dan saran.