BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan budaya yang beragam dan menarik didalamnya, dari segi seni, budaya, industri kreatif hingga peninggalan sejarah dari jaman penjajahan Belanda. Sebagai Ibukota Provinsi, Bandung menjadi tempat yang banyak dikunjungi oleh turis, baik turis lokal maupun asing, Bandung bukan hanya menjadi kota wisata, tetapi juga merupakan kota kebudayaan terkemuka di Indonesia. Pada abad ke 20 Bandung merupakan kota yang sangat terkenal di nusantara yang kala itu bernama Hindia Belanda, Bandung dikenal dengan sebutan Paris Van Java, yang merupakan selalu menjadi sorotan pembicaraan orang tentang “Sejarah kota Bandung” dan Bandung Tempo Dulu. Jika membahas Bandung hal yang akan diperbincangkan seperti tidak ada habisnya, jika dihadapkan dengan pengetahuan masyarakat akan sejarah kota Bandung bisa dikatakan sangatlah minim. Bandung mempunyai nilai sejarah yang sangat luar biasa, berbicara tentang sejarah Kota Bandung yang membentangi kurun waktu sejak „‟Jaman Sangkuriang” hingga “Bandung Lautan Api” sangat banyak periode sejarah yang menarik. Dimulai dari perkembangan awal terbentuknya kota Bandung pada Tahun 1810 yang awalnya berpusat di kawasan Dayeuhkolot hingga pindah ke tengah kota Bandung saat ini, dimana kebudayaan dari masyarakat Bandung itu tumbuh seiring dengan perkembangan kotanya. Kota ini juga menjadi salah satu kota di dunia yang memiliki arsitektur bangunan Art Deco yang artistik. Menurut Direktur Eksekutif Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) Francis B. Affandi, Bandung merupakan kota dengan bangunan bersejarah nomor tiga di dunia, sangatlah jarang kota lain mempunyai keunikan seperti
1
Bandung. Banyak orang yang datang ke Kota Bandung hanya untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan dan tempat tempat lainnya, padahal Bandung memiliki potensi wisata sejarah dengan nilai edukasi yang tinggi, seperti yang terlihat di sepanjang Jalan Braga dimana sederet bangunan yang sarat akan nilai-nilai sejarah berdiri. Bangunan yang menjadi bagian dari kisah Bandung tempo dulu. Braga merupakan salah satu wilayah yang paling menentukan dalam pembentukan identitas kota Bandung dan menggambarkan sisi dinamis Bandung tempo dulu, dimana kebudayaan modern dan tradisional bisa saling berdampingan. Saat ini sebagaimana lazimnya kota kota besar di Indonesia yang mengalami krisis dalam perkembangan kota nya, Bandung juga mengalami krisis identitas dalam perkembanganya. Identitas Bandung sangatlah unik, selain memiliki akar yang kuat dalam tradisi sunda serta beragam kebudayaan masyarakat di dalamnya. Identitas Bandung juga terkait erat dengan sejarah kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia, namun bukan tidak mungkin Bandung kehilangan identitas karena hal tersebut tidak sebanding dengan tingkat kepedulian masyarakat akan tonggak sejarah perkembangan kota nya. Dengan kesadaran dan pengetahuan selebihnya diharapkan adanya kepedulian yang timbul untuk menjaga sejarah Kota Bandung, Penghargaan terhadap sejarah dapat diupayakan melalui usaha konservasi serta menjadikannya bagian dari proses edukasi. Maka perlu adanya suatu museum agar masyarakat dapat mengenal Bandung dengan melihat dan mengetahui bagaimana sejarah dari Kota Bandung itu tercipta. Dimana tempat tersebut dapat melayani kebutuhan publik dengan sifat terbuka, dengan
cara
melakukan
usaha
pengoleksian,
mengkonservasi,
meriset,
mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Ditambah dengan adanya ruang komunitas untuk menggali sejarah kota yang sudah dilupakan oleh masyarakatnya itu sendiri. Bandung memiliki banyak sekali komunitas yang bergerak dalam berbagai bidang, termasuk komunitas pecinta sejarah dan pelestari budaya kota Bandung. Saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi museum sangatlah kurang, hal itu karena citra museum masih dianggap membosankan dan tidak menyenangkan.
2
Semakin banyaknya tempat rekreasi berupa Mall atau pusat perbelanjaan lainnya membuat masyarakat melupakan akan pentingnya sebuah tempat rekreasi dengan tambahan ilmu pengetahuan yang didapat dalam sebuah museum. Selain sebagai sumber informasi tentang peradaban budaya, museum berfungsi sebagai sarana penelitian bahkan sebagai objek wisata alternatif. Saat ini di kota Bandung terdapat beberapa museum sebagai sarana dan objek edukasi seperti, Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Sribaduga, Museum Mandala Wangsit, dan Museum Geologi. Namun museum yang ada di kota Bandung saat ini kurang mendapatkan perhatian yang serius, kondisi bangunan dan ruang dalamnya yang belum tertata dengan baik dan kurangnya perawatan, menyebabkan memudarnya fungsi informatif, edukatif, dan rekreatif didalam museum. Dengan melihat berbagai permasalahan dalam pembahasan, maka penulis merasa perlu adanya sebuah wadah atau sarana berupa “Museum Bandoeng Tempo Doeloe” dengan interior yang memfasilitasi masyarakat di kota Bandung khususnya, yang tidak hanya memberikan edukasi terhadap sejarah Kota Bandung, tetapi juga sebagai alternatif dari sebuah kebutuhan akan hiburan. Kenangan Bandung yang berbudaya bukanlah sesuatu yang tidak bisa diciptakan pada waktu yang berbeda, dengan fasilitas yang informatif, edukatif, serta rekreatif yang didukung dengan suasana Bandung tempo dulu secara tidak langsung membawa kita kepada sebuah diorama masa lalu dimana kota Bandung yang sangat indah dengan berbagai macam peninggalan dan kebudayaannya ditengah kondisi kota Bandung yang berkembang pesat dan tidak peduli lagi terhadap warisan masa lalunya.
3
1.2. Identifikasi Masalah Merujuk pada latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan Perancangan Museum Bandoeng Tempo Doeloe,antara lain: 1. Belum adanya museum yang khusus mengangkat sejarah kota Bandung tempo dulu. 2. Kurangnya minat masyarakat untuk mengunjungi museum karena kondisi yang belum tertata dengan baik sehingga masih dianggap membosankan dan tidak menyenangkan. 3. Interior Museum yang ada di Bandung masih belum didesain secara optimal karena kurang berfungsi secara Informatif, edukatif dan rekreatif.
1.3. Rumusan masalah Merujuk pada latar belakang diatas masalah yang berkaitan dengan Perancangan Museum Bandoeng Tempo Doeloe,antara lain: 1. Bagaimana merencana dan merancang interior museum yang mengangkat sejarah Bandung Tempo Dulu? 2. Bagaimana menciptakan suasana interior Museum dengan tema Art deco of Bandoeng? 3. Bagaimana merancang interior Museum “Bandoeng Tempo Doeloe” secara optimal yang meliputi fungsi informatif, edukatif dan rekreatif?
4
1.4. Batasan Masalah Adapun batasan-batasan masalah yang dapat menyelesaikan masalah yang terdapat pada perancangan ini adalah, sebagai berikut: 1. Perancangan interior Museum Bandoeng tempo doeloe ini menitik beratkan pada perkembangan kota dan peninggalan Bandung tempo dulu pada kurun waktu tahun 1810 hingga setelah kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 hingga tahun 1955. 2. Perancangan interior Museum Bandoeng Tempo Doeloe berlokasi di Jalan Wastukencana kota Bandung, Jawa Barat. 3. Ruang yang akan dirancang meliputi Ruang pamer tetap, Ruang pamer temporer, Auditorium, Lab. Penelitian, Area komunitas, Toko souvenir, Cafe dan Perpustakaan.
1.5. Ruang Lingkup Perancangan interior Museum Bandoeng Tempo Doeloe merupakan sebuah sarana bagi masyarakat Bandung dan wisatawan yang datang ke kota Bandung untuk lebih mengenal sejarah kota Bandung itu sendiri. Perancangan ini terdapat di kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar tujuan wisata di Indonesia dimana didalamnya mempunyai nilai sejarah dan kekayaan budaya yang luar biasa. Letak museum juga mempertimbangkan akses untuk menuju lokasi yang berdekatan dengan fasilitas publik lainnya. Jalan Wastukencana Bandung dipilih sebagai lokasi perancangan museum karena merupakan salah satu jalan yang berpengaruh dalam sejarah perkembangan kota Bandung, selain itu jalan ini juga terletak di pusat kota Bandung.
5
1.6. Tujuan 1. Merencana dan merancang interior museum yang mengangkat sejarah Bandung Tempo Dulu. 2. Menciptakan Suasana Bandoeng tempo doeloe pada ruang museum dengan tema art deco of Bandoeng. 3. Menciptakan sistem penyajian koleksi ruang pamer yang berdasarkan pola gerak pengunjung dengan pemanfaatan flow dan organisasi ruang yang tidak monoton sehingga bersifat Informatif, edukatif dan rekreatif.
1.7. Manfaat Perancangan
1. Agar masyarakat bisa lebih mengenal Sejarah Kotanya sendiri, sehingga nantinya masyarakat akan tahu akan peristiwa yang mempunyai nilai sejarah, kebudayaan masyarakat, serta Bangunan peninggalan Bandung Tempo Dulu. 2. Dengan desain interior yang interaktif membuat pengunjung lebih tertarik untuk mengunjungi museum karena tidak merasa bosan. 3. Dengan pola sirkulasi ruang yang diatur semenarik mungkin membuat cara penyampaian akan nilai nilai sejarah kota Bandung akan lebih tersampaikan kepada pengunjung.
1.8. Metodologi Perancangan Metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain: a. Observasi Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang kondisi di lapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku yang terjadi selama berlangsungnya proses perancangan. Dalam pengertian sempit observasi berarti pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.
6
b. Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara ke berbagai sumber seperti Ahli sejarah di Kota Bandung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta beberapa komunitas di kota Bandung seperti, Paguyuban pelestarian budaya Bandung (Bandung Heritage society) dan Komunitas Aleut Bandung.
c. Dokumentasi Pengumpulan data melalui teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dengan analisis dokumentasi ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumentasi yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya. d. Analisa Metode yang digunakan setelah memperoleh suatu data yang didapat,analisa dilakukan dengan melihat permasalahan yang ada setelah melakukan wawancara dan dokumentasi.
7
1.9. Kerangka Berfikir MUSEUM BANDOENG TEMPO DOELOE
LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN DATA PRIMER - Observasi
METODE PENGUMPULAN DATA
- Buku
- Wawancara
- Jurnal
- Dokumentasi
- Internet
ANALISIS DATA
DATADATA TEKNIS TEKNIS
f e e d b a c k
DATA SEKUNDER
DATA DATA TEKNIS NON TEKNIS
- Site Plan / Tapak
- Standar perancangan Museum
- Existing
- Periode Sejarah Kota Bandung
KEBUTUHAN RUANG
PENGISI RUANG
PEMBENTUK RUANG
KARAKTER RUANG
- Pengguna / Aktivitas
- Furniture
- Lantai
- Tema
- Sirkulasi
- Pencahayaan
- Dinding
- Gaya
- Organisasi Ruang
- Penghawaan
- Plafond
- Warna / Material
- Zooning & Layout
- Akustik
- Suasana
KONSEP DESAIN PENGEMBANGAN DESAIN SINTESA EVALUASI FINAL DESIGN
8
1.10. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan isi dari Tugas akhir ini diuraikan sebagai berikut :
a. Bab I. Pendahuluan Latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Serta ruang lingkup yang menjadi pembatas dalam desain, tujuan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, pengolahan data, bagan perancangan pra desain, hingga sistematika perancangan.
b. Bab II, Tinjauan Pustaka Landasan teori, memaparkan studi literatur yang dipakai sebagai acuan dalam proses mendesain. Selain itu dibahas juga mengenai standar-standar yang perlu diterapkan dalam objek bangunan yang didesain, dalam hal ini adalah bangunan Museum. Kajian teoritis yang dikemukakan tentang Museum Bandoeng Tempo Doeloe, yang meliputi tentang tinjauan umum museum, di dalamnya mencakup tentang pengertian, sejarah dan perkembangan museum, tugas, fungsi, dan tujuan museum, serta syarat dan jenis museum. Tinjauan khusus museum, di dalamnya mencakup ruang lobby, ruang pamer, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, penyajian koleksi museum, display museum, dan pertimbangan desain. Tinjauan khusus Bandoeng Tempo Doeloe, di dalamnya mencakup pengertian Bandung tempo dulu, sejarah, klasifikasi sejarah, teknologi, dan desain.
c. Bab III, Analisa Desain Deskripsi obyek studi, penulis memaparkan dan menganalisa perancangan pada obyek studi, studi image, analisis tapak, analisa kebutuhan ruang, programming, kedekatan ruang, besaran ruang, serta zoning dan blocking.
9
d. Bab IV, Konsep Desain konsep perancangan meliputi konsep organisasi ruang, konsep warna, konsep material sebagai titik tolak dasar perencanaan dan perancangan museum, konsep penghawaan, konsep pencahayaan, dan konsep utilitas. Hasil perancangan mulai dari sketsa awal, gambar kerja, hingga penerapan visual manual maupun digital.
e. BAB V, Kesimpulan kesimpulan dan saran, penulis memaparkan penerapan konsep pada rancangan yang sudah dibuat.
10