1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Heath Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Boyke, 2008). Organ intim wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan. Karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan suasana kering. Kondisi lembab akan mengundang berkembang biaknya jamur dan patogen. ini adalah salah satu penyebab keputihan (Widyastuti, 2009). Keputihan atau floour albus merupakan masalah yang cukup serius dialami wanita, keputihan tidak menyebabkan kanker, namun salah satu gejala kanker mulut rahim, bisa juga terjadi pada mereka yang belum pernah melakukan hubungan seksual jika wanita itu sering merokok. Wanita yang merokok memiliki kecanduan 12 kali lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak merokok untuk menderita penyakit kanker mulut rahim. Keputihan ada yang normal dan ada yang tidak normal. Dalam keadaan normal, vagina akan menghasilkan cairan yang berwarna putih, tidak berbau dan
1
2
dalam jumlah yang tidak berlebihan, cairan ini tidak berperan sebagai sesuatu sistem perlindungan dimana keputihan dapat mengurangkan gesekan antara dinding vagina ketika berjalan maupun ketika melakukan hubungan seksual. Wanita tidak seharusnya bimbang dengan masalah ini, keputihan yang normal berlaku beberapa hari sebelum datang haid, peningkatan libido ketika hamil atau selepas Menopause (Boyke, 2008). Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (www.kompas.com.2005). Keluarnya (rabas) cairan dari vagina merupakan salah satu keluhan yang sering dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya (Youngson, 1994). Menurut Manuaba (1999) infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut
3
bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit. Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit, dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Jones, 1997). Menurut WHO (2010) bahwa sekitar 75% perempuan di Dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup nya, dan sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan melakukan kebiasaan vulva hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan ini sendiri merupakan
4
perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu dan disertai dengan pengetahuan, untuk itu tenaga kesehatan mempunyai peranan penting untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya hygiene yang baik untuk mencegah keputihan melalui penyuluhan. Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, ini merupakan salah satu penyebab dari keputihan (Maghfiroh, 2010). Khusus pada masa remaja wanita, mereka harus mengetahui tentang keputihan dan penyebabnya secara dini (Aulia, 2012). Pada masa peralihan anak-anak ke masa dewasa terdapat perubahan-perubahan fisiologis wanita khususnya, daerah organ reproduksi dan dapat menjadi masalah pada remaja jika tidak mengetahui permasalahan seputar organ reprosuksinya dan hal tersebut merupakan pengalaman yang baru bagi remaja wanita. Apabila para remaja putri mengetahui informasi yang benar tentang keputihan mereka akan lebih menjaga kebersihan reproduksinya. Hal ini juga diperparah dengan sedikit sekali penyuluhan-penyuluhan ke sekolah-sekolah yang dilakukan oleh orang atau lembaga terkait mengenai permasalahan reproduksi. Apabila sekolah-sekolah yang letaknya sangat jauh dari pusat informasi dan pusat kesehatan sehingga para remaja tidak mengetahui apa itu keputihan dan juga akibat dari keputihan yang dibiarkan begitu saja. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMA N 1 Kluet Utara dengan wawancara pada 10 siswi mengalami keputihan. Pada saat keputihan beberapa siswi mendapati cairan putih seperti lender dibagian organ intim. Siswi mengatakan merasa gelisah, cemas, takut, lesu saat mengalami keputihan. Setelah
5
melakukan wawancara pada siswi SMA N 1 Kluet Utara didapatkan hasil 3 siswi mengalami gelisah, 3 siswi merasakan cemas, 3 siswi merasakan takut, 1 siswi merasakan lesu. Kecemasan yang terjadi pada remaja putri kelas X dalam mengahadapi menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara terkait dengan tingkat pengetahuan siswi yang kurang tentang keputihan yang terjadi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara”.
1.2. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara.
6
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara. 2. Untuk mengetahui kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara. 3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan. b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan pada penulisan yang akan datang tentang hal-hal yang berkaitan kecemasan dalam menghadapi keputihan. 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sarana untuk menerapkan ilmu terutama yang berkaitan dengan keputihan. b. Bagi masyarakat Khususnya pada remaja sebagai masukan yang bermanfaat untuk peningkatan pengetahuan dalam menghadapi keputihan.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
7
8
2.1.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan 2.1.3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat
9
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
2.2. Kecemasan 2.2.1. Definisi Kecemasan atau anxietas adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005).
10
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2002). 2.2.2. Gejala Klinik Cemas Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan menurut Hawari (2002) antara lain: a.
Cemas, khawatir, firasat buruk takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
b.
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
c.
Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d.
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e.
Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging atau tinitus, berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
2.2.3. Tingat Kecemasan Menurut Stuart and Sundeen (1998), tingkat kecemasan terdiri atas : a. Ansietas Ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
11
b. Ansietas sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung memusatkan sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. d. Tingkat panik dari ansietas Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
2.3. Remaja 2.3.1. Pengertian Remaja Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Perry dan Potter, 2005).
12
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan sering kali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa (Purwanto, 1999). Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut : a. Masa prapuber : satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara. b. Masa puber atau masa remaja : perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. Dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5-3,5 tahun. c. Masa postpuber : pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan. d. Masa akhir puber : melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda kedewasaan. Sedangkan menurut Irwanto (2000), periode remaja adalah periode yang dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam perkembangan kepribadian individu. Secara psikologis masa remaja adalah
13
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1999). 2.3.2. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (1999), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Akibat fisik dan psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal pada masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1999). b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekakak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap
14
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1999). c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama dan hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan (Hurlock, 1999). d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, serta para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai
15
menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1999). e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa, apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal (Hurlock, 1999). f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal (Hurlock, 1999). g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningkatnya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
16
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (Hurlock, 1999). h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1999). 2.3.3. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja a. Menerima citra tubuh Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanakkanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1999). b. Menerima identitas seksual Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong
17
untuk memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari peran feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun (Hurlock, 1999). c. Mengembangkan sisitem nilai personal Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana harus bergaul dengan mereka (Hurlock, 1999). d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri harus didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1999). e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari orang tua atau orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua (Hurlock, 1999). f. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan ketrampilan intelektual remaja itu sendiri, misal dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia remaja (Hurlock, 1999).
18
g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 1999). 2.3.4. Perubahan Pada Remaja a. Perubahan fisik pada remaja Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu : 1. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche) dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki. 2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu : pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri terjadi perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis). b. Perubahan kejiwaan pada remaja Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang meliputi :
19
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi : a. Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa) b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi. 2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi : a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-coba.
2.4. Keputihan 2.4.1. Definisi Keputihan Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid (Kasdu. 2005). Keputihan (flour albus) adalah gejala keluarnya getah atau cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam basah (Pudiastuti. 2010). Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah (Bahari. 2012). Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan keputihan adalah suatu cairan putih yang keluar dari liang vagina secara berlebihan dan tidak berupa darah. 2.4.2. Klasifikasi Keputihan Ada 2 jenis keputihan yang dijelaskan oleh Ayuningsih, Teviningrum dan Krisnawati (2009),yaitu: a. Keputihan normal (fisiologis)
20
Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, mendapatkan ransangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan, tidak berbau dan tidak terasa gatal. Keputihan semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu. b. Keputihan abnormal (patologis) Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak, warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai dengan rasa gatal dan pedih, terkadang berbau busuk atau amis. Keputihan menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda asing. Namun tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan. c. Patogenesis Keputihan Perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologisdan patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu. Bakteri ini memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina sehingga mengakibatkan keadaan pH vagina
21
basa dan menjadikan kuman penyakit berkembangdan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang. 2010). 2.4.3. Gejala Keputihan Menurut Wijayanti (2009), gejala yang timbul akibat keputihan beraneka ragam sesuai dengan faktor penyebabnya. Cairan yang keluar bisa saja sangat banyak, sehingga harus berkali-kali mengganti celana dalam, bahkan menggunakan pembalut, namun dapat pula sangat sedikit. Sebagian penderita mengeluhkan rasa gatal, hal ini dipengaruhi oleh kondisi lembab karena banyaknya cairan yang keluar disekitar paha, sehingga kulit dibagian itu mudah mengalami lecet. Keputihan juga berpengaruh terhadap kondisi psikologis dikarenakan rasa malu, sedih atau rendah diri, sehingga mengakibatkan kehilangan rasa percaya diri dan mulai menarik diri dari pergaulan. Bahkan, kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut akan terkena penyakit kanker. 2.4.4. Penyebab Keputihan Secara umum keputihan disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat seperti: penggunaan tisu yang terlalu sering, pakaian berbahan sintesis yang ketat, WC yang kotor, sering bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain, membasuh organ kewanitaan kearah yang salah, kelelahan, tidak segera mengganti pembalut, stres, sabun pembersih yang berlebihan, lingkungan kotor, kadar gula darah yang tinggi dan hormon yang tidak seimbang (Ayuningsih. 2009). Menurut Prawirohardo (2011), risiko keputihan juga bisa dipicu berdasarkan jenis keputihannya. Seperti keputihan normal yang terjadi pada bayi baru lahir sampai
22
umur 10 hari dikarenakan pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus, pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche, rangsangan saat koitus mengakibatkan adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau vulva, adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi, mukus serviks yang padat pada masa kehamilan. Keputihan yang abnormal disebabkan oleh kelainan alat kelamin sebagai akibat cacat bawaan seperti rektovaginalis dan fistel vesikovaginalis, cedera persalinan dan radiasi kanker genitalia, benda asing yang tertinggal di dalam vagina seperti tertinggalnya kondom dan pesarium untuk penderita hernia, berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, pada menopause dikarenakan vagina yang mengering sehingga sering timbul gatal dan mudah luka, dan beberapa penyakit kelamin yang disebabkan oleh beberapa jenis mikro organisme dan virus tertentu, diantaranya adalah: a.
Bakteri 1. Grandnerella 2. Keputihan yang timbul berwarna putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina. Menimbulkan peradangan pada vagina yang tidak spesifik dan menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin. Peradangan yang ditimbulkan oleh bakteri ini disebut Vaginosis bakterial. 3. Gonococcus Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah satunya Neisseria Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan mikroskop tampak diplokok
23
(berbentuk biji) intraseluler dan ekstraseluler, bersifat tahan asam dan bersifat “gram negatif”. Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual (PHS/PMS/STD) yang paling sering ditemukan yaitu Gonorrhea. Pada laki-laki, penyakit ini menyebabkan kencing nanah. Sedangkan pada perempuan menyababkan keputihan. 4. Chlamydia Trachomatis Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab penyakit mata yang disebut Trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan dalam cairan vagina yang menyebabkan penyakit uretritis non-spesifik (non-gonore). Keputihan yang ditimbulkan bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan Gonorrhea. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang berat, kemandulan, hingga kehamilan diluar kandungan. b.
Jamur Candida Keputihan yang timbul berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, di sertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Keputihan yang disebabkan oleh jamur candida, paling sering oleh spesies albicans. Peradangan yang ditimbulkan oleh jamur ini disebut Kandidosis vaginalis. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di rongga mulut, usus besar maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan keputihan. Beberapa faktor dapat mempermudah seseorang terinfeksi jamur ini, seperti saat haid, hamil, minum antibiotika dalam jangka
24
waktu lama, kontrasepsi oral (pil KB), obat kortikosteroid, dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus). c.
Parasit Keputihan jenis ini bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan, bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan gatal. Penularan terjadi melalui hubugan seksual. Peradangan yang ditimbulkan oleh parasit ini disebut Trichomoniasis.
d.
Virus Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan HPV tipe2 dapat menjadi faktor pendamping. HPV dapat menimbulkan penyakit Kondiloma akuminata yang disebut juga genital warts, kutil kelamin, veneral warts ( jengger ayam).
2.4.5. Pemeriksaan Keputihan Menurut Bahari (2012), sebelum melakukan tindakan pengobatan, perlu dilakukan langkah-langkah pemeriksaan guna mengetahui penyebab keputihan. Berbagai langkah pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan usia, keluahan yang dirasakan, sifat-sifat cairan yang keluar, kaitannya dengan menstruasi, ovulasi, serta kehamilan. Pemeriksaan bisa dilakukan secara langsung dengan melihat vagina, muara kandung kemih, anus dan lipatan pada paha. Bisa juga dilakukan pemeriksaan di
25
laboratorium yang memadai dengan cara mengambil sempel cairan keputihan dan sampel darah. Adapun pemeriksaan dalam dilakukan terhadap wanita yang sudah menikah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan speculum. Untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan biopsi, yaitu dengan cara mengambil sel-sel yang lepas dengan cara mengeroknya dari selaput lendir rahim. 2.4.6. Pencegahan Keputihan Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari keputihan: menghindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual, menjaga kebersihan alat kelamin, menggunakan pembersih yang tidak mengganggu kesetabilan pH disekitar vagina, membilas vagina kearah yang benar, menghindari pemakaian bedak pada vagina, menghindari membilas vagina ditoilet umum, mengeringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam, mengurangi konsumsi makanan manis, memilih celana dalam yang tidak terlalau ketat dan mudah menyerap keringat, menghindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain, sering-sering mengganti pembalut ketika haid, gunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual jika sudah terkena keputihan, menggunakan obat yang mengandung estrogen bagi wanita yang sudah memasuki masa menoupose, melakukan pemeriksaan papsmear secara rutin bagi yang sudah menikah (Tarwoto. 2010). 2.4.7. Pengobatan Keputihan Menurut Ayuningsih, Teviningrum dan Krisnawati (2009), pengobatan untuk keputihan meliputi :
26
a.
Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya. Penggunaan berlebihan akan mematikan flora normal dan mengganggu keasaman vagina. Konsultasi ke dokter, sehingga akan diperoleh cara pengobatan paling tepat untuk mengatasi gangguan keputihan patologis dan infeksi sesuai dengan penyebabnya. Jenis obat dapat berupa sediaan oral berupa tablet atau kapsul, topical seperti krim yang dioleskan dan yang langsung dimasukkan ke liang vagina.
b.
Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan.
c.
Jika masih belum sembuh, lakukan uji resistensi obat dan mengganti dengan obat lain. Ada kemungkinan kuman ternyata resisten terhadap obat yang di berikan.
d.
Bagi penderita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual secara rutin, apalagi berusia lebih dari 5 tahun, lakukan papsmear. Idealnya papsmear dilakukan setahun sekali.
e.
Jika positif terkena virus, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan mulut rahim. Sebagai penunjang di lakukan pula tes urin dan tesdarah.
f.
Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung proses pengobatan. Menurut Bahari (2012), pengobatan keputihan terdiri dari:
a.
Pengobatan Moderen Jika penyebab keputihan adalah infeksi, ada beberapa tindakan pengobatan moderen yang bisa dilakukan. Diantaranya: 1. Obat-obatan
27
Berikut berbagai jenis obat yang bisa digunakan mengatasi keputihan: a. Asiklovir Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh virus herpes. b. Podovilin 25% Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh kondiloma. c. Larutan asam Thrikloro-Asetat 40-50% atau salep Asam Salisilat20-40% (digunakan dengan cara dioleskan).
d. Metronidazole Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh bakteri Comonas Vaginalis dan Gardnerella. e. Nistatin, mikonazole, klotrimazole, dan friconazole. Digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida Albican. 2. Larutan Antiseptik Larutan antiseptik hanya berfungsi membersihkan cairan keputihan yang keluar dari vagina, larutan ini tidak bisa membunuh penyebab infeksi ataupun menyembuhkan keputihan yang diakibatkan oleh penyebab lainnya.
28
3. Hormon Estrogen Hormon estrogen yang diberikan biasanya berbentuk tablet dan krim. Pemberian hormon ini dilakukan terhadap penderita yang sudah memasuki masamenopause atau lanjut usia. 4. Operasi Kecil Operasi kecil perlu dilakukan jika penyebab keputihan adalah tumor jinak, misalnya papilloma. 5. Pembedahan Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah kanker serviks atau kanker kandungan lainnya. Selain itu, metode pengobatan ini juga dilakukan dengan mengacu pada stadium kankernya. b.
Pengobatan Tradisional Metode pengobatan tradisional dilakukan dengan memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat ditemui dengan mudah di alam sekitar, berikut ini: 1. Oleskan ampas mangga masak ke daerah vagina dan biarkan beberapa saat, sebelum membilasnya dengan air. 2. Makan satu atau dua buah pisang masak setiap hari secara rutin. 3. Minum segelas jus cranberry segar, sebaiknya tanpa gula, setiap hari. 4. Mengkonsumsi rempah-rempah seperti jahe, lengkuas, dan sebagainya. Saat mengkonsumsi makanan ini sebaiknya dalam bentuk mentah, atau dikukus sebentar. 5. Bersihkan derah vagina dengan perasan jeruk lemon dan air
29
6. Daun kasingsat muda dikukus kemudian dimakan sebagai lalapan. 7. Rebus 30 gram akar bunga matahari dalam 4 gelas air hingga tersisa 2 gelas. Minum airnya 2 kali sehari. 8. Daun sirih direndam selama satu jam dalam air panas lalu didiamkan hingga dingin untuk membersihkan daerah vagina. Lakukan setiap hari pagi dan sore hari.
2.5. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Kecemasan dalam Menghadapi Keputihan
2.6. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara.
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara. 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Kluet Utara. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara sebanyak jumlah 45 orang. 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel (total Sampling) yaitu sebesar 45 orang.
30
31
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari SMA N 1 Kluet Utara.
3.5. Definisi Operasional Tabel 3.1.
Definisi, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Definisi Operasional
Cara dan Skala Alat Ukur Ukur 1. Pengetahuan adalah segala sesuatu Wawancara Ordinal yang diketahui oleh remaja tentang keputihan 2. Kecemasan adalah merupakan reaksi Wawancara Ordinal dari seorang remaja saat menghadapi keputihan
Hasil Ukur 0. Baik 1. Buruk 0. 1. 2. 3.
Ringan Sedang Berat Panik
3.6. Metode Pengolahan Setelah data penelitian terkumpul maka dilakukan proses pengolahan data meliputi tahap-tahap berikut ini : 1. Editing Editing dalam penelitian ini berupa kegiatan pengecekan data apakah sudah lengkap.
32
2. Coding Coding adalah
mengklasifikasikan data-data yang telah
dikumpulkan menurut
macamnya. 3. Data Entry Data rntry yaitu proses memasukkan data ke dalam kategori tertentu untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer. 4. Tabulating Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Riyanto, 2009).
3.7. Analisa Data 3.7.1.
Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen (pengetahuan) dan variabel dependen yaitu tingkat kecemasan. 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
33
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA N 1 Kluet Utara terletak di Kota Fajar Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nangro Aceh Selatan dan berdiri pada tahun 1982. Saat ini SMA N 1 Kluet Utara adalah Akredisi B dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Luas areal seluruhnya 4.119 m2 dan luas bangunan 892 m2. Visi dan Misi sekolah/yayasan SMA N 1 Kluet Utara adalah sebagai berikut : a.
Visi Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik
para siswa
untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi. b.
Misi Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat.
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan remaja menghadapi keputihan.
33
34
4.2.1. Tingkat Pengetahuan Untuk melihat tingkat pengetahuan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X tentang Keputihan di SMA N 1 Kluet Utara No 1 2
Tingkat Pengetahuan Remaja Baik Buruk Jumlah
f 14 21 35
% 40,0 60,0 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang keputihan lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 21 orang (60,0%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 14 orang (40,0%). 4.2.2. Kecemasan Menghadapi Keputihan Untuk melihat kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kecemasan Remaja Putri Kelas X dalam Menghadapi Keputihan di SMA N 1 Kluet Utara No 1 2 3
Kecemasan Remaja dalam Menghadapi Keputihan Ringan Sedang Berat Jumlah
f 4 16 15 35
% 11,4 45,7 42,9 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan lebih banyak dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 16 orang (45,7%), tingkat kecemasan berat sebanyak 15 orang (42,9%) dan lebih sedikit dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 4 orang (11,4%).
35
4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara. 4.4.1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Remaja Putri Kelas X dalam Menghadapi Keputihan di SMA N 1 Kluet Utara Untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Remaja Putri Kelas X dalam Menghadapi Keputihan di SMA N 1 Kluet Utara No 1 2
Pengetahuan Baik Buruk
Kecemasan Ringan Sedang Berat n % n % n % 4 28,6 7 50,0 3 21,4 0 0 9 42,9 12 57,1
Total N % 14 100,0 21 100,0
Nilai p 0,013
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 14 orang dengan pengetahuan baik terdapat kecemasan ringan sebanyak 4 orang (26,8%), kecemasan sedang sebanyak 7 orang (50,0%) dan kecemasan berat sebanyak 3 orang (21,4%). Sedangkan dari 21 orang dengan pengetahuan buruk terdapat kecemasan sedang sebanyak 9 orang (42,9%) dan kecemasan berat sebanyak 12 orang (57,1%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,013 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara.
36
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Hasil penelitian tentang variabel tingkat pengetahuan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara diperoleh bahwa pengetahuan remaja tentang keputihan lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 21 orang (60,0%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 14 orang (40,0%). Mengacu pada hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pengetahuan remaja tentang keputihan tergolong rendah, keadaan ini perlu peningkatan pengetahuan tentang keputihan tentang remaja putri. Remaja putri yang berpengetahuan baik tentang keputihan mungkin terjadi karena mereka mendapat informasi tentang keputihan dari orang tua, saudara, orang lain atau pun dari buka bacaan dan media lainnya yang dapat menambah pengetahuan dari siswi. Sedangkan siswi yang berpengetahuan buruk mungkin terjadi karena mereka tidak mendapat informasi tentang keputihan dari orang tua, saudara, orang lain atau pun dari buka bacaan dan media lainnya sehingga mereka kurang memahami tentang perubahan keputihan. Hal ini di dukung oleh teori Hermans yang mengatakan bahwa pada masa remaja nampak sekali perbedaannya dengan cara berfikir konkrit yang ditunjukkan anak-anak. Remaja telah mulai mengembangkan kemampuan berfikir secara abstrak, memakai prinsip-prisip logika dan berfikir teoritis, lebih konseptis dan sudah mampu
36
37
pula membuat generalisasi, ini artinya pihak sekolah harus mampu mempertahankan tingakat pengetahuan dan kualitas pendidikan yang diberikan kepada para muridnya terutama pendidikan tentang keputihan. Menurut Retno IG Kusuma kognitif sering didefinisikan sebagai kemampuan berfikir dan mengamati, suatu perilaku yang mengakibatkan seseorang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian. Menurut Retno kemampuan berfikir remaja pada stadium operasional formal (mulai umur 11 tahun) ditandai dengan dua sifat yang penting yaitu: a. Kemampuan deduktif-hipotesis adalah bila anak dihadapkan pada suatu masalah yang harus diselesaikannya, maka dia akam memikirkan dulu secara teoritis, menganalisa masalahnya dengan mengembangkan penyelesaian melalui berbagai hipotesis yang mungkin ada, kedua bersifat kombinatoris adalah berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisisnya maka sifat kombinatoris menjadi pelengkap cara berfikir operasional formal. Sesuai dengan hasil penelitian dan didukung oleh berbagai teori, tergambarkan dengan jelas bahwa tingkat pengatahuan remaja putri tentang personal hygiene tergolong buruk. Dimana menurut peneliti pengetahuan remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas merupakan hal yang sangat diperlukan bagi seorang remaja
karena
memiliki
tugas-tugas
perkembangan
yaitu
mengembangkan
kemampuan kognitifnya secara lebih konsisten, terarah dan bertanggung jawab yang akan berguna bagin penyelesaian masalahnya.
38
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang personal hygiene yaitu sifat remaja yang menurut teori cenderung menggunakan prinsip logika dalam berfikir sehingga apa yang menjadi pertanyaan tentang personal hygiene berusaha di akses sendiri. Rasa ingin tahu itupun didukung dengan kemajuan teknologi yang memudahkan siswi dalam mengakses informasi yang dibutuhkan terutama tentang personal hygiene seperti internet, buku dan majalah. Faktor lingkungan juga memberikan andil yang sangat besar untuk menjadi motivator bagi peningkatan pengetahuan remaja. 5.2. Kecemasan dalam Menghadapi Keputihan Hasil penelitian tentang variabel tingkat kecemasan ditemukan bahwa tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan lebih banyak dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 16 orang (45,7%), tingkat kecemasan berat sebanyak 15 orang (42,9%) dan lebih sedikit dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 4 orang (11,4%). Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami remaja di SMA N 1 Kluet Utara perlu mandapat perhatian karena kecemasan yang terjadi lebih sedikit dengan kecemasan ringan, artinya dalam menghadapi keputihan remaja cukup membuat kecemasan. Keadan ini perlu mendapat perhatian agar remaja yang mengalami keputihan tidak perlu cemas.. Pada penelitian ini remaja yang mengalami kecemasan berat terlalu memperhatkan dan memikirkan efek dari keputihan yang sedang dialami. Seharusnya ibu yang mengalami keputihan tidak perlu merasakan
39
kecemasan karena keputihan yang terjadi hal yang wajar dan tidak berefek buruk apabila segera mendapat perawatan.. Tingkat kecemasan
menghadapi keputihan biasanya di tandai dengan
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi, dengan penyebab yang tidak jelas. Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid (Kasdu. 2005). Keputihan (flour albus) adalah gejala keluarnya getah atau cairan vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam basah (Pudiastuti. 2010). Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah (Bahari. 2012). Untuk mengurangi kejadian keputihan pada remaja di SMA N 1 Kluet Utara perlu mendapat penyuluhan dari petugas kesehatan dengan menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan keputihan yaitu menghindari berganti-ganti pasangan hubungan seksual, menjaga kebersihan alat kelamin, menggunakan pembersih yang tidak mengganggu kesetabilan pH disekitar vagina, membilas vagina kearah yang benar, menghindari pemakaian bedak pada vagina, menghindari membilas vagina ditoilet umum, mengeringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam, mengurangi konsumsi makanan manis, memilih celana dalam yang tidak terlalau ketat dan mudah menyerap keringat, menghindari berganti-ganti celana dalam dengan orang lain, sering-sering mengganti pembalut ketika haid, gunakan kondom ketika hendak berhubungan seksual jika sudah terkena keputihan, menggunakan obat yang mengandung estrogen bagi wanita yang sudah memasuki
40
masa menoupose, melakukan pemeriksaan papsmear secara rutin bagi yang sudah menikah (Tarwoto. 2010). Menurut penelitian Jenny (2007) bahwa hasil yang dilakukan terhadap 20 responden ditemukan bahwa 60% (12 responden) mengalami tingkat kecemasan sedang dan tingkat kecemasan berat sebanyak 8 responden (40%), hasil dari penelitian ini tingkat kecemasannya yaitu sedang. Ini diharapkan kepada remaja untuk dapat mempersiapkan diri dalam mengahdapi keputihan dengan cara mengenal gejala keputihan secara dini serta peningkatan pendidikan kesehatan, agar remaja dapat mengetahui tentang keputihan. Menurut peneliti bahwa kecemasan yang terjadi pada remaja yang mengalami keputihan cukup mendapat perhatian. Dimana remaja banyak mengalami kecemasan berat, keadaan ini menunjukkan bahwa remaja terlalu memperhatkan dan memikirkan efek dari keputihan yang sedang dialami. Seharusnya remaja yang mengalami keputihan tidak perlu merasakan kecemasan karena keputihan yang terjadi merupakan suatu yang normal terjadi, namum perlu mendapat penangangan. Tingkat kecemasan
menghadapi keputihan biasanya di tandai dengan kebingungan,
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi, dengan penyebab yang tidak jelas dan pada umumnya sebagian besar remaja mengalami, susah tidur, gelisah dan lekas marah.
41
5.3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Kecemasan Remaja Putri Kelas X dalam Menghadapi Keputihan di SMA N 1 Kluet Utara Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 orang dengan pengetahuan baik terdapat kecemasan ringan sebanyak 4 orang (26,8%), kecemasan sedang sebanyak 7 orang (50,0%) dan kecemasan berat sebanyak 3 orang (21,4%). Sedangkan dari 21 orang dengan pengetahuan buruk terdapat kecemasan sedang sebanyak 9 orang (42,9%) dan kecemasan berat sebanyak 12 orang (57,1%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa diperoleh nilai p=0,013 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan remaja tentang keputihan maka akan menurunkan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan, dan sebaliknya semakin rendah pengetahuan remaja tentang keputihan maka akan meningkatkan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Desi (2009) tentang hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi keputihan di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri diperoleh bahwa hasil analisis nilai rho sebesar -0,779 dan p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan 95% atau alpha = 0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause.
42
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (www.kompas.com.2005). Menurut Manuaba (1999) infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau). Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit. Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit, dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina. Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur
43
menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita (Jones, 1997). Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh remaja sangat berpengauh dengan kecemasan remaja dalam menghadapi keutihan, artinya semakin tinggi pengetahuan remaja tentang keputihan maka akan menurunkan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan, dan sebaliknya semakin rendah pengetahuan remaja tentang keputihan maka akan meningkatkan tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan.
44
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Kesimpulan 1. Pengetahuan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara diperoleh bahwa pengetahuan remaja tentang keputihan lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 21 orang (60,0%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 14 orang (40,0%). 2. Tingkat kecemasan ditemukan bahwa tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi keputihan lebih banyak dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 16 orang (45,7%), tingkat kecemasan berat sebanyak 15 orang (42,9%) dan lebih sedikit dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 4 orang (11,4%). 3. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan remaja putri kelas X dalam menghadapi keputihan di SMA N 1 Kluet Utara.
6.2. Saran 1. Bagi remaja perlu peningkatan pengetahuan tentang keputihan agar dapat mengantisipasi kecemasan dalam menghadapi keputihan. 2. Bagi petugas kesehatan hendaknya memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya keputihan kepada remaja agar remaja mengetahui tentang keputihan sehingga tidak menimbulkan kecemasan apabila terjadi keputihan.
44
45
3. Kepada guru SMA N 1 Kluet Utara hendaknya mensosialisanakan tentang kepada siswa agar remaja mengetahui tentang keputihan sehingga tidak menimbulkan kecemasan apabila terjadi keputihan. 4. SMA N 1 Kluet Utara hendaknya menambakan pelajaran tambahan tentang keputihan sehingga dapat menambah pengetahuan siswa tentang keputihan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Aimee, et al., 2010. Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of Uterine Leiomyomata by 35 Years of Age in the Sister Study. Environmental Health Perspectives. Volume 118. No. 3. Pages 375-380. Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC. Copaescu, C., 2007. Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102, No. 2, March-April 2007. Romanian. Hadibroto., R.Budi., 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, Volume 38, No. 3, September 2005. Medan. Hart D.M, Norman J, 2001. Gynecology Illustrated.5th Edition. UK: Churchill Livingstone Jenny Sinaga, 2012, Tingkat Kecemasan Ibu dalam Menghadapi Menopause di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu. Medan Notoadmojdo, S, 2010, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. ___________, S, 201, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
46
47
KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN REMAJA PUTRI KELAS X DALAM MENGHADAPI KEPUTIHAN DI SMA N 1 KLUET UTARA A. Indentitas Responden 1. Nama
: ………………
2. Umur
: ………………
II. PENGETAHUAN Berilah tanda check ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan memperhatikan kriteria di bawah ini : “Ya” = Bila pernyataan sesuai dengan perasaan anda “Tidak” = Bila pernyataan tidak sesuai dengan perasaan anda NO 1 2 3 4 5 6 7 8
PERNYATAAN Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid Gejala keputihan adalah keluarnya getah atau cairan vagina yang berlebihan. Cairan yang berlebihan sering menyebabkan celana dalam basah Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah Keputihan adalah suatu cairan putih yang keluar dari liang vagina secara berlebihan dan tidak berupa darah. Keputihan normal (fisiologis) biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi Keputihan yang tidak berbau merupakan sesuatu yang wajar, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu. Keputihan abnormal (patologis) disebut keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak, warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai dengan rasa gatal dan pedih, terkadang berbau busuk atau amis.
YA
TIDAK
48
9 10
Gejala yang timbul akibat keputihan beraneka ragam sesuai dengan faktor penyebabnya. Keputihan yang timbul berwarna putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
III TINGKAT KECEMASAN REMAJA MENGHADAPI KEPUTIHAN Berilah tanda check ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan memperhatikan kriteria di bawah ini : “Ya” = Bila pernyataan sesuai dengan perasaan anda “Tidak” = Bila pernyataan tidak sesuai dengan perasaan anda NO 1 2 3 4 5 6
PERNYATAAN Ada merasa tidak nyaman apabila keluar cairan berwarna putih dari vagina. Ada merasa tidak nyaman jika keluar getah atau cairan vagina yang berlebihan. Ada merasa tidak nyaman jika jika cairan yang berlebihan sering menyebabkan celana dalam basah Ada merasa tidak nyaman jika keputihan mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah Ada merasa tidak nyaman jika keputihan terjadi menjelang dan sesudah menstruasi Ada merasa tidak nyaman jika keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak, warnanya putih seperti susu basi, kuning atau kehijauan, disertai dengan rasa gatal dan pedih, terkadang berbau busuk atau amis
YA
TIDAK
49
MASTER DATA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1
1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1
Pengetahuan 3 4 5 6 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1
PK 7 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
8 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
9 10 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
Kecemasan 2 3 4 5 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
6 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1
KK 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
50
Frequencies p1
Valid
0 1 Total
Frequency 14 21 35
Percent 40.0 60.0 100.0
Valid Percent 40.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 40.0 100.0
p2
Valid
0 1 Total
Frequency 15 20 35
Percent 42.9 57.1 100.0
Valid Percent 42.9 57.1 100.0
Cumulative Percent 42.9 100.0
p3
Valid
0 1 Total
Frequency 13 22 35
Percent 37.1 62.9 100.0
Valid Percent 37.1 62.9 100.0
Cumulative Percent 37.1 100.0
p4
Valid
0 1 Total
Frequency 15 20 35
Percent 42.9 57.1 100.0
Valid Percent 42.9 57.1 100.0
Cumulative Percent 42.9 100.0
p5
Valid
0 1 Total
Frequency 11 24 35
Percent 31.4 68.6 100.0
Valid Percent 31.4 68.6 100.0
Cumulative Percent 31.4 100.0
51
p6
Valid
0 1 Total
Frequency 17 18 35
Percent 48.6 51.4 100.0
Valid Percent 48.6 51.4 100.0
Cumulative Percent 48.6 100.0
p7
Valid
0 1 Total
Frequency 13 22 35
Percent 37.1 62.9 100.0
Valid Percent 37.1 62.9 100.0
Cumulative Percent 37.1 100.0
p8
Valid
0 1 Total
Frequency 15 20 35
Percent 42.9 57.1 100.0
Valid Percent 42.9 57.1 100.0
Cumulative Percent 42.9 100.0
p9
Valid
0 1 Total
Frequency 14 21 35
Percent 40.0 60.0 100.0
Valid Percent 40.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 40.0 100.0
p10
Valid
0 1 Total
Frequency 14 21 35
Percent 40.0 60.0 100.0
Valid Percent 40.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 40.0 100.0
52
Pengetahuan
Valid Baik Buruk Total
Frequency Percent 14 40.0 21 60.0 35 100.0
Valid Percent 40.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 40.0 100.0
k1
Valid
0 1 Total
Frequency 19 16 35
Percent 54.3 45.7 100.0
Valid Percent 54.3 45.7 100.0
Cumulative Percent 54.3 100.0
k2
Valid
0 1 Total
Frequency 16 19 35
Percent 45.7 54.3 100.0
Valid Percent 45.7 54.3 100.0
Cumulative Percent 45.7 100.0
k3
Valid
0 1 Total
Frequency 17 18 35
Percent 48.6 51.4 100.0
Valid Percent 48.6 51.4 100.0
Cumulative Percent 48.6 100.0
k4
Valid
0 1 Total
Frequency 20 15 35
Percent 57.1 42.9 100.0
Valid Percent 57.1 42.9 100.0
Cumulative Percent 57.1 100.0
53
k5
Valid
0 1 Total
Frequency 18 17 35
Percent 51.4 48.6 100.0
Valid Percent 51.4 48.6 100.0
Cumulative Percent 51.4 100.0
k6
Valid
0 1 Total
Frequency 17 18 35
Percent 48.6 51.4 100.0
Valid Percent 48.6 51.4 100.0
Cumulative Percent 48.6 100.0
Kecemasan
Valid
Ringan Sedang Berat Total
Frequency 4 16 15 35
Percent 11.4 45.7 42.9 100.0
Valid Percent 11.4 45.7 42.9 100.0
Cumulative Percent 11.4 57.1 100.0
54
Crosstabs
Pengetahuan * Kecemasan Crosstabulation Kecemasan Ringa Sedan n g Berat Total Pengetahuan Baik Count 4 7 3 14 Expected Count 1.6 6.4 6.0 14.0 % within 28.6% 50.0% 21.4% 100.0 Pengetahuan % Buruk Count 0 9 12 21 Expected Count 2.4 9.6 9.0 21.0 % within .0% 42.9% 57.1% 100.0 Pengetahuan % Total Count 4 16 15 35 Expected Count 4.0 16.0 15.0 35.0 % within 11.4% 45.7% 42.9% 100.0 Pengetahuan %
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a Pearson Chi-Square 8.594 2 .014 Likelihood Ratio 10.169 2 .006 Linear-by-Linear Association 7.594 1 .006 N of Valid Cases 35 a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.