BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Di Indonesia kenakalan yang dilakukan oleh remaja sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, free sex dan terlibat banyak tindakan criminal lainnya (Yusniah, 2008) . Kenakalan remaja dalam studi masalah social dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah social terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan social ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku (Santrock, 2007) Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya system sosial. Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu kita temukan di media-media massa, dimana sering terjadi di kotakotabesarseperti Jakarta, Surabaya dan Medan, salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Di wilayah Kelurahan Tanjung Gusta Medan, diketahui masih banyak remaja yang melakukan tindak criminal diantaranya melakukan tindak tawuran, mengkonsumsi rokok, menggunakan narkoba dan lain-lain (Data dari Kelurahn Tanjung Gusta, 2015).
1 Universitas Sumatera Utara
2
Permasalahan remaja masih cukup menonjol, baik kualitas maupun kuantitasnya. Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengkhawatirkan kondisi remaja pada saat ini. Lebih jauh dijelaskan bahwa dari 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46% di antaranya dilakukan oleh remaja Data di Jakarta tahun 1999 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 2000 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 2001 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 2002 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Tambunan, dalam e-psikologi, 2002). Sedangkan dari persentase yang didapatkan, tindak kriminal di kabupaten Sidoarjo semakin meningkat. Dari tahun 51,43 % pada tahun 2007 menjadi 55,27 % di tahun 2008 atau naik sebesar 3.84% (Media Indonesia, 2008). Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Bayu Ajiseno mengatakan bahwa terjadi peningkatan kenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2012. Total kasus kenakalan remaja yang terjadi selama 2012 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011 hanya 30 kasus (Detik News, 2012). Situs Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberitakan bahwa dari 2.4 juta kasus aborsi, 700.000 hingga 800.000 pelakunya adalah remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI) juga menemukan bahwa jumlah pengguna narkoba
Universitas Sumatera Utara
3
sebesar 1.5% dari populasi remaja Indonesia yang mencapai 30% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3.2 juta orang (http://ntb.bkkbn.go.id). Berdasarkan data yang diperoleh dari Komnas Anak Jakarta tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Sementara pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia. Berdasarkan data kasus tawuran pelajar 2012 di wilayah hokum Polda Metro Jaya, sudah terjadi puluhan kasus tawuran pelajar yang menimbulkan korban luka dan meninggal dunia (http://metro.news.viva.co.id). Salah satu penyebab kenakalan remaja adalah pola asuh orang tua. Pola asuh akan mempengaruhi perkembangan remaja seperti pola asuh permis dapat membuat anak kurang mendapatkan kasih saying dan perhatian orang tua sehingga anak akan mencari apa yang diabutuhkan dari teman sebaya selain itu remaja yang orang tuanya lalai biasanya tidak kompeten secara sosial; memperlihatkan pengendalian diri yang buruk dan tidak menyikapi kebebasan diri dengan baik. Pola asuh otoriter juga dapat membuat anak takut untuk mengemukakan pendapatnya, remaja akan merasa tidak dapat mengimbangi teman-temannya dalam segala hal, sehingga remaja dalam pola asuh tersebutakan menjadi pasif dalam pergaulan. Lama-lama anak akan mempunyai perasaan rendah diri dan kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri. (Santrock, 2007). Remaja yang diberikan pola asuh memanjakan akan membuat remaja tersebut tidak pernah belajar untuk mengendalikan prilakunya sendiri dan selalu
Universitas Sumatera Utara
4
berharap agar kemauannya diikuti. Sebaliknya orang tua yang memberikan pola asuh demokratis anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan mereka untuk memahami, menerima, danmenginternalisasipesannilai moral yang diupayakan untuk diapresiasikan berdasarkan kata hati (Yusniah, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Murtiyani (2011), tentang hubungan pola asuh orang tua didapatkan orang tua remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak (65.0%), dan remaja yang mendapatkan pola asuh demokratis sebanyak (30%). Sedangkanremaja yang mendapatkan pola asuh permisif (5%). remaja yang nakal yaitu sebanyak 33 remaja (82,5%). Sedangkan 7 remaja (17,5%) tergolong remaja yang tidak nakal. Uji Spearman's rho diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,000 (karena p value< 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo”. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar 0,668 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa dari semua orang tua di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo sebagian besar menggunakan pola asuh otoriter, dan cenderung mempengaruhi kenakalan remaja yang ada di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo berarti semakin tinggi tingkat pola asuh orang tua (otoriter), maka tingkat kenakalan remaja juga akan semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
5
Hasil wawancara singkat pada tanggal 12 Mei 2015 dengan guru bimbingan konseling (BK) yang bekerja SMA AR-RAHMAN, Medan remaja yang ada di sekolah tersebut memiliki kebiasaan berkumpul bersama-sama kemudian dari situ timbul keinginan-keinginan untuk melakukan hal-hal yang kurang terpuji. Berkumpulnya mereka dengan sendirinya membentuk satu ikatan seperti kelompok “gang” yang juga kerap kali terlibat dalam aksi tawuran. Berdasarkan fenomena tersebut maka dalam penelitian ini akan diambil judul “Hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di “Sekolah Menengah Atas AR-RAHMAN, Medan”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka di dapat rumusan masalah sebagai berikut, “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMA SwastaAr-Rahman Medan”. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1
TujuanUmum Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di
SMA SwastaAr-rahman Medan. 1.3.2
Tujuan Khusus 1. Menggambarkan pola asuh orang tua yang diterapkan orang tua pada remaja di SMA SwastaAr-Rahman Medan 2. Menggambarkan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-rahman Medan
Universitas Sumatera Utara
6
3. Menggambarkan hubungan pola asuh yang diterapkan orang tua pada remaja dengan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-rahman medan 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan
literatur untuk pengembangan ilmu keperawatan, khususnya ilmu keperawatan komunitas. 1.4.2
Pelayanan Keperawatan Mengetahui lebih dalam mengenai kenakalan remaja dan dapat membantu
di dalam pemberian pelayanan yang tepat apabila berhadapan dengan pengguna jasa pelayanan keperawatan, khususnya remaja. 1.4.3
Penelitian Berikutnya Dapat memberikan informasi bagi peneliti berikutnya mengenai pengaruh
pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja dan tipe pola asuh yang diterapkan orang tua untuk mendidik anak-anaknya di dalam keluarga. 1.4.4
Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan bagi
keluarga, khususnya orang tua agar dapat menentukan pola asuh yang tepat untuk menerapkan disiplin pada anak.
Universitas Sumatera Utara