BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Lefrancois (1980, dalam Kartikasari, 1995) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan perasaan – perasaan yang tertekan yang muncul dalam kesadaran.
Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu : 1) tingkat
psikologis; kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya, 2) tingkat fisiologis; kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala‐gejala fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar‐debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi
kecemasan terwujud dalam empat hal yaitu : 1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian
Universitas Sumatera Utara
buruk yang akan terjadi, 2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar, 3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki kaku, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, peningkatan respirasi, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain, 4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, perasaan tegang yang berlebihan.
Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu (Hasuki, 2005).
Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin, 2001)
Proses persalinan yang normal berlangsung kira‐kira 18 jam pada ibu
primigravida (ibu dengan kelahiran anak pertama) yang melewati empat kala (kala I – IV) dengan durasi yang berbeda pada masing‐masing kala. Kala I dimulai dari munculnya tanda – tanda persalinan seperti perut terasa mules, pinggang nyeri akibat adanya kontraksi rahim yang semakin lama semakin sering dan dengan durasi yang semakin panjang, sehingga terjadi penipisan dan pembukaan serviks lengkap (10 cm) yang berlangsung sekitar 14 jam. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap
Universitas Sumatera Utara
sampai janin lahir yang berlangsung sekitar 2 jam, kala III dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung kira – kira 30 menit, dan kala IV dimulai dari segera setelah plasenta lahir sampai 2 jam setelahnya (Wiknjosastro, 1999).
Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain :
1) cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, 2) keadaan fisik ibu, 3) riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC), 4) kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, 5) dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi (Aryasatiani, 2005).
Secara epidemiologis, kecemasan dapat terjadi pada semua persalinan baik
pada persalinan primigravida maupun multigravida. Felman et al (dalam Aryasatiani, 2005) dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat tidak menyenangkan dalam hidupnya. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu
Universitas Sumatera Utara
persalinan. Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada dalam rahim ibu (Aryasetiani, 2005).
Penelitian yang berkaitan dengan kejadian persalinan lama, 65% disebabkan
karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Old et al (2000), adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan.
Takut biasanya dialami pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu
tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas. Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau teman tentang persalinan dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut incoordinate uterine action (Danuatmaja dan Meilasari, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Hardjana (1998) mengemukakan bahwa wanita secara umum tampak lelah
selama kehamilan akibat membawa beban bayi yang berat khususnya pada kehamilan trismester III. Demikian juga secara fisiologis tubuh mengalami perubahan sebagai akibat dari perkembangan kehamilan seperti beban jantung yang semakin meningkat, perubahan metabolisme, ketegangan otot leher, bahu dan punggung, peningkatan respirasi, perubahan frekuensi berkemih dan lain‐lain. Perasaan takut dan keadaan menjelang persalinan yang menggelisahkan ibu sehingga keadaan ini menimbulkan ketegangan. Semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat dicapai dengan perawatan yang baik selama kehamilan.
Perhatian dan perawatan yang baik yang didapatkan ibu selama kehamilan
akan memampukan ibu menghadapi persoalan – persoalan yang dialami ibu. Ibu akan dengan cepat mendapatkan asuhan sesuai dengan kebutuhannya seperti penanganan penyulit atau komplikasi dalam kehamilan, Sehingga pada saat masa persalinan tiba keadaan umum ibu diharapkan sudah dalam kondisi yang optimal baik fisik maupun psikologis (Verga, 2008).
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita sakit (Carpenito, 2001). Jika seorang ibu yang hamil dengan suatu
Universitas Sumatera Utara
penyakit yang menyertai kehamilannya, maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi, karena kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis namun tetap beresiko terjadi hal – hal yang patologis.
Baik fisik maupun psikologis ibu akan mengalami perubahan pada kala I,
seperti : TD, sistole akan naik rata‐rata 10‐20 mmHg, diastolik 5‐10 mmHg, antara kontraksi normal, rasa sakit dan cemas akan meningkat. Metabolisme karbohidrat akan meningkat secara berangsur‐angsur disebabkan kecemasan dan aktifitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiac output, pernapasan dan cairan yang hilang. Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5 ‐ 1°C karena peningkatan metabolisme terutama selama atau setelah persalinan.
Soewandi (1997) menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah
mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal‐hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pilliteri (2002) rasa takut, lelah dan kultur akan mempengaruhi
respon psikologis berupa cemas yang terjadi pada wanita menjelang persalinan. Melahirkan merupakan titik puncak penantian selama sembilan bulan. Ibu telah menghabiskan waktu berbulan‐bulan dengan bertanya‐tanya dan barangkali juga dilanda kekawatiran mengenai bagaimana akan menghadapi saat‐saat proses bersalin, terkadang sulit melihat kedepan dan membayangkan terutama pada persalinan dengan anak pertama.
Latar belakang psikososial seorang wanita juga berpengaruh terhadap
terjadinya kecemasan pada ibu bersalin. Raystone (dalam Maria, 2005) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
Selama persalinan teruama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa
pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Menurut Klaus dan Kennel (1993), ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan banyak keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu persalinan lebih
Universitas Sumatera Utara
pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan kelahiran dengan forcep (40%). Dilaporkan juga bahwa dengan kehadiran suami selama proses persalinan secara bermakna lama persalinan menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran suami atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan menjadi lebih nyaman sehingga mendukung kelancaran proses persalinan.
Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita yang sedang dalam
persalinan kala I pada primigravida bisa berlangsung selama 14 jam yang secara klinis ditandai dengan pengeluaran lendir yang bersemu merah yang berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari kapiler yang pecah yang berada disekitar servikalis karena pergeseran‐pergeseran produk kehamilan. Keadaan ini menimbulkan nyeri yang luar biasa bagi ibu yang dirasakan mulai dari pinggang memancar keperut bagian depan yang disebut dengan his. Semakin lama semakin teratur, dengan jarak yang semakin pendek dan dengan intensitas yang semakin kuat.
Ketenangan yang seharusnya didapatkan ibu selama persalinan tidak
tercapai, semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri ibu dan kepada petugas kesehatan baik dokter maupun bidan agar memberi perawatan
Universitas Sumatera Utara
selama kehamilan dan memberi perhatian kepada ibu dengan penuh kesabaran. Dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan sehingga diharapkan ibu bisa lebih siap menghadapi persalinan dengan penuh percaya diri.
Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa berdampak meningkatnya sekresi
adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah konstriksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan. Tidak hanya sekresi adrenalin yang meningkat tetapi sekresi ACTH (Adrenocorticotropic hormone) juga meningkat, menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah.
Sebagaimana yang diungkapkan Mc. Kinney, et al (2000) bahwa kecemasan
dapat timbul dari reaksi seseorang terhadap nyeri. Hal ini akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik dan meningkatkan sekresi katekolamin. Sekresi katekolamin yang berlebihan akan menimbulkan penurunan aliran darah ke plasenta sehinga membatasi suplai oksigen serta penurunan efektifitas dari kontraksi uterus yang dapat memperlambat proses persalinan.
RSU. dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pemerintah dengan
kunjungan persalinan lebih kurang sekitar 1.371 pertahun, dengan rata‐rata 110
Universitas Sumatera Utara
orang ibu yang bersalin perbulannya. Dari hasil wawancara dengan petugas di ruang bersalin yang merawat langsung ibu‐ibu yang melahirkan diruang perawatan diketahui bahwa ibu saat persalinan khususnya pada kala I sering mengalami kecemasan yang ditandai dengan tegang, bingung, sering bertanya kepada petugas tentang perkembangan kemajuan persalinan, perasaan tidak menentu, gelisah, gampang menangis, dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian tentang faktor‐
faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I penting dilakukan mengingat dampaknya sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan, terhadap kesehatan ibu dan bayi, sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan pemberian asuhan kepada ibu dalam masa kehamilan dan persalinan. 1.2. Permasalahan
Bagaimana pengaruh nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan
kehamilan, tingkat pengetahuan dan dukungan dari lingkungan sosial serta tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor
nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan dari lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I. 1.4. Hipotesis
Apakah terdapat pengaruh faktor nyeri, keadan fisik ibu, riwayat
pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan informasi/pendidikan kesehatan bagi ibu hamil dalam mempersiapkan fisik dan psikis ibu yang optimal dalam menghadapi persalinan 2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu agar memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu serta mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
informasi/pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persiapan persalinan mendatang sehingga dalam menghadapi persalinan, lebih tenang dan penuh percaya diri.
Universitas Sumatera Utara