BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang lainnya, yaitu agama, teknologi, mata pencaharian, dan kesenian. Di Indonesia ada tiga macam bahasa dengan status yang berbeda, yaitu (1) bahasa Indonesia, (2) bahasa daerah, dan (3) bahasa asing. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh penutur intrabangsa dan dalam situasi resmi, bahasa daerah atau bahasa ibu adalah bahasa yang dapat digunakan dalam komunikasi intrasuku, sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang berasal dari bangsa lain dan dapat digunakan dalam komunikasi antarbangsa (Chaer, 2010: 212). Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Bali ini dipelihara dengan baik oleh masyarakat penuturnya yakni masyarakat suku Bali untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bahasa daerah, bahasa Bali memiliki fungsi sebagai (1) lambang identitas masyarakat Bali, (2) lambang kebanggaan daerah Bali, dan (3) penunjang kebudayaan dan penunjang bahasa nasional (Suasta, 2013: 3). Bali merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam masyarakat aneka bahasa (multibahasawan), yakni masyarakat yang menguasai lebih dari dua bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam sebuah wilayah yang masyarakatnya tergolong masyarakat aneka bahasa (multibahasawan), dapat dijumpai penggunaan lebih dari satu bahasa dalam berkomunikasi. Salah satu
1
penyebab terjadinya multibahasawan adalah adanya akulturasi budaya melalui perkawinan campuran antar anggota masyarakat. Keluarga merupakan bagian terkecil dari anggota masyarakat. Keluarga menurut Alwi (dalam Trisnawati, 2006: 5) adalah sekelompok manusia yang terdiri atas ayah dan ibu beserta anak(-anaknya). Di Bali selain melakukan perkawinan dengan pasangan yang berasal dari Bali saja, masyarakat Bali juga mengenal
adanya
perkawinan
campuran.
Perkawinan
campuran
adalah
perkawinan beda bangsa atau suku, beda agama, yang didalamnya juga terdapat perbedaan bahasa (Sudarsana, 2002: 15). Salah satu contoh kawin campur adalah kawin campur Bali–Jawa. Keluarga kawin campur Bali-Jawa dalam penelitian ini adalah keluarga yang terdiri atas suami yang berasal dari Bali, berbahasa ibu bahasa Bali, dan beragama Hindu dengan istri yang berasal dari Jawa, berbahasa ibu bahasa Jawa, dan beragama non Hindu. Keluarga kawin campur Bali-Jawa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang telah menikah minimal 5 tahun, karena usia pernikahan tersebut adalah usia pernikahan yang matang untuk diteliti penggunaan bahasa Balinya. Setelah menikah selama 5 tahun, istri yang berasal dari Jawa akan lebih banyak menguasai kosa kata dalam bahasa Bali dibandingkan dengan yang baru membina rumah tangga. Selain itu, penelitian ini juga mengambil sampel anak dalam keluarga kawin campur Bali-Jawa untuk melihat bagaimana penggunaan bahasa Bali yang telah diajarkan oleh orang tua, terutama oleh ibu yang berasal dari Jawa. Salah satu wilayah di Bali yang
2
memiliki penduduk kawin campur Bali–Jawa adalah di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Kecamatan Kuta Utara secara administratif terdiri dari 6 kelurahan/desa dinas yaitu Desa Tibubeneng, Desa Canggu, Desa Dalung, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja dan Kelurahan Kerobokan Kelod. Kerobokan Kelod adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Kelurahan ini merupakan kelurahan paling selatan di wilayah Kecamatan Kuta Utara. Di kelurahan ini juga terdapat pantai dan pura Petitenget, salah satu Pura dhang kahyangan dan pantai yang terkenal di Bali. Secara geografis, Kelurahan Kerobokan Kelod berbatasan di sebelah utara dengan Kelurahan Kerobokan, di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Seminyak, di sebelah timur berdampingan dengan Kota Denpasar, dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Menurut data dari Statistik Kecamatan Kuta Utara tahun 2014 (2014: 30), luas wilayah Kerobokan Kelod adalah 5,26 km2, dengan populasi penduduk sebanyak 9.899 jiwa, serta jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2.455 KK. Jumlah keluarga kawin campur Bali-Jawa di Kelurahan Kerobokan Kelod sebanyak 28 keluarga yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan berbahasa Bali. Kata “penggunaan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan kata penggunaan dalam penelitian ini ialah perbuatan menggunakan sesuatu. Penggunaan bahasa Bali dalam keluarga kawin campur Bali–Jawa banyak ditemukan di dalam rumah mengenai topik pembicaraan
3
sehari-hari seperti agama, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Selain itu, bahasa Bali juga aktif digunakan di luar rumah seperti saat berada di pasar, di warung, di sekolah, di banjar, di rumah sakit, dan sebagainya. Penelitian yang berhubungan dengan masalah penggunaan bahasa, pemilihan bahasa, dan pemertahanan bahasa sebenarnya sudah banyak dilakukan, baik itu berupa hasil penelitian oleh para mahasiswa, maupun dalam bentuk buku oleh para peneliti bahasa. Berdasarkan pengamatan penulis tentang hasil-hasil penelitian sebelumnya, penelitian mengenai penggunaan bahasa Bali dalam keluarga kawin campur Bali–Jawa di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Walaupun orang Bali menikah dengan orang Jawa, ternyata penggunaan bahasa Bali yang lebih aktif digunakan daripada bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Istri yang berasal dari Jawa dan berbahasa ibu bahasa Jawa mengalah dan menggunakan bahasa Bali untuk berkomunikasi dalam keluarganya atau di lingkungan tempat tinggalnya. Hal inilah yang menjadi salah satu daya tarik dari penelitian ini untuk meneliti lebih jauh tentang penggunaan bahasa Bali dalam keluarga kawin campur Bali–Jawa di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
4
1) Sejauh manakah penggunaan bahasa Bali dalam keluarga kawin campur BaliJawa di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung ? 2) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan penggunaan bahasa Bali masih dipertahankan dalam keluarga kawin campur Bali–Jawa di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung ?
1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian hendaknya memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, karena dari tujuan yang pasti dan jelas dapat memberikan arah sesuai yang ingin dicapai dalam penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah sumbangan penelitian dalam bidang bahasa, khususnya dalam bidang sosiolinguistik. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian di bidang sosiolinguistik dan kebudayaan sehingga berguna bagi perkembangan bahasa.
1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
5
1) Mendeskripsikan penggunaan bahasa Bali dalam keluarga kawin campur Bali-Jawa di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. 2) Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan bahasa Bali dapat bertahan dalam keluarga kawin campur Bali–Jawa di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.
1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti diharapkan memiliki manfaat bagi banyak pihak, begitu juga dengan penelitian ini. Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi, masukan, dan acuan, terutama yang berkenaan dengan studi sosiolinguistik tentang penggunaan bahasa dan pemertahanan bahasa. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai
bahan
pembanding
dalam
penelitian
mengenai
penggunaan bahasa untuk para peneliti selanjutnya sehingga akan dapat bermanfaat menyumbangkan teori dalam pengembangan bahasa.
1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini berguna bagi masyarakat karena dari hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan dan
6
keilmuan kepada masyarakat mengenai penggunaan bahasa Bali dalam keluarga kawin campur. Hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai salah satu upaya ke arah pelestarian, pembinaan, dan pengembangan bahasa daerah di Bali.
7