BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta alur penelitian dalam melakukan penelitian ini.
1.1
Latar Belakang Bahan bakar minyak yang diperkirakan akan habis pada tahun 2044,
membuat perusahaan-perusahaan otomotif di dunia berlomba-lomba untuk membuat produk otomotif yang hemat bahan bakar dan menggunakan bahan bakar alternatif selain minyak bumi(IEMC, 2014). Selain itu tuntutan agar kendaraan bermotor lebih ramah lingkungan menimbulkan fenomena perubahan industri otomotif dari kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan dengan energi listrik. Fenomena perubahan industri otomotif ini terbukti dengan munculnya lebih dari 100 jenis kendaraan berenergi listrik telah diciptakan sejak tahun 1990-an (Kumara dan Sukereyasa, 2009). Melihat fenomena perubahan industri otomotif dari kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan dengan energi listrik, pada tanggal 25 Juni 2012, Presiden RI Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Program Mobil Listrik Nasional di Istana Presiden Yogyakarta. Program ini ditujukan agar Negara Indonesia dapat mempersiapkan diri serta ikut mengambil manfaat dari fenomena perubahan industri otomotif tersebut (Badan Standardisasi Nasional, 2015). Pada tanggal 17 Agustus 2014 terjadi penandatanganan kerja sama antara Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia (Kemendikbud) dengan lima Perguruan Tinggi Negara (PTN) untuk melakukan riset mobil listrik. Kelima PTN tersebut antara lain: Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dan Universitas Negeri Sebelas Maret (Carina, 2014). Untuk dapat melakukan riset mobil listrik diperlukan suatu standar produk sebagai acuan. Karena dengan adanya standar produk dapat memberikan jaminan pada konsumen bahwa produk yang digunakannya sesuai dari sisi
kinerja,
keamanan maupun proses produksinya dalam bentuk sertifikasi atau label standar
I-1
produk yang dihasilkan (Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2013). Standar inilah yang membedakan produk di pasaran, mana yang baik dan mana yang tidak. Namun, karena belum tersedianya Standar Nasional Indonesia (SNI) ataupun spesifikasi teknis mengenai mobil listrik di Indonesia, berdampak pada tidak adanya keseragaman kualitas dan acuan dalam melakukan riset mobil listrik nasional. Banyaknya komponen yang menyusun suatu mobil listrik membuat SNI mobil listrik tidak dapat dibuat untuk produk mobil secara utuh, tetapi dibuat per komponen-komponen mobil. Hal ini sesuai dengan hasil Focus Group Discussion (FGD), tanggal 23 Maret 2015, antara Badan Standarisasi Nasional (BSN) dengan kelima
PTN
tersebut
yang
didapatkan
hasil
bahwa
Indonesia
akan
mengembangkan SNI lima komponen mobil berenergi listrik dan satu terminologi antara lain: braking system, speed control, charging system, platform, motor listrik dan baterai (Badan Standardisasi Nasional. 2015). Berdasarkan kelima Perguruan Tinggi Negara tersebut, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dinilai memiliki nilai paling layak untuk mengembangkan standar nasional baterai pada mobil listrik (BSN, 2015). Sehingga UNS ditunjuk BSN untuk berkerja sama menyusun Standar Nasional baterai mobil listrik. Hal ini senada dengan upaya komersialisasi yang sedang dilakukan oleh UNS, bahwa UNS tengah gencar melakukan pengolahan sumber daya agar memiliki nilai tambah dan keunggulan dari peluang yang ada (UNS, 2014). Salah satu sumber daya yang dimiliki oleh UNS adalah sel ion-Lithium sekunder yang merupakan hasil riset tim Mobil Listrik Nasional (Molina) UNS. Agar sel ion-Lithium sekunder tersebut memiliki nilai tambah, maka Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNS melakukan upaya komersialisasi. Dalam upaya komersialisasi produk sel ion-lithium sekunder tersebut, LPPM UNS memerlukan standar ataupun spesifikasi teknik yang dapat menjamin kualitas produk sel ion baterai lithium. Namun karena belum tersedianya standar nasional mengenai sel ion-Lithium sekunder, berdampak pada tidak adanya acuan dalam memproduksi sel ion-Lithium sekunder tersebut. Sehingga pada tanggal 13 Mei 2015, tim riset Mobil Listrik Nasional (Molina) UNS yang tergabung dalam Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNS
I-2
melakukan kerjasama dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk mengembangkan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) adalah sel ionLithium sekunderhingga tahap publikasi SNI. Pengembangan standardisasi dilakukan dengan berpegang teguh pada berbagai prinsip, salah satunya adalah prinsip konsensus (BSN, 2014). Konsensus memiliki arti bahwa pelaksanaan kegiatan standardisasi memberikan kesempatan pada berbagai pihak yang memiliki kepentingan untuk menyampaikan pandangannya serta mengakomodasikan pencapaian kesepakatan secara konsensus (mufakat atau suara mayoritas) dan tidak memihak kepada pihak tertentu (BSN, 2014). Oleh karena itu, dalam upaya penyusunan SNI produk sel ion-Lithium sekunder di Indonesia, perlu acuan dari pendapat serta data kebutuhan stakeholder baterai seperti : produsen baterai sel ion-Lithium sekunder, konsumen (pihak pengembang mobil listrik), laboratorium pengujian sel baterai dan pihak pemerintah. Data hasil kebutuhan stakeholder baterai yang masih bersifat umum tersebut kemudian dianalisis dalam rangka identifikasi kebutuhan stakeholder. Ketersediaan standar internasional mengenai sel ion-Lithium sekunder telah dikembangkan oleh organisasi-organisasi dunia seperti International Electrotechnical Comision (IEC),International Organization for Standardization (ISO) dan United Nation (UN). Sedangkan negara-negara maju yang telah memiliki standar sel ionLithium sekunder antara lain negara Jepang dan Amerika. Sehingga standar yang dimiliki oleh negara lain tersebut dapat digunakan sebagai studi pembanding dalam usaha mencari national deferences bagi pengembangan SNI produk sel ion-Lithium sekunder. Kegunaan national deferences adalah untuk melindungi keamanan dan keselamatan konsumen dalam negeri tanpa menimbulkan hambatan perdagangan yang berlebihan atau tidak diperlukan (BSN, 2014). Standar dari berbagai organisasi dunia dan dari beberapa negara tersebut mencakupi standar produk sel ion-Lithium sekunder baik penggunaanya secara umum maupun aplikasi seperti aplikasi portabel, industri dan electric vehicle.Untuk dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada berbagai aplikasi standar sel baterai ion-Lithium tersebut serta perbedaan standar yang berlaku di berbagai negara, perlu dilakukan analisis kesamaan dan perbedaan. Diharapkan dari hasil analisis kesamaan dan perbedaan dapat berpadu dengan hasil analisis
I-3
kebutuhan stakeholder baterai sehingga didapatkan output berupa draft SNI pengujian sel ion-Lithium sekunder yang mencakupi kebutuhan stakeholder baterai serta tepat guna.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana cara merancang draft Standar Nasional Indonesia (SNI) pengujian sel ion-Lithium sekunder untuk aplikasi mobil listrik.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah melakukan perancangan draft
Standar Nasional Indonesia (SNI) pengujian sel ion-Lithium sekunder untuk aplikais mobil listrik.
1.4
Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Meningkatkan daya saing bisnis sel ion-Lithium sekunder dengan tersusunnya SNI sel ion-Lithium sekunder; b. Menghilangkan hambatan teknis dalam perdagangan sel ion-Lithium sekunder melalui harmonisasi standar; c. Membantu proses percepatan proses standardisasi komponen mobil listrik nasional.
1.5
Batasan Masalah Dalam penelitian ini, batasan-batasan terhadap permasalahan sebagai
berikut: a. Aspek yang diteliti adalah pengujian sel ion-Lithium sekunder pada aplikasi electric vehicle. b. National
deferences
yang
dipilih
merupakan
hasil
FGD
yang
beranggotakan RND Tim Molina UNS, RND PT. Nippress, perwakilan BPPT, perwakilan ilmuwan LIPI, perwakilan BSN dan MASTAN.
I-4
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan urutan latar belakang mengenai pemilihan tema yang diangkat, perumusan masalah yang diangkat, maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai tinjauan umum sel ion-Lithium sekunder, gambaran produk sel ion-Lithium sekunder UNS, spesifikasi produk sel ion-Lithium sekunder PT. Nipress dan landasan teori yang mendukung perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui teknik adopsi standar serta tata cara penentuan national deference (kekhasan nasional). BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi gambaran terstruktur tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan penjelasan lebih rinci dari flowchart tersebut. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi proses pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh dari pengumpulan studi pustaka, pengamatan lapangan,benchmark dan pengumpulan data kebutuhan stakeholder baterai. Pengolahan data dilakukan dengan cara menyusun desain rumusan standar dan mencari national diference. BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisa dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai dengan perumusan masalah. Hasil dari penyusunan desain rumusan standar dan pencarian national deference. Selanjutnya dilakukan analisis spesifikasi kebutuhan teknis stakeholder, analisis desain rumusan standar, analisis pemenuhan isi standar dan analisis kemungkinan national deference pada SNI pengujian sel ion-Lithium sekunder untuk aplikasi mobil listrik. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.
I-5