BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak lama pula potensi tersebut sudah disadari oleh bangsa kita. Namun, karena kualitas penduduk yang rendah, untuk menjadikan potensi itu mempunyai manfaat yang tinggi masih diperlukan upaya besar-besaran meningkatkan kualitas dan dinamikanya. Karena itu sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Pemerintah dan Rakyat Indonesia menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap masalah kependudukan. Upaya mengisi kemerdekaan tidak cukup dikerjakan dengan otot dari penduduk yang jumlahnya besar saja, tetapi harus lebih banyak dengan otak dan penemuan-penemuan yang memberi nilai tambah yang tinggi. Karena itu ada pergeseran cara pandang bangsa ini melihat penduduknya. Upaya mempersatukan kekuatan besar diisi lebih lanjut dengan upaya peningkatan kualitas agar penduduk yang besar dapat mengisi kemerdekaan dengan mutu masukan yang dapat dipertanggung jawabkan. Penduduk harus mempunyai tingkat kesehatan yang prima, tingkat pendidikan yang tinggi dan mampu bekerja keras dalam industri dan perdagangan dengan membawa keuntungan yang besar.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu sejak tahun 1970, perhatian pemerintah terhadap masalah kependudukan berkembang, yaitu mengusahakan agar kesehatan dan mutunya bertambah tinggi sehingga mampu memberi sumbangan yang berarti dalam mengisi kemerdekaan. Setiap penduduk tidak lagi diharapkan mengisi pembangunan secara seragam, tetapi setiap individu bisa memberi sumbangan sesuai pilihannya. Namun pemerintah tetap sadar bahwa kemampuan setiap anak bangsa memberi sumbangan itu terbatas karena kualitas masyarakat dan keluarga yang kurang menguntungkan. Perbaikan kualitas masyarakat dan keluarga di awal tahun 1970-an dimulai dengan pembangunan terpadu, diantaranya dengan memperingan beban keluarga melalui program pembangunan kependudukan, antara lain melalui program Keluarga Berencana (KB), pendidikan dan pemberdayaan keluarga. Bersamaan dengan berbagai program pembangunan lainnya, program terpadu itu telah membawa dampak yang menggembirakan. Tingkat kelahiran mulai dapat diperkecil, tingkat kematian dapat diturunkan, dan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Jumlah anggota keluarga dapat diperkecil, tingkat kesehatan masyarakat makin bertambah baik sehingga usia harapan hidup yang semula berada dibawah angka 50 tahun, berhasil dinaikkan menjadi sekitar 65 tahun, tingkat partisipasi pendidikan dasar juga sangat diperbaiki. Hasil-hasil pembangunan itu mengantar penduduk Indonesia memasuki proses transformasi dalam struktur dan ciri yang lebih menguntungkan dibandingkan keadaannya di masa lalu. Tingkat pendidikan dan tingkat kemiskinan secara umum bertambah baik. Namun harus diakui bahwa dalam beberapa hal, tingkat pendidikan
Universitas Sumatera Utara
dan tingkat kemiskinan yang berubah itu masih bersifat awal dan sangat rentan, sehingga hanya dengan gangguan sedikit saja, misalnya krisis sosial ekonomi yang berkepanjangan, keluarga Indonesia goncang, tidak bisa bertahan, tidak berdaya dan jatuh miskin kembali. Masalah utama di bidang kependudukan di Indonesia adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk. Diperkirakan penduduk Indonesia tumbuh sebesar 1,7 – 2,1 persen per tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut jumlah penduduk Indonesia bertambah lebih kurang tiga juta orang per tahun. Di samping itu terdapat pula kepincangan struktur umur penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk secara relatif lebih besar pada golongan umur muda, yaitu 10 – 19 tahun (BKKBN, 1994). Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan ketimpangan susunan umur penduduk mengakibatkan meningkatnya kebutuhan hidup. Kebutuhan ini meliputi antara lain pangan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Struktur umur yang muda juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana pendidikan. Hal ini juga berarti bahwa kelompok penduduk yang secara langsung ikut dalam proses produksi adalah lebih kecil dibandingkan dengan penduduk dengan tingkat pertumbuhan lebih rendah dan struktur umur yang lebih seimbang. Kesemuanya ini berarti bahwa peningkatan kesejahteraan rakyat umumnya maupun peningkatan kesejahteraan keluarga akan terhambat dengan cepatnya laju pertumbuhan penduduk. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah satu tujuan dari Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan adalah pembangunan keluarga sejahtera termasuk meningkatkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Keluarga Sejahtera diarahkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya melalui program KB (Depkes RI, 1982). Oleh karena itu usaha-usaha KB yang sudah dimulai sejak Repelita I terus ditingkatkan lagi dalam Repelita selanjutnya. Jumlah akseptor baru KB ditingkatkan setiap tahun. Pembinaan akseptor-akseptor yang ada dipergiat untuk menjaga kelangsungannya. Selanjutnya pelaksanaan KB diperluas ke luar pulau Jawa dan Bali. Peningkatan sasaran ini membutuhkan peningkatan kemampuan organisasi dan administrasi pelaksanaan. Selain daripada itu kegiatan-kegiatan pelayanan medis, penerangan dan motivasi, pendidikan dan latihan, serta penelitian ditingkatkan Program keluarga selama ini telah banyak mengubah struktur kependudukan Indonesia dalam pengertian menurunkan tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk maupun mengubah pandangan hidup terhadap nilai anak serta kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Program keluarga mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan (BKKBN, 2007). Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu
Universitas Sumatera Utara
terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, program KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih baik dengan merencanakan proses reproduksinya. Selain itu program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB. Kendala pelaksanaan program KB-Kesehatan Reproduksi (KB-KR), antara lain masih adanya pemahaman tentang KB yang sempit, baik di kalangan masyarakat maupun para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Demikian pula pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan Intra Uterine Device (IUD) yang masih dianggap tabu karena harus membuka aurat (BKKBN, 2007). Selain itu, masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid dan banyak anak akan membawa rezeki. Kendala lainnya, masih adanya anggapan atau pengetahuan dari para tokoh agama bahwa program KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum memahami manfaat program KB dalam kesehatan (Siregar, 2003). Masyarakat selama ini masih belum mendapatkan pelayanan program KB yang utuh. Selama ini banyak orang yang tidak mengetahui atau memilih kenapa dirinya memilih jenis kontrasepsi tertentu. Kebanyakan pilihan itu, karena tetangga atau memang hanya mengetahui satu jenis kontrasepsi saja.
Universitas Sumatera Utara
Target utama pelaksanaan program KB adalah pasangan usia subur (PUS), yang secara alamiah potensial dalam kesehatan reproduksi.
Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran pasangan usia subur terhadap pentingnya program KB untuk menjamin kesehatan ibu dan anak serta kebahagiaan keluarga. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan program KB pada umumnya kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah dengan kultur masyarakat yang masih memegang erat nilai-nilai budaya setempat dan nilai agama. Dalam hal ini kultur yang utama dikalangan masyarakat bahwa perempuan harus tunduk kepada suami, rasa malu berhubungan dengan orang lain dalam hal memasang alat KB, masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, dalam keluarga harus ada anak laki-laki, dan nilai agama yang menyatakan bahwa program KB haram. Nilai budaya dan norma agama yang telah lama ada di dalam masyarakat sedikit banyak akan memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB. Akseptor baru dan pemakaian dari pasangan usia subur di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara sejak tahun 2006 sampai 2007 dapat dilihat dari hasil pendataan Keluarga Sejahtera yang dilaksanakan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil pendataan dua tahun tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian akseptor baru sangat rendah, yaitu hanya 14,25 % pada tahun 2006 dan 13,43 % tahun 2007 dengan pertumbuhan yang sangat rendah pula, yaitu hanya 0,73 %. Pencapaian ini masih di bawah target yang telah ditentukan oleh pemerintah dan tidak sebanding dengan
Universitas Sumatera Utara
peningkatkan pasangan usia subur yang ada di Kecamatan Nisam tersebut, yaitu 6,88%. Rendahnya pencapaian realisasi persentase akseptor baru ini berhubungan dengan faktor sosio demografi dan sosio psikologis terhadap persepsi pasangan usia subur dalam hubungan keikutsertaan dalam program KB. Selain itu, ibu-ibu yang mengikuti program KB khususnya di Kecamatan Nisam, ditinjau dari kultur masyarakatnya masih memegang erat nilai-nilai budaya yang dikaitkan dengan agama, sehingga program KB tidak mudah diterima oleh masyarakat tersebut. Ditinjau dari segi adat istiadat masyarakat Kecamatan Nisam, khususnya dalam masalah program KB sangat sulit untuk disosialisasikan, dimana pada ibu-ibu yang mau program KB umumnya ada rasa malu, takut pada suami, dan sebahagian masyarakat menganggap bahwa program KB itu adalah haram hukumnya (membunuh bibit keturunan). Ada juga sebahagian masyarakat beranggapan dan berpendapat bahwa banyak anak banyak rejeki, anak laki-laki lebih ”berharga” dari anak perempuan, serta ajaran agama yang berpendapat bahwa program KB haram, merupakan beberapa faktor kultural dan agama yang memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB.
Selain itu, peran pria atau suami
pasangan usia subur tersebut juga masih sangat rendah dalam pelaksanaan program KB. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa Kabupaten Aceh Utara tergolong tertinggal dalam hal program KB dibandingkan dengan-daerah lain di Indonesia. Selain faktor kultural tersebut, faktor sosio demografis yang turut memhubungani persepsi pasangan usia subur terhadap program KB adalah tingkat pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan, pendapatan, umur, jumlah keluarga, dan lain-lain. Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan secara teori berhubungan positif pada persepsi masyarakat terhadap program KB. Pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebih baik cenderung memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat sehingga meningkatkan pemahamannya tentang program KB. Sedangkan pendapatan yang lebih tinggi, menyebabkan keluarga dapat menyekolahkan anak atau anggota keluarga ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dapat mengubah pola pikir atau cara pandang terhadap program KB. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah untuk mengetahui hubungan faktor sosio demografi dan sosio psikologis terhadap keikutsertaan PUS dalam program KB di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara.
1.2. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan terhadap keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis hubungan faktor sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan dengan keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Hipotesis Sosio demografi dan sosio psikologi PUS berhubungan dengan keikutsertaan PUS dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi BKKBN Kabupaten Aceh Utara khususnya Kecamatan Nisam untuk dapat meningkatkan cakupan program KB. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dalam meningkatkan keikutsertaan WUS dalam program KB. 3. Memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan tentang program keluarga berencana, khususnya yang terkait dengan faktor yang memhubungani persepsi pasangan usia subur tentang program keluarga berencana di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara.
Universitas Sumatera Utara