BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk
keempat tertinggi setelah Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat (Siahaan, 2011). Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 menurut pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berjumlah 248.422.956 jiwa (Kemenkes RI, 2014). Jumlah penduduk yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan kesehatan, sosial dan ekonomi. Diperlukan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar jumlah penduduk dapat dikendalikan dan kesejahteraan penduduk semakin meningkat. Pemerintah Indonesia melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) untuk mencapai tujuan Penduduk Tumbuh Seimbang 2015. Pelaksanaan KB dengan cara menggunakan metode, alat dan obat kontrasepsi. Antifertilitas atau kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan baik sementara maupun permanen. Berbagai cara untuk mencegah kehamilan, antara lain mencegah ovulasi, menghalangi konsepsi, menghambat proses implantasi dan menghambat pembentukan sperma (Wiknjosastro, 2009). Dewasa ini obat-obat modern telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Namun, akhir- akhir ini pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat yang digunakan secara tradisional. Alasannya adalah karena tanaman obat memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat modern yang diolah secara sintetis (Nursiyah, 2013).
1
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber tanaman obat yang telah banyak digunakan oleh masyarakat secara turun–temurun. Pemanfaatan tanaman obat antara lain adalah sebagai kontrasepsi (Nursiyah, 2013). Pacing (Cheilocostus speciosus (J. Koenig) C.D. Specht) merupakan tanaman hias yang dapat ditemukan hampir di seluruh Indonesia dan pembudidayaannya mudah dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan daun pacing digunakan secara empiris oleh masyarakat di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara sebagai pencegah kehamilan serta perawatan paska persalinan (untuk mempercepat keluarnya darah nifas) (Rahayu, dkk., 2006). Tanaman pacing memiliki aktivitas hipolipidemik, hepatoprotektif, antioksidan dan antifungi (Sari, dkk., 2013). Daun pacing digunakan juga untuk antidiabetes, antibakteri, anti inflamasi dan antipiretik (Srivastava, dkk., 2011). Rimpang dan daun pacing mengandung diosgenin (Sari, dkk., 2013). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa infusa daun pacing pada mencit jantan dapat menurunkan jumlah spermatozoa sebesar 36% - 39%, dimana perhitungan jumlah sperma dilakukan di dalam kamar hitung Improved Neubauer (Sari, dkk., 2013). Ekstrak air rimpang pacing efektif dalam mencegah kehamilan pada pemberian seminggu sebelum kopulasi dan pada pemberian seminggu sebelum kopulasi sampai seminggu setelah kopulasi (Wahyuni, 1997). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian tentang efek antifertilitas ekstrak etanol daun pacing (Cheilocostus speciosus (J. Koenig) C.D. Specht) pada mencit betina.
2
1.2
Perumusan masalah Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: a. Apakah karakteristik simplisia dan ekstrak etanol daun pacing (EEDP) memenuhi persyaratan? b. Apakah golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan EEDP? c. Apakah EEDP memiliki efek antifertilitas pada mencit betina? 1.3
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis
masalah dalam penelitian ini adalah: a. Karakteristik simplisia dan EEDP memenuhi persyaratan. b. Golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan EEDP adalah
alkaloida,
flavonoida,
glikosida,
saponin,
tanin
dan
steroida/triterpenoida. c. EEDP memiliki efek antifertilitas pada mencit betina. 1.4
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui karakteristik simplisia dan EEDP. b. Untuk mengetahui golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia dan EEDP. c. Untuk mengetahui efek antifertilitas EEDP pada mencit betina.
3
1.5
Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang karakteristik,
golongan metabolit sekunder dari simplisia dan EEDP serta efek antifertilitas dari EEDP pada mencit betina.
4
1.6
Kerangka pikir penelitian Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Simplisi daun pacing
Karakteristik simplisia dan EEDP
Parameter -
Makroskopik Mikroskopik Kadar air Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Kadar abu total Kadar abu tidak larut asam
-
Alkaloida Flavonoida Glikosida Saponin tanin Steroida/triterpenoida
Ekstak Etanol Daun Pacing (EEDP) Senyawa metabolit sekunder -
SK 50 mg/kg BB SK 100 mg/kg BB SK 200 mg/kg BB Efek antifertilitas
-
-
Hamil Tidak hamil
SK-SSK 50 mg/kg BB SK-SSK 100 mg/kg BB SK-SSK 200 mg/kg BB Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian
Keterangan: SK SK-SSK
: seminggu sebelum kopulasi. : seminggu sebelum kopulasi sampai seminggu setelah d kopulasi.
5