BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan,
dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti puskesmas. Untuk itu, sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar, maka pelayanan rumah sakit perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang membutuhkan (Depkes RI, 2007). Pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi yang sangat kompleks, karena pelayanan kesehatan bergerak dalam bidang pelayanan jasa yang melibatkan berbagai kelompok profesi dengan latar belakang pendidikan dan kehidupannya yang berbeda (Sumijatun, 2009). Salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit adalah perawat. Hal ini dikarenakan perawat selalu berada disamping pasien, sentuhan asuhan keperawatan dirasakan pasien sejak masuk rumah sakit, selama dirawat dan sampai pada waktu pulang. Apabila karyawan kesehatan, terutama perawat dirumah sakit, karena mereka jauh lebih lama dalam berinteraksi dengan pasien daripada dokter dapat mengobservasi dan mengenal perilaku pasien yang mencerminkan perasaan, pikiran, motivasi, sifat-sifat kepribadian dan nilai-nilai yang dianutnya, maka pasien dapat ditolong dengan lebih baik (Maramis, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum pelayanan keperawatan dapat diartikan sebagai proses pemberian asuhan keperawatan melalui personil keperawatan yang telah dipercaya untuk dapat menyelenggarakan asuhan keperawatan secara komprehensif yang memandang manusia dari aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif dengan tujuan memberikan nilai kontribusi dalam kesembuhan dan kesehatan yang diintegrasikan dengan seluruh komponen profesi lain di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya (Nursalam, 2011). Profesi perawat di tuntut untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu, memiliki landasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik disertai dengan sikap dan tingkah laku yang profesional dan berpegang kepada etika keperawatan. Asuhan keperawatan yang berkualitas akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien serta memberikan pengaruh positif terhadap penyembuhan sakitnya (Sumijatun, 2009). Profesi perawat mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan kesehatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan tuntutan kerja yang bervariasi, tergantung pada karkteristik-karakteristik tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik tugas (yang membutuhkan kecepatan, kesiagaan, rotasi kerja), karakteristik organisasi, serta karakteristik lingkungan kerja, baik lingkungan kerja fisik maupun sosial. Selain itu perawat juga dibebani tugas tambahan lain dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya sebagai seorang tenaga pelayanan kesehatan, misalnya menangani administrasi, keuangan dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Irwandy (2007), dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah menyusun Modul Dasar Susunan Personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya. Analisa beban kerja perawat dapat dilihat berdasarkan aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya. Beberapa aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerja sesuai dengan pendidikan, shift dan rotasi kerja sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik. Beban kerja perawat dapat dipengaruhi oleh kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan perawat untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien serta dokumentasi asuhan keperawatan (Kusmiati, 2003). Akibat negatif dari permasalahan ini, kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan sebagai seorang tenaga pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Departemen Kesehatan dari Universitas Indonesia dalam Nursalam (2011), bahwa terdapat 78,8% perawat melaksanakan tugas kebersihan, 63,6% melakukan tugas administrasi, dan lebih dari 90% melakukan tugas non keperawatan (misalnya menetapkan diagnosa penyakit, membuat resep dan melakukan tindakan pengobatan) dan hanya 50% yang melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsinya.
Universitas Sumatera Utara
Fluktuasi beban kerja merupakan salah satu bentuk pembangkit stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya perawat. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja (Munandar, 2001). Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah sakit itu sendiri. Kondisi keperawatan dengan beban kerja yang meningkat memungkinkan timbulnya stres kerja. Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan pekerjaan. Berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi sehingga keadaannya menyimpang dari normal (Abraham, 2007). Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berhubungan dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien serta kegagalan merawat. Menurut Marbusan (2007), konsekuensi stres mencakup empat macam yaitu: penyakit fisik yang di timbulkan oleh stres, kecelakaan kerja terutama pada pekerja dengan tuntutan kinerja yang tinggi dan perhatian yang kurang, absenteisme sering terjadi pada individu yang sulit menyesuaikan diri dengan pekerjaanya sebagai akibat stres pekerjaan, lesu kerja (burn out) terjadi bila individu kehabisan motivasi dalam upaya meneruskan suatu kinerja yang tinggi. Menurut Rini (2002), beberapa dampak negatif yang dapat di timbulkan oleh stres kerja dapat berupa: terjadinya kekacauan
Universitas Sumatera Utara
hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja, mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan pemasukan dan keuntungan rumah sakit. Selanjutnya stres kerja pada perawat berpengaruh terhadap prestasi kerja perawat, ini sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang hubungan stres dengan kinerja, yaitu hubungan terbalik, artinya makin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah. Tetapi apabila tingkat stres bertambah ataupun sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhirnya akan menurunkan prestasi kerja perawat tersebut (Ilmi, 2003 ). Menurut hasil survei dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2006 dalam Sumijatun (2009) sekitar 59% perawat yang bekerja di 4 provinsi di Indonesia mengalami stres kerja yang ditandai dengan gejala sering pusing, lelah, kurang waktu istirahat dikarenakan beban kerja yang tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa intensif yang memadai. Apabila stres mencapai titik puncak yang kirakira sesuai dengan kemampuan maksimum kinerja karyawan maka pada titik ini stres tambahan cenderung tidak menghasilkan perbaikan kinerja selanjutnya bila stres yang di alami karyawan terlalu besar, maka kinerja akan mulai menurun, karena stres tersebut mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya atau menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan dan perilakunya menjadi tidak menentu.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat tiga rumah sakit yang mempunyai wilayah kerja di Kota Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, terdiri dari satu rumah sakit umum dan dua rumah sakit swasta. Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan merupakan rumah sakit yang memiliki fasilitas pelayanan antara lain instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi gawat darurat, pelayanan penunjang medis (instalasi farmasi, laboratorium, radiologi diagnostik, elektromedik, kamar bedah sentral, pelayanan ambulans, pelayanan kerohanian. Pada tahun 2011 Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan memberikan pelayanan bagi pasien pengguna Jamsostek dan Jamkesmas. Data ketenagaan yang diambil pada bulan Februari tahun 2012 di bidang keperawatan Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan adalah S-1: 2 perawat, D-III: 36 perawat, Kebidanan: 5 orang. Jumlah ruang rawat inap ada 7 ruangan di tambah dengan ruang kebidanan 2 ruangan dan ruang pelayanan intensif 2 ruangan. Dengan demikian jumlah tenaga perawat ada 43 perawat. Kapasitas tempat tidur 100 unit, rata – rata nilai BOR yaitu 40% dan jumlah perawat rawat inap Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan terdiri dari 43 perawat dengan latar belakang jenjang pendidikan D-III dan S-I, bervariasinya masa dan pengalaman yang diperoleh. Rumah Sakit Umum Melati merupakan rumah sakit yang memiliki letak geografis strategis, sehingga memungkinkan menjadi salah satu faktor pendukung banyaknya pasien berkunjung, namun pada kenyataannya dilihat dari pencapaian BOR ternyata kunjungan pasien di rumah sakit ini masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Hasil kinerja RSU Melati Perbaungan selama tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Indikator Kinerja RSU Melati Perbaungan Tahun 2010-2011 No. 1. 2. 3. 4.
Keterangan BOR (Bed Occupancy Rate) LOS (Length Of Stay) BTO (Bed Turn Over) TOI (Turn Over Interval)
2009 55,0 4,0 35,0 2,1
Tahun 2010 52,1 3,6 32,0 3,1
2011 40,0 4,0 30,0 3,3
Dari tabel terlihat indikator kinerja Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, dimana hasil pencapaian BOR cenderung menurunan dan belum mencapai target, yaitu 60-85%. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari tahun 2012 di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan, melalui laporan tahunan bagian keperawatan menyatakan bahwa bagian keperawatan masih menghadapi masalah disiplin kerja perawat yang kurang baik. Informasi lebih lanjut didapat bahwa masih ditemui adanya perawat yang belum optimal melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. Sedangkan sesuai tugas pokok dan fungsi rumah sakit, perawat harus memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Selanjutnya dilakukan pengecekan dokumen/status melalui rekam medis pasien tahun 2012 diambil secara acak sebanyak 40 rekam medis tentang asuhan keperawatan masih ditemui 75% perawat belum optimal melaksanakan asuhan perawatan kepada pasien. Tidak adanya komunikasi edukatif yang dibangun perawat dengan pasien maupun keluarga pasien (tidak menunjukkan adanya tindakan
Universitas Sumatera Utara
implementasi maupun evaluasi dari standar asuhan keperawatan). Hal tersebut berdampak pada indikator kinerja Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan. Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan oleh bidang keperawatan Rumah Sakit Melati Perbaungan dalam memenuhi kebutuhan pasien tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan tenaga perawat yang mencukupi dalam setiap kali dinas jaga (shift), banyaknya pasien yang memerlukan tindakan perawatan medis, tingkat pendidikan dan lama masa kerja yang berbeda, hubungan antar karyawan yang kurang harmonis. Penetapan rotasi kerja rumah sakit masih belum konsisten dengan terjadinya perubahan setiap harinya. Masih terdapat perawat yang melakukan kegiatan diluar tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang perawat, seperti membersihkan ruangan perawatan dan peralatan (pengamatan langsung peneliti di Rumah Sakit Umum Perbaungan). Informasi lebih lanjut yang diperoleh bahwa 80% perawat (43 orang) menyatakan kondisi lingkungan kerja menurunkan semangat bekerja. Lingkungan yang dimaksud meliputi interaksi antar karyawan, interaksi dengan pimpinan. Masih kurangnya promosi dari pimpinan dan perselisihan dengan rekan kerja. Kurang maksimalnya komunikasi yang baik dan kerjasama merupakan masalah yang ada dalam Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan sehingga memicu stres kerja terhadap tenaga kerjanya. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan nyeri otot dan sendi, jantung berdebar, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, perasaan lelah, serta nafsu makan
Universitas Sumatera Utara
menurun. Menurut Anoraga (2001), hal ini merupakan gejala-gejala adanya stres kerja pada tenaga kerja. Berdasarkan fenomena yang terjadi, perawat memiliki stressor yang tinggi karena perawat setiap hari akan berhadapan dengan aspek lingkungan fisik dan lingkungan psikososial yang tinggi dari pekerjaan. Sehingga kemungkinan besar akan terjadi stres pada tenaga kerja perawat di rumah sakit tersebut karena beban kerja yang berlebih. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui sejauh mana hubungan beban kerja dan stres kerja terhadap kinerja perawat, khususnya pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan.
1.2.
Permasalahan Bertitik tolak pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan adalah “Apakah Ada Hubungan Antara Beban Kerja dan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan”.
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Hubungan Antara Beban Kerja dan
Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
1.4.
Hipotesis Beban Kerja dan Stres Kerja berhubungan dengan Kinerja Perawat Pelaksana
di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ke berbagai pihak,
antara lain : 1.
Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi manajemen rumah sakit dalam mengembangkan sumber daya manusia khususnya tenaga perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Melati Perbaungan.
2.
Penelitian ini memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi rumah sakit terutama yang berkaitan dengan kinerja perawat di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara