BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat
beragam
macamnya,
diantaranya
adalah
rumah
sakit,
puskesmas, dokter praktek swasta, balai pengobatan, klinik 24 jam, dan dokter keluarga. Rumah sakit menjadi salah satu fasilitas penyedia layanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan
paling
kompleks
diantara
fasilitas
pelayanan
kesehatan yang lain. Menurut WHO, rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh
dari
organisasi
sosial
dan
medis
yang
berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, rumah sakit juga merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial (Budi, 2011). Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyeluruh
rumah
sakit
berkewajiban
memberikan
pelayanan
kesehatan sesuai dengan pokok sasarannya masing-masing. Selain itu, rumah sakit juga berkewajiban untuk menyelenggarakan pembuatan dan pemeliharaan rekam medis. Sehingga segala bentuk pengobatan dan tindakan yang diberikan kepada pasien harus didokumentasikan dengan baik ke dalam rekam medis. Rekam medis yang dimaksud adalah keterangan yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnase, penetuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan
1
2
dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang di rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat (Depkes RI, 1997). Secara umum rekam medis berisi data administrasi dan data klinis. Data administrasi berisi data-data sosial pasien, sedangkan data klinis berisi data yang berkaitan dengan keadaan klinis pasien. Datadata tersebut yang nantinya akan diolah oleh tenaga perekam medis menjadi sebuah informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Informasi tersebut tentunya akan berguna apabila datadata yang terkandung di dalamnya benar-benar dapat memberikan arti. Oleh karena itu, proses pendokumentasian data-data pasien ke dalam rekam medis harus dilakukan dengan benar dan tepat. Untuk itu tenaga perekam medis mempunyai kewajiban untuk menjaga mutu rekam medis termasuk kualitas data-data tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan yang didalamnya menyebutkan bahwa perekam medis melaksanakan program kegiatan menjaga mutu (QA) rekam medis. Pelaksanaan kegiatan menjaga mutu rekam medis (QA) salah satunya dapat dilakukan dengan analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif pada berkas rekam medis baik yang berbentuk manual ataupun elektronik. Analisis tersebut dilaksanakan untuk menjaga mutu seluruh isi masukan oleh tenaga kesehatan yang menggunakan rekam
3
medis.
Salah
satunya
adalah
yang
berkaitan
dengan
pendokumentasian data-data pasien pada rekam medis berbentuk kertas
maupun
rekam
medis
yang
berbentuk
elektronik.
Pendokumentasian segala bentuk pengobatan maupun tindakan yang diperoleh oleh pasien tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang. Proses pendokumentasian tersebut akan mempengaruhi keakuratan data yang diperoleh.
Mengingat pentingnya proses
pendokumentasian tersebut, kini muncullah berbagai teknologi canggih di bidang rekam medis salah satunya adalah sistem Electronic Health Record (EHR). Sistem EHR atau yang lebih dikenal sebagai rekam kesehatan elektronik adalah kegiatan komputerisasi rekam kesehatan dan proses elektronisasi
yang
berhubungan
dengannya.
Elektronisasi
ini
menghasilkan sistem yang secara khusus dirancang untuk mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas, bagi kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, sebagai peringatan, tanda sistem pendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan pengetahuan medis serta alat bantu lainnya (Hatta, 2011). Secara mudahnya EHR adalah berkas rekam medis dalam bentuk elektronik. Dengan adanya EHR tenaga kesehatan akan sangat terbantu dalam menjalankan tugasnya, khususnya tenaga perekam medis. Proses pendokumentasian pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien akan semakin mudah, cepat dan meminimalisir terjadinya kesalahan
4
akibat
human
eror.
Akan
tetapi
untuk
menuju
proses
pengimplementasian EHR yang sempurna, berkas rekam medis manual juga masih tetap dibutuhkan dalam pendokumentasian. Sehingga tidak langsung paper less akan tetapi sedikit demi sedikit berkas rekam medis manual dihilangkan. Berkas rekam medis manual dan rekam medis elektronik hendaknya dipadukan dalam proses pendokumentasian. sehingga satu pasien akan mempunyai dua rekam medis, satu dalam bentuk manual dan satu lagi dalam bentuk elektronik. Hal ini akan membawa banyak keuntungan seperti keakuratan dan keamanan informasi pasien. Dengan demikian, keduanya harus sesuai satu sama lain. Isi yang ada dalam berkas rekam medis manual dan isi yang ada pada EHR harus sama terutama yang menyangkut informasi penting baik klinis maupun data sosial pasien, karena pada dasarnya informasi di dalam rekam medis tersebut milik satu pasien yang sama. Salah satu data pasien yang penting dan harus didokumentasikan dalam rekam medis adalah data diagnosis. Hal ini diperjelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan Rebuplik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa isi rekam medis untuk pasien rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat sekurang-kurangnya memuat identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan diagnosis. Data diagnosis pasien tersebut merupakan data yang penting karena data diagnosis
digunakan
untuk
memastikan
penyakit
yang
diderita
5
seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi. Selain itu, data diagnosis merupakan salah satu komponen yang ditelaah dalam pelaksanaan analisis kualitatif berkas rekam medis dalam hal kejelasan dan konsistensi. Dengan demikian data diagnosis pasien harus didokumentasikan dengan benar dan sesuai, baik pada rekam medis manual maupun rekam medis elektronik. Sehingga memudahkan proses analisis terhadap isi masukan oleh tenaga kesehatan dan kegiatan yang berkaitan dengan menjaga mutu rekam medis (QA) yang dilakukan pada rekam medis dalam bentuk kertas ataupun dalam bentuk elektronik (EHR). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta khususnya di Instalasi Rekam Medis pada tanggal 1-31 Agustus 2013, melalui hasil wawancara dan hasil pengamatan selama studi pendahuluan diketahui bahwa proses pendokumentasian data sosial maupun data klinis satu pasien khususnya pasien Instalasi Gawat Darurat dilakukan dalam dua cara, yaitu pada berkas rekam medis manual dan pada berkas rekam medis elektronik (EHR). Akan tetapi masih terdapat ketidaksesuaian dalam penulisan diagnosis antara berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. Penulisan diagnosis yang benar dan tepat akan dijadikan sebagai sumber oleh petugas coding dalam memperoleh kode yang akurat. Hasil pengkodean diagnosis tersebut akan digunakan
6
untuk kepentingan selanjutnya. Salah satunya akan direkap untuk dibuat indeks penyakit dan laporan rumah sakit. Sehingga apabila pendokumentasian diagnosis diantara kedua dokumen (berkas rekam medis dan EHR) tersebut tidak sesuai maka akan mempengaruhi hasil laporan internal maupun eksternal Rumah Sakit yang dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan oleh pihak manajemen Rumah Sakit. Selain itu, pendokumentasian diagnosis yang tidak sesuai juga akan mempengaruhi hasil penilaian apabila dilakukan akreditasi atau audit coding
pada
rumah
sakit
yang
bersangkutan
karena
proses
pendokumentasiannya tidak berjalan dengan baik. Pendokumentasian diagnosis yang tidak sesuai bisa juga mempengaruhi Budgeting Finance Rumah Sakit, karena dalam pelaksanaan Case Mix INACBG’S kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa mejadi lebih besar atau lebih kecil. Dengan dilatarbelakangi oleh beberapa
uraian
masalah
tentang
pentingnya
kesesuaian
pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR, maka peneliti mengangkat topik tugas akhir tentang “Kesesuaian Diagnosis Pada Berkas Rekam Medis Dan EHR Pasien Instalasi Gawat Darurat Di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta”.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada
penelitian
ini
adalah:
“Bagaimana
tingkat
kesesuaian
pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis dan EHR pasien Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui sejauh mana kesesuaian pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. b. Mengetahui persentase kesesuaian pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. c. Mengetahui
penyebab
dan
dampak
ketidaksesuaian
pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR.
8
d. Mengetahui adakah upaya yang dilakukan sejauh ini untuk menjamin pendokumentasian diagnosis pada kedua dokumen (berkas rekam medis dan EHR) tersebut sesuai.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pihak rumah sakit,
khususnya
untuk
tenaga
kesehatan
yang
bertugas
melakukan pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis dan EHR agar proses pendokumentasian dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara benar dan tepat. b. Bagi Peneliti 1) Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengalaman serta wawasan di bidang rekam medis khususnya berkaitan dengan cara pendokumentasian diagnosis yang benar dan sesuai serta pengetahuan tentang cara pendokumentasian data klinis pasien baik pada berkas rekam medis manual maupun pada EHR. 2) Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada peneliti tentang
perbandingan
teori
yang
diperoleh
perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.
di
bangku
9
2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian yang dihasilkan dapat memperkaya disiplin ilmu rekam medis dan menghasilkan ide-ide baru dalam sistem pembelajaran rekam medis kedepannya. b. Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, wacana dan bahan perbandingan oleh peneliti lain apabila akan melakukan penelitian dengan mengangkat tema yang sejenis.
E. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian dengan topik “Kesesuaian Diagnosis Pada Berkas Rekam Medis Dan EHR Pasien Instalasi Gawat Darurat ” belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta. Namun penulis menemukan beberapa penelitian yang serupa, yaitu: 1. Penelitian Sri Subekti (2010) Penelitian ini berjudul “Kesesuaian diagnosis pada berkas RM
dengan diagnosis pada komputer pasien IGD di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta”. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pelaksanan input data diagnosis pada komputer di Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta masih terdapat ketidaksesuaian diagnosis, dari 348 pasien Instalasi Gawat
10
Darurat yang dilakukan analisis hasilnya terdapat 8,62 % diagnosis pasien yang tidak diinputkan pada komputer, 9,48% diagnosis pada berkas tidak tertulis (kosong), sedangkan untuk diagnosis yang tidak sesuai antara berkas rekam medis dengan diagnosis yang ada pada komputer sebanyak 21,26%, dan diagnosis yang sesuai antara berkas rekam medis dengan diagnosis yang ada pada komputer sebanyak 60,63%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Subekti (2010) adalah pada temanya, yaitu sama-sama mengangkat tema tentang kesesuaian diagnosis pasien Instalasi Gawat Darurat. Selain itu letak persamaan yang lain adalah pada jenis penelitian yang diambil, yaitu sama-sama penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun perbedaanya terdapat pada tujuan penelitian. Penelitian Subekti (2010) bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prosedur pengisian diagnosis pasien di Instalasi Gawat Darurat sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. Selain itu, perbedaan juga terletak pada obyek penelitian. Pada penelitian Subekti (2010) obyeknya adalah berkas rekam medis dan data diagnosis yang diinputkan ke dalam komputer sedangkan penelitian ini, obyeknya adalah berkas rekam medis manual dan berkas rekam medis elektronik atau yang sering disebut EHR. Perbedaan juga terletak
11
pada lokasi penelitian (Rumah Sakit Akademik UGM), waktu penelitian, dan teknik pengumpulan data (studi dokumentasi, wawancara). 2. Penelitian Dira Herlina Permatasari (2013) Penelitian ini berjudul “Analisis Kesesuaian Data Diagnosis Antara Komputer Dengan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Di RSUD Wates”. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pelaksanaan pengisian data diagnosis pada komputer dilakukan oleh perawat di poliklinik spesialis penyakit dalam RSUD Wates, karena tidak ada petugas administrasi di poliklinik spesialis penyakit dalam. Data diagnosis yang sesuai antara komputer dengan berkas rekam medis sebanyak 81,97%, dan data diagnosis yang tidak sesuai antara komputer dengan berkas rekam medis sebanyak 18,03%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Permatasari (2013) adalah pada temanya, yaitu sama-sama mengangkat tema tentang kesesuaian diagnosis pasien. Selain itu letak persamaan yang lain adalah pada jenis penelitian yang diambil, yaitu samasama penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun perbedaanya terdapat pada tujuan penelitian. Penelitian Permatasari (2013) bertujuan untuk mengetahui data diagnosis yang terdapat pada komputer dan pada berkas rekam medis Rawat Jalan di RSUD Wates sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam
12
medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. Selain itu, perbedaan juga terletak pada obyek penelitian. Pada penelitian Permatasari (2013) obyeknya adalah berkas rekam medis dan data diagnosis yang diinputkan ke dalam komputer pada pasien Rawat Jalan sedangkan penelitian ini, obyeknya adalah berkas rekam medis manual dan berkas rekam medis elektronik pada pasien Instalasi Gawat Darurat atau yang sering disebut EHR. Perbedaan juga terletak pada lokasi penelitian (Rumah Sakit Akademik UGM) dan waktu penelitian. 3. Penelitian Kuni Magfuroh (2013) Penelitian ini berjudul “Analisis Kode Diagnosis Pada Berkas Rekam Medis Dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Berdasarkan ICD-10 Pasien Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pelaksanaan pengkodean pada berkas rekam medis dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit belum sesuai dengan prosedur tetap. Dari data hasil analisis dapat diketahui bahwa kesesuaian kode diagnosis antara berkas rekam medis dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah 27,36%. Hasil analisis ketepatan diagnosis tepat sampai karakter ketiga, keempat dan kelima sebanyak 50,44% pada berkas rekam medis dan 33,92% pada SIM RS.
13
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Magfuroh (2013) adalah pada temanya yaitu sama-sama mengangkat tema tentang kesesuaian dengan membandingkan antara rekam medis manual dengan rekam medis yang sudah komputerisasi. Selain itu letak persamaan yang lain adalah pada jenis penelitian yang diambil, yaitu sama-sama penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun perbedaanya terdapat pada tujuan penelitian. Penelitian Magfuroh
(2013)
bertujuan
untuk
mengetahui
pelaksanaan
pengkodean, analisis kode, diagnosis serta faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian dan ketidaktepatan kode diagnosis pasien Rawat Inap pada berkas rekam medis dan pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berdasarkan ICD-10 sedangkan penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui
sejauh
mana
kesesuaian
pendokumentasian diagnosis pada berkas rekam medis pasien Instalasi Gawat Darurat dengan EHR. Selain itu, perbedaan juga terletak pada obyek penelitian. Pada penelitian Magfuroh (2013) obyeknya adalah berkas rekam medis dan data kode diagnosis yang ada pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit pada pasien Rawat Inap sedangkan penelitian ini, obyeknya adalah berkas rekam medis manual dan berkas rekam medis elektronik pada pasien Instalasi Gawat Darurat atau yang sering disebut EHR. Perbedaan juga terletak pada lokasi penelitian (Rumah Sakit Akademik UGM) dan waktu penelitian.
14
F. Gambaran Umum Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta 1. Sejarah Berdasarkan Buku Profil Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta Tahun 2013, Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada pada awalnya didirikan dengan peraturan Rektor No. 69/P/SK/HT/2010 tanggal 4 januari 2010 dengan nama HOSPITAL AKADEMIK kemudian diperbarui Rektor No. 245/P/SK/HT/2011 tanggal 1 Maret 2011 dengan nama Rumah Sakit Akdemik UGM. RS Akademik UGM mendapat ijin pendirian dari Dinas Kesehatan Propinsi DI Yogyakarta berdasarkan Surat Ijin Pendirian Rumah Sakit Umum Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Daerah
Istimewa
Yogyakarta
No.
445/8285/V.2
tanggal
30
September 2011. RS Akademik UGM yang telah beroperasional sejak 3 Maret
2012
ini
juga
telah
mendapatkan
perpanjangan
ijin
operasional sebagai Rumah Sakit Umum berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tanggal 5 Januari 2013 tentang Pemberian Ijin Operasional Sementara Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada. RS Akademik UGM terletak di Jl. Kabupaten Lingkar Utara, Kronggahan, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Telp. 02744530303, 0274-4530404, 0274-4530505, dan Fax. 0274-4530606
15
Website: www.rsa.ugm.ac.id.RS Akademik UGM ini dibangun diatas tanah seluas 44.637 m2 dan luas total kapling bangunan 9.282 m2 ( sekitar 20,8 % dari luas tanah ). Bangunan RS Akademik UGM berlantai lima seluas 41.866,96 m2 dan memiliki fasilitas area parkir 11.728 m2 (26,27 %), area jalan masuk 6.182,36 m2 (13,85 %) dan area taman hijau 17.444,14 m2 (39,08 %). Telah disebutkan di depan bahwa pada awal didirikan RS Akademik UGM diberi nama Hospital Akademik. Kata hospital dipilih dengan idealisme bahwa rumah sakit ini bisa dijadikan tempat yang nyaman bagi orang sakit, tempat dimana orang sakit bisa dilayani oleh tenaga-tenaga yang ramah dan tempat yang nyaman bagi siapapun yang bekerja dan berkunjung ke RS Akademik UGM ini. Kata akademik mencerminkan Tridharma Perguruan Tinggi, dimana rumah sakit ini didirikan untuk memberikan pelayanan yang unggul kepada masyarakat sebagai bagian pengabdian masyarakat yang didukung oleh aktivitas pendidikan dan riset yang unggul pula. Selain layanan prima, dengan menjaga keslamatan pasien, dokter dan SDM kesehatan lain maka yang dihasilkan juga berkualitas unggul. RS Akademik dibangun secara bertahap sesuai dengan strategi pertumbuhan dalam pembangunan dan pengembangannya dengan dana APBN Kemendikbud. RS Akademik UGM didesain dengan konsep mendasar pelayanan kesehatan terpadu dan terintegrasi dalam klaster-klaster dengan multiprofessional team
16
work
dan
sistem
pendidikan
klinik
“interprofessional
and
transprofessional “. Untuk mewadai konsep tersebut RS Akademik UGM dibangun melalui 3 tahapan.
2. Visi dan Misi a. Visi Menjadi
RUMAH
SAKIT
AKADEMIK
yang
melaksanakan
pelayanan, pendidikan dan riset yang unggul, berkelas dunia, mandiri,
bermartabat
dan
mengabdi
kepada
kepentingan
masyarakat. b. Misi 1) Menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan
terpadu
yang
bermutu dengan mengutamakan aspek pendidikan berbasis riset 2) Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan evidence dan riset IPTEKDOK 3) Menyelenggarakan riset klinik dan non klinik yang berwawasan global 4) Melaksanakan pengabdian kepada kepentingan kesehatan masyarakat. 5) Meningkatkan
kemandirian
kesejahteraan karyawan.
Rumah
Sakit
Akademik
dan
17
3. Motto Rumah Sakit Motto RS Akademik UGM adalah : “friendly and caring hospital (ramah dan peduli)”, dimana institusi ini berkomitmen mewujudkan rumah sakit yang benar-benar nyaman, sejuk , penuh keramahan dalam pelayanan serta menghadirkan nuansa yang menunjang kesembuhan pasien. 4. Tugas Pokok dan Fungsi a. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna b. Menyelenggrakan pendidikan, penelitian dan pengabdian yang terkait dengan bidang kesehatan secara terpadu (multi dan/atau interdisiplin) c. Melaksanakan pengamatan dan analisis data pelayanan medis yang strategis, serta menghasilkan rekomendasi dari hasil analisis dan d. Menyelenggarakan tata-kelola kinerja yang sesuai dengan peraturan yang berlaku 5. Fasilitas Pelayanan a. Klaster Pelayanan Kesehatan Primer 1) Dokter Umum 2) Dokter Spesialis Mata 3) Dokter Spesialis THT 4) Dokter Spesialis Kult Dan Kelamain 5) Ners/Perawat
18
6) Dokter Spesialis Anak 7) Dokter Gigi 8) Dokter Gigi Spesialis Orthodontologi 9) Dokter Gigi Spesialis Konservasi 10) Dokter Gigi Spesialis Periodontologi 11) Perawat Gigi b. Klaster Penyakit Dalam Dan Metabolisme 1) Dokter Spesialis penyakit dalam 2) Dokter Spesialis PD (Rheumatologi) 3) Dokter Spesialis PD (Imunologi) 4) Dokter Spesialis PD (Hemato onkologi) 5) Dokter Spesialis PD (Endokrinologi) 6) Dokter Spesialis PD (Gastroentero hepatologi) 7) Dokter Spesialis PD (Geriatri) 8) Dokter Spesialis PD (Penyakit Tropis dan Infeksi) 9) Dietisen 10) Ners/perawat 11) Farmakologi klinik c. Klaster Jantung Terpadu 1) Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2) Dokter Spesialis PD (Pulmonologi) 3) Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah 4) Dokter Spesialis Bedah Thorax Dan Kadiovaskuler
19
5) Dokter Spesialis Jantung Anak 6) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 7) Fisioterapis 8) Ners/Perawat Jantung 9) Dietisen d. Klaster Bedah Terpadu 1) Dokter Spesialis Bedah 2) Dokter Spesialis Bedah Urologi 3) Dokter Spesialis Bedah Digestif 4) Dokter Spesialis Bedah Plastik 5) Dokter Spesialis Bedah Saraf 6) Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 7) Dokter Spesialis Bedah Onkologi 8) Dokter Spesialis Bedah Anak 9) Dokter Spesialis Bedah Thorak Dan Kardiovaskuler 10) Dokter Spesialis Mata 11) Dokter Spesialis THT 12) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 13) Fisioterapis 14) Ners/Perawat Bedah/Anestesi 15) Dokter Spesialis Anestesiologi e. Klaster Kesehatan Ibu Dan Reproduksi 1) Dokter Spesialis Obsgin
20
2) Dokter Spesialis Obsgin Onkologi 3) Dokter Spesialis Obsgin Inferlititas 4) Dokter Spesialis Andrologi 5) Dokter Spesialis Obsgin (Uroginekologi) 6) Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin 7) Psikologis Klinis 8) Dokter Spesialis Anestesiologi 9) Ners/Perawat Bedah/Anestesi 10) Fisioterapis f. Klaster Kesehatan Anak Terpadu 1) Dokter Spesialis Anak 2) Psikologi Anak 3) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Anak 4) Dokter Spesialis Anak (Nutrisi Dan Metabolisme) 5) Dokter Spesialis Anak (Saraf) 6) Dokter Spesialis Anak (Hemato Onkolgi) 7) Dokter Spesialis Anak (Pulmonologi) 8) Dokter Spesialis Anak (Gastrohepatologi) 9) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 10) Fisioterapis Anak, Terapis Wicara, Terapis 11) Okupasi 12) Ners/Perawat 13) Dietisen
21
g. Klaster Saraf Dan Perilaku 1) Dokter Spesialis Saraf 2) Dokter Spesialis Bedah Saraf 3) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa 4) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 5) Psikologi Klinis 6) Ners/Perawat 7) Fisioterapis h. Klaster Ginjal Terpadu 1) Dokter Spesialis PD (Nefrologi) 2) Dokter Spesialis Anak (Nefrologi) 3) Dokter Spesialis Bedah Urologi 4) Dokter Spesialis PD (Sertifikasi Dialisis) 5) Dokter Umum (Sertifikasi Dialisis) 6) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 7) Ners/Perawat (Sertifikasi Dialisis) 8) Fisioterapis i. Klaster Gawat Darurat Dan Perawatan Intensif 1) Dokter Umum 2) Dokter Spesialis Bedah 3) Dokter Spesialis Emergency/Gawat Darurat 4) Dokter Spesialis Anestesiologi (Intensif Care) 5) Dokter Spesialis Anak (Konsultasi NICU, PICU)
22
6) Ners/Perawat Gawat Darurat j. Klaster Diagnostik Terpadu 1) Dokter Spesialis Radiologi 2) Dokter Spesialis Patologi Klinik 3) Dokter Spesialis Patologi Anatomi 4) Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik 5) Analis 6) Ners/Perawat 7) Radiografer k. Klaster Rehabiltasi Terpadu 1) Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik 2) Fisioterapis, Terapi Wicara, Terapi 3) Okupasi 4) Psikologi Klinik 5) Dokter Spesialis Anak (Saraf Anak) 6) Dietisen l. Pelayanan tambahan 1) Layanan informasi rawat inap 2) Layanan informasi pelanggan 3) Koperasi minimarket 4) Mushola 5) Pusat pendidikan dan pelatihan 6) Bank, ATM
23
7) Pelataran parkir m. Pelayanan pendidikan 1) Fasilitas ruang seminar 2) Fasilitas ruang kelas 6. Sumber Daya Manusia Tabel. 1 Tabel Sumber Daya Manusia Di RS Akademik UGM Tahun 2013 No 1
Jenis Dokter spesialis penyakit dalam
Jumlah 3
2
Bedah umum
1
3
Obsgyn
2
4
Anak
3
5
Kulit dan kelamin
3
6
Radiologi
2
7
Urologi
1
8
Gigi spesilais ortodonsia
1
9
Bedah orthopedi
1
10
Patologi klinik
2
11
Anestesi
2
12
Gigi spesialis bedah mulut
1
13
THT
1
14
Syaraf
1
15
Mata
1
16
Rehabilitasi medik
1
17
Jantung pembuluh darah
1
18
PD (konsultan ginjal hipertensi)
1
19
Jiwa
1
20
Forensik
21
Umum
22
Gigi
23
Perawat dan ners
24
Perawat gigi
3
25
Bidan
8
26
Psikolog
1
27
Apoteker
4
28
Ahli gizi
2
29
Fisioterapi
3
30
Terapi wicara
3
31
Terapi okupasi
1
32
Ortotik prostetik
1
33
Asisten apoteker
1
34
Analisis kesehatan
6
35
Radiografer
7
36
Rekam medis
4
Sumber : Buku Profil RS Akademik UGM Tahun 2013
1 17 4 120