BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeratif yang menjadi perhatian utama dalam kesehatan secara global. Secara umum DM merupakan salah satu penyumbang beban kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, hanya bisa dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Terdapat dua jenis penyakit Diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I (insulin dependent diabetes mellitus) dan Diabetes mellitus tipe II (non insulin- dependent diabetes mellitus). (1) Diabetes mellitus secara global cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) tahun 2013 menyatakan sebanyak 80% penderita Diabetes Mellitus di dunia berasal dari negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. WHO memperkirakan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia akan terus melonjak, dari 8,4 juta penderita di tahun 2000 menjadi 21,3 juta di tahun 2030. (2) Federasi Diabetes International (IDF) Diabetes Atlas, menyatakan jumlah penderita Diabetes di Indonesia tahun 2013 sebanyak 8.554.155. Indonesia merupakan negara dengan populasi penderita diabetes terbanyak ke-7 di dunia pada tahun 2013, setelah China, India, Amerika. Perkumpulan Endokrinologi (PERKENI) tahun 2015 menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang dan Indonesia menjadi negara dengan penderita DM terbanyak di dunia. (3)
Di Indonesia berdasarkan pravalensinya Diabetes Mellitus berada diurutan ke empat penyakit kronis. Riskesdas tahun 2013, menyatakan prevalensi nasional penyakit Diabetes Mellitus adalah 1,5%. Sedangkan prevalensi Diabetes Mellitus di Sumatera Barat adalah 1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64 tahun dengan prevalensi sebesar 4,8%. (4) Meningkatnya jumlah kejadian Diabetes Mellitus tidak hanya memberikan dampak terhadap sektor kesehatan saja, tetapi juga berdampak terhadap sektor ekonomi. Beban ekonomi merupakan biaya yang harus dikeluarkan agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan, yang terdiri dari biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga (pasien dan keluarga). (5) Secara global diabetes merupakan tantangan kesehatan yang besar karena memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian suatu negara dan juga pengaruh terhadap pasar tenaga kerja, karena sebagian besar mereka yang menderita diabetes adalah yang berusia produktif. Beban biaya yang besar tidak hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi juga di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana orang-orang dengan diabetes dan keluarga mereka menghadapi biaya tinggi untuk pengobatan.
(6)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika oleh American Diabetes Association pada tahun 2012 didapatkan bahwa biaya untuk mengendalikan penyakit ini 2-4 kali lipat lebih tinggi dari non-penderita diabetes. Selain itu biaya pengobatannya akan meningkat sesuai dengan durasi (lamanya) penyakit, adanya komplikasi, biaya untuk berobat ke rumah sakit dan letak daerah. (3) Berdasarkan estimasi IDF pada tahun 2014 diabetes akan menghabiskan dana sebesar $ 612 miliar atau 11% dari pengeluaran biaya pelayanan kesehatan dunia. Di Indonesia IDF memperkirakan pada tahun 2014 pengeluaran keuangan akibat diabetes melitus adalah
$174.71 atau sekitar Rp 2.096.520 perorang setiap tahunnya.
(3)
Prof Hasbullah Thabrany
menyatakan beban biaya yang dikeluarkan untuk Diabetes Mellitus setiap tahunnya sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 8 triliun rupiah jika semua masyarakat Indonesia sudah ditanggung Jaminan Kesehatan Nasinal (JKN). Perkiraan biaya yang timbul setiap tahun tersebut baru meliputi biaya langsung belum memperhitungkan biaya tidak langsung akibat diabetes seperti kehilangan kesempatan belajar dan bekerja. Untuk tahun 2015 Hasbullah Thabrany memperkirakan biaya yang harus dikeluarkan untuk 8,5 juta penderita diabetes adalah $ 7,4 miliar atau sekitar 25-30 triliun pertahun 2015. (7) Direktur pelayanan PT. ASKES, Fajriadi Nur pada tahun 2012 menyatakan bahwa biaya pengobatan Diabetes mellitus tanpa komplikasi mencapai Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta rupiah sebulan, jika terjadi komplikasi biaya bisa membengkak sampai 20 kali lipat. Nilai total biaya perawatan yang dikeluarkan ASKES untuk para pesertanya yang mengalami DM masuk dalam kategori empat besar. Pada tahun 2012 total biaya rawat jalan yang ditanggung PT. ASKES adalah Rp. 253.347.351.569 untuk pengobatan, dan Rp. 103.113.249.659 untuk selain pengobatan. Sementara untuk rawat inap biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 40.192.886.042 untuk pengobatan, dan Rp. 114.705.057.013 untuk selain pengobatan. (8) Sedangkan untuk biaya yang hilang karena penurunan produktifitas karena diabetes International Diabetes Management Practices Study (IDMPS) menunjukkan bahwa penyandang DM mengalami gangguan dalam produktivitas bekerja seperti tidak mempunyai pekerjaan tetap (53,3%), absen dari pekerjaan (9,5%), dan tidak dapat bekerja karena komplikasi Diabetes Mellitus (2,4%). (9) The American Diabetes Association (ADA) merilis penelitian terbaru pada 6 Maret 2013 dan memperkirakan total biaya pasien yang didiagnonis diabetes telah meningkat menjadi $ 245.000.000.000 pada tahun 2012 dari $ 174.000.000.000 pada tahun 2007. Biaya tersebut terdiri dari $ 176.000.000.000 biaya medis langsung dan $ 69 miliar biaya medis
tidak langsung atau karena penurunan produktivitas pasien. Dari penelitian yang dilakukan pada pasien rawat inap serta rawat jalan, didapatkan bahwa pengeluaran terbesar terdapat pada pelayanan rawat inap pasien di rumah sakit yaitu 43% dari jumlah pengeluaran medis lainnya seperti kunjungan ke dokter, resep pengobatan komplikasi, perawatan di rumah serta kunjungan ke dokter. (10) Penelitian yang dilakukan oleh Wira Fajriani tentang analisis kerugian ekonomi akibat Diabetes Mellitus pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional di RSUD Prof. Dr. M.A Hanafiah Batusangkar tahun 2014 didapatkan total kerugian ekonomi yang dikeluarkan oleh 532 pasien diabetes dalam satu kali kunjungan rawatinap yaitu sebesar Rp. 471.126.762,- dengan ratarata Rp.9.815.140,- per pasien, biaya langsung satu kali kunjungan Rp. 280.626.762 dan biaya tidak langsung satu kali kunjungan Rp.190.500.000,-. Pengeluaran biaya akibat pengobatan DM adalah sebesar 54,89 % dari total pendapatan pasien per tahun. (11) Data kasus Diabetes mellitus Dinas Kesehatan kota Padang, menunjukkan bahwa kasus Diabetes Mellitus di Puskesmas Andalas mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 dengan persentase secara berurutan yaitu 0,58%, 6,23 %, 7,78 %, dan 10,27 %. Meskipun pada tahun 2016 mengalami penurunan kasus sebesar 4,93%, namun Puskesmas Andalas masuk dalam sepuluh besar puskesmas dengan angka DM tertinggi yaitu berada di urutan ke 7 dari 22 Puskesmas di Kota Padang. Penyakit Diabetes Mellitus juga masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Andalas pada tahun 2016. (12) Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan menghitung kerugian ekonomi pada penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016 sehingga perhitungan ini dapat memberikan gambaran besarnya kerugian ekonomi akibat diabetes mellitus dan menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan advokasi kesehatan.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa kerugian ekonomi pada pederita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya kerugian ekonomi pada penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskemas Andalas tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran karakteristik penderita Diabetes Mellitus yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. 2. Diketahuinya biaya langsung yang dikeluarkan oleh penderita untuk pengobatan Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. 3. Diketahuinya biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh penderita untuk pengobatan Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. 4. Diketahuinya total kerugian ekonomi penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Dinas Kesehatan Dapat menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas program dan bahan bagi dinas kesehatan dalam pengajuan rancangan anggaran kesehatan kepada pemerintah sekaligus untuk menurunkan jumlah penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Andalas Padang. b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dapat menjadi pedoman sekaligus bahan acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyakit Diabetes Mellitus. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan penulis dalam menerapkan ilmu ekonomi kesehatan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas untuk melihat biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat penderita Diabetes Mellitus berupa biaya langsung seperti biaya konsultasi dokter, biaya obat, biaya pengobatan tradisional, biaya pengobatan sendiri dan biaya tidak langsung berupa biaya kehilangan pendapatan pasien serta biaya transportasi dan biaya konsumsi. Sehingga diketahui kerugian ekonomi pada penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas tahun 2016.