BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi
dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan
mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang dapat menambah ilmu mereka selama masa perkuliahan. Demi tercapainya hal tersebut, pihak universitas menyusun materi yang berkaitan dan berguna untuk diajarkan pada para mahasiswanya dan kemudian memberi tugas dan ujian untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun, dari pengamatan yang dilakukan peneliti, terlihat banyak mahasiswa yang tidak mempedulikan tujuan dari pemberian tugas dan ujian itu sendiri dan menganggapnya sebagai suatu ‘beban’ yang ingin dihindari. Mereka tidak menganggap tugas sebagai suatu tanggung jawab atau kewajiban yang diberikan kepada mereka untuk mangasah kemampuan mereka dalam menguasai suatu mata kuliah. Hal ini dilihat dari perilaku mahasiswa yang kurang termotivasi dalam mengerjakan tugas yang ada dan sering menunda belajar untuk ujian walaupun materi yang ada sangat banyak. Mereka juga terlihat menunda pengerjaan tugas mereka selama masih ada waktu dan pada akhirnya mengerjakannya pada detik-detik terakhir. Selain itu, mahasiswa terkadang juga tidak mempedulikan hasil dari tugas maupun ujian tersebut dan lebih berfokus pada tugas tersebut yang akhirnya selesai dan nilai yang didapat apakah sudah melewati passing grade atau tidak.
1
2
Perilaku menunda mengerjakan, menyelesaikan tugas maupun belajar tersebut di dalam istilah psikologis dikenal sebagai prokrastinasi akademik. Perilaku tersebut dapat dilihat di kalangan mahasiswa seperti menunda untuk memulai dan menyelesaikan suatu tugas, menunda membaca materi perkuliahan, bersantai-santai selama masih ada waktu, dan baru belajar ataupun mengerjakan tugas pada hari terakhir sebelum batas yang ditentukan. Perilaku menunda dan mengerjakan tugas pada detik-detik terakhir ini sering dikenal sebagai “Sistem Kebut Semalam” (SKS) dan sudah dianggap sebagai perilaku yang umum dilakukan mahasiswa (Nugrasanti, 2006). Perilaku-perilaku penundaan yang ditunjukkan oleh mahasiswa tersebut dapat dikatakan cukup merisaukan dimana dapat membuat mahasiswa tidak mengerjakan tugas dengan maksimal dan tidak memahami materi dengan baik pula karena dikerjakan dengan terburu-buru. Perilaku tersebut juga dapat membuat tujuan dari pemberian tugas tidak terpenuhi, dimana tujuan pemberian tugas adalah dengan adanya batas waktu yang diberikan, mahasiswa memiliki waktu yang cukup untuk membaca kembali materi yang telah disampaikan ataupun mencari referensi-referensi lainnya untuk menambah pengetahuan maupun kemampuan mereka dalam mengerjakan dan menguasai suatu tugas. Masalahnya, mahasiswa sering tidak menggunakan waktunya dengan baik sehingga mereka melakukan prokrastinasi akademik. Dalam istilah psikologis, perilaku penundaan ini disebut dengan prokrastinasi yang berasal dari kata “prokrastinasi” berarti “menunda”. Kata ini berasal dari penggabungan 2 kata Latin, yaitu pro yang berarti “mendorong maju” dan crastinus yang berarti “milik esok hari”. Jika kedua kata tersebut digabungkan dapat diartikan sebagai teruskan besok atau sering dikenal
3
sebagai “Akan saya kerjakan nanti” (Burka & Yuen, 2008). Prokrastinasi ini biasa dilakukan di berbagai aktivitas, baik dalam rumah tangga, pekerjaan, kesehatan, dan akademis. Misalnya, seseorang menunda tugas mencuci atau membersihkan rumah sampai berhari-hari, terlambat masuk kantor dan menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan, menunda mengecek kesehatannya sampai penyakitnya benar-benar parah, dan menunda-nunda
tugas-tugas
akademisnya
yang
dapat
meningkatkan
pengetahuannya maupun kedisplinannya dalam mengatur waktunya seefisien mungkin. Prokrastinasi yang biasa dilakukan di lingkungan akademis disebut juga sebagai prokrastinasi akademik karena yang ditunda merupakan tugastugas yang ada di dalam area akademis. Prokrastinasi akademik merupakan masalah yang umum terjadi di kalangan mahasiswa, dimana pada tahun 2007 di luar negeri, perkiraan prokrastinasi yang terjadi di kalangan mahasiswa sebesar 75%, dengan 50% diantaranya melaporkan bahwa mereka melakukan prokrastinasi secara konsisten dan menganggapnya sebagai suatu masalah (Burka & Yuen, 2008). Selain itu, beberapa mahasiswa di Indonesia yang mengangkat tema prokrastinasi akademik sebagai topik skripsi atau tesis mereka menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik terjadi di berbagai universitas dan tidak dapat dipandang sebelah mata, namun harus disikapi dengan melihat kembali faktor apa saja yang membuat atau mempengaruhi individu melakukan prokrastinasi akademik. Hasil penelitian-penelitian tersebut adalah adanya korelasi antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi akademik dan tidak adanya hubungan antara stres mahasiswa dengan prokrastinasi akademik (Rumiani,
4
2006), adanya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prokrastinasi akademik pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (Delta, 2007), adanya perbedaan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang aktif dengan yang tidak dalam organisasi kemahasiswaan PEMA USU (Ahmaini, 2010), penyebab prokrastinasi yang dominan adalah stres dan kelelahan, kurangnya motivasi dan pengaturan waktu (Nathally, 2011), adanya hubungan antara prokrastinasi akademik dengan stres mahasiswa (Melisa, 2012),
dan
penelitian lainnya tentang prokrastinasi akademik. Tuckman (dalam Utomo, 2010) mendefinisikan prokrastinasi sebagai ketidakmampuan pengaturan diri yang mengakibatkan seseorang melakukan penundaan pekerjaan yang seharusnya dapat dikontrol oleh orang yang bersangkutan.
Prokrastinasi
dapat
dikatakan
sebagai
perilaku
untuk
menghindari sesuatu bukan perilaku yang disebabkan karena tidak tersedianya waktu dan hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan. Arti dari kebiasaan ini adalah bahwa ada faktor-faktor dari dalam maupun luar yang mendorong individu tersebut melakukan prokrastinasi (Delta, 2007). Menurut Ferrari (2010) prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor psikologis seseorang
yang
mencakup
motivasi,
self-esteem,
self-control,
tingkat
kecemasan dan efikasi diri. Prokrastinasi (Warner, 2009) dikatakan sebagai masalah dari kurangnya motivasi daripada masalah manajemen waktu. Dia juga menyebutkan bahwa jika individu memiliki motivasi baik internal ataupun eksternal, maka individu tersebut akan kurang melakukan prokrastinasi. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti dua variabel bebas yang merupakan motivasi internal dan eksternal. Kedua variabel tersebut adalah kebutuhan berprestasi
5
sebagai motivasi internal dan positive reinforcement sebagai motivasi eksternalnya. Kebutuhan berprestasi merupakan perilaku yang bertolak belakang dengan perilaku prokrastinasi akademik, dimana kebutuhan berprestasi merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu secara sistematis, cepat, dan semaksimal
mungkin
(Murray,
1938).
Mahasiswa
dengan
kebutuhan
berprestasi yang tinggi tidak akan menjadikan stress dan kelelahan karena tugas yang banyak sebagai alasan prokrastinasi akademik mereka. Ini dikarenakan pengerjaan tugas secara sistematis, cepat, dan semaksimal mungkin merupakan kebutuhan mereka sehingga mereka akan menghindari prokrastinasi akademik dan mengatur jadwal mereka sebaik mungkin. Disamping itu, mahasiswa dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi memiliki target yang ingin dicapai sehingga membuatnya mengatur waktunya secara efektif untuk mencapai target tersebut dan bekerja secara maksimal. Ditambah lagi dengan adanya beberapa penelitian yang menunjukkan hal yang sama yaitu individu yang melakukan prokrastinasi akademik menunjukkan motivasi berprestasi yang rendah dan sebaliknya (Rumiani, 2006; Delta, 2007). Mahasiswa dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi akan berusaha untuk mencapai target yang sudah ditetapkan walaupun prosesnya sulit dan menantang. Ini dilakukan supaya dia dapat menjadi lebih baik lagi dari orang lain dan mencapai kesuksesan. Mahasiswa seperti ini akan memiliki ambisi dan daya
kompetitif
yang
tinggi.
Sikap ini
akan
membantunya dalam
memanajemen waktunya supaya tugas-tugas yang diberikan kepadanya dapat selesai dan mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan target yang telah mereka tetapkan.
6
Selain meneliti pengaruh variabel kebutuhan berprestasi terhadap prokrastinasi akademik, peneliti juga akan meneliti pengaruh motivasi eksternal terhadap prokrastinasi akademik. Dalam hal ini adalah variabel positive reinforcement, dimana peneliti ingin melihat pengaruh pemberian positive reinforcement kepada mahasiswa terhadap derajat prokrastinasi akademik mereka. Peneliti ingin melihat apakah dengan diberikannya penguat positif yang dianggap efektif oleh mahasiswa akan membuat mereka lebih termotivasi dan mengubah perilaku menunda mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas pada detik-detik terakhir supaya mendapatkan penguat positif yang mereka sukai. Pemberian reinforcement dapat berupa pemberian poin untuk kedatangan atau pengumpulan tugas lebih cepat, pengurangan atau tidak mendapat poin untuk pengumpulan tugas melewati batas waktu yang telah ditentukan atau keterlambatan. Pemberian reinforcement ini diharapkan dapat membantu pihak dosen untuk meminimalisir kebiasaan prokrastinasi akademik mahasiswamahasiswanya. Misalnya, mahasiswa yang sering mengerjakan tugas di hari sebelum deadline atau terlambat mengumpulkan tugas kuliah dapat lebih cepat atau paling tidak, tepat waktu dengan adanya konsekuensi dan reward atas tindakannya tersebut. Pada penelitian ini, lebih berfokus pada pemberian poin/ nilai tambahan saat tugas dikumpulkan lebih cepat/ sebelum hari deadline. Alasannya adalah karena dengan adanya pemberian poin tambahan saat tugas dikumpulkan lebih cepat dianggap dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya, dimana mahasiswa akan tidak menunda tugas supaya tugas dapat selesai lebih cepat dan dapat dikumpulkan lebih cepat pula.
7
Menurut Blanchard & Thacker (2010), pemberian reinforcement merupakan cara yang lebih baik dalam memotivasi dibandingkan dengan punishment. Setelah melihat penjelasan-penjelasan dan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh kebutuhan berprestasi dan positive reinforcement terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Apakah kebutuhan berprestasi dan positive reinforcement berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat?
b.
Apakah kebutuhan berprestasi berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat?
c.
Apakah
positive reinforcement berpengaruh secara signifikan terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: a.
Mengetahui apakah kebutuhan berprestasi dan positive reinforcement berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat.
8
b.
Mengetahui apakah kebutuhan berprestasi berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat.
c.
Mengetahui apakah positive reinforcement berpengaruh secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: a.
Mampu
melihat
pengaruh
kebutuhan
berprestasi
dan
positive
reinforcement terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Jakarta Barat. b.
Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dan berusaha untuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik.
c.
Sebagai masukan untuk dosen untuk mempertimbangkan pemberian poin untuk memunculkan perilaku yang diinginkan.
d.
Sebagai bahan referensi dan saran untuk penelitian selanjutnya.