BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya tubuh yang sehat semakin meningkat, tidak hanya sehat jasmani maupun rohani namun juga mental. Salah satu keadaan yang sangat mengganggu kesehatan mental dan berhubungan dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan yang banyak dikeluhkan masyarakat sekarang adalah terjadinya kelainan letak gigi maupun hubungan antara gigi geligi rahang atas dan bawah.1,2 Perawatan ortodonti bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi geligi yang tidak rapi, hubungan tulang rahang dan struktur kraniofasial. Perbaikan terjadi melalui perubahan malrelasi dan malformasi struktur dentokraniofasial, hubungan gigi terhadap gigi maupun hubungan gigi terhadap tulang wajah. Perubahanperubahan tersebut dapat dicapai dengan menggunakan kekuatan biomekanis yang berasal dari alat ortodonti untuk merangsang dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kompleks kraniofasial.1,2,3 Tujuan dari perawatan ortodonti meliputi beberapa aspek yaitu : memperbaiki estetis wajah, susunan gigi geligi, hubungan oklusi yang baik, meningkatkan fungsi pengunyahan, serta mempertahankan kesehatan jaringan pendukung sehingga
menghasilkan kedudukan gigi geligi yang stabil setelah perawatan. Tujuan tersebut dapat diperoleh melalui rencana perawatan yang baik.1,4,5,6 Dalam melakukan perawatan ortodonti pada orang dewasa, penting untuk melakukan kontrol vertikal gigi-geligi dan profil wajah. Umumnya rencana perawatan ortodonti dibuat untuk mencegah terjadinya penambahan ukuran dimensi vertikal karena stabilitas perawatan sangat penting agar tidak memberikan efek samping yang merugikan pada pasien 7 Perawatan ortodonti memerlukan pencabutan gigi pada kasus gigi yang berjejal atau pada kasus bimaksiler protrusi. Gigi yang umumnya dicabut adalah premolar, karena letaknya dekat dengan segmen anterior sehingga mudah untuk menggerakkan gigi anterior maupun posterior ke daerah bekas pencabutan.8,9 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencabutan ke empat premolar terhadap struktur kraniofasial, profil wajah, maupun hubungan oklusal. Pengaruh pencabutan premolar pertama terhadap dimensi vertikal masih merupakan kontroversi.10-16 Ada beberapa pendapat pengaruh pencabutan premolar terhadap dimensi vertikal. Staggers mengatakan bahwa pencabutan premolar pertama merupakan salah satu penyebab terjadinya kelainan sendi temporomandibula (Temporomandibular disorder). Hal tersebut bisa terjadi karena berkurangnya ukuran dimensi vertikal menyebabkan
mandibula
neuromuskuler terganggu.15
overclosing,
otot-otot
memendek
dan
hubungan
Kocadareli
menemukan adanya perubahan dimensi vertikal yang terjadi
setelah pencabutan empat gigi premolar pertama, tetapi perubahan ini tidak berbeda dengan yang terjadi pada kasus tanpa pencabutan.10,12,15,17 Cusimano dkk menganalisa kasus pencabutan premolar dan menemukan tidak ada penurunan dimensi vertikal, sebaliknya dimensi vertikal bertambah atau sedikit terbuka.12,14 Hayasaki dkk menganalisa indeks tinggi wajah atau facial height index (FHI) lebih meningkat pada kasus pencabutan dan menurun pada kasus tanpa pencabutan, hal ini sama dengan pendapat Sivakumar. 16,17 Merrifield dan Gebeck mengemukakan penelitiannya pada perawatan maloklusi Klas II skeletal, bahwa tinggi wajah anterior dan tinggi wajah posterior berhubungan erat dengan respon mandibula selama perawatan. Respon mandibula menentukan keberhasilan atau kegagalan perawatan maloklusi Klas II.5,6,18,19,20 Horn dalam penelitiannya pada perawatan maloklusi Klas II skeletal mendapatkan bahwa tinggi wajah posterior (PFH) dan tinggi wajah anterior (AFH) berhubungan dengan reaksi mandibula yang terjadi selama perawatan. Reaksi mandibula akan mempengaruhi perubahan dimensi vertikal wajah. Perubahan dimensi vertikal yang terjadi merupakan kriteria keberhasilan perawatan yang dilakukan. Horn juga menyatakan bahwa perbandingan tinggi wajah posterior dengan tinggi wajah anterior dinamakan indeks tinggi wajah
(FHI). Indeks ini juga dapat
menggambarkan besarnya sudut Frankfort mandibula (FMA) yang dapat digunakan untuk membantu perencanaan maupun evaluasi perawatan. Aplikasi klinis indeks tinggi wajah akan memperlihatkan arah kecenderungan pergerakan mandibula.
Bertambahnya indeks tinggi wajah menunjukkan mandibula rotasi ke arah atas dan depan, sebaliknya bila indeks tinggi wajah berkurang berarti mandibula rotasi ke arah bawah dan ke belakang.6,18,19,20 Penelitian mengenai perubahan indeks tinggi wajah pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama masih jarang. Berdasarkan latar belakang di atas serta beragamnya jenis perawatan maloklusi Klas I, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.
1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas timbul permasalahan sebagai berikut : 1.2.1 Apakah ada perubahan indeks tinggi wajah yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama? 1.2.2 Apakah ada hubungan antara perubahan indeks tinggi wajah dengan perubahan sudut Frankfort mandibula yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama ?
1.3 Hipotesis 1.3.1 Ada perubahan indeks tinggi wajah yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama.
1.3.2 Ada hubungan antara perubahan indeks tinggi wajah dengan perubahan sudut mandibula Frankfort yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Untuk mengetahui perubahan indeks tinggi wajah yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama. 1.4.2 Untuk mengetahui hubungan antara perubahan indeks tinggi wajah dengan perubahan sudut Frankfort mandibula yang terjadi pada perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan empat gigi premolar pertama.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Memberikan informasi dan pertimbangan dalam menegakkan diagnosa. 1.5.2 Memberikan informasi dan pertimbangan dalam menentukan rencana perawatan. 1.5.3 Sebagai informasi dan pertimbangan dalam perkiraan prognosis estetik dan keharmonisan wajah dari hasil perawatan. 1.5.4 Sebagai informasi ilmiah dalam bidang ortodonti.