1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk medis, dituntut proses manufaktur yang baik, karena menyangkut produk konsumtif. Proses manufaktur yang baik harus memperhatikan masalah persediaan, karena masalah persediaan akan menyembunyikan banyak permasalahan. Selain itu, untuk dapat bersaing perusahaan manufaktur saat ini, dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan cepat, yang artinya harus mempersingkat wakttu tunggu manufakturing, dan juga untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang baik dan sesuai. PT. Soho Industri Pharmasi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produk medis. Pada PT. Soho Industri Pharmasi, perencanaan bahan baku dan penjadwalan produksinya telah menggunakan sistem MRP (Material Requirement Planning), yang merupakan sistem dorong (push system). Pada produksi Sofaf (nama disamarkan) yang merupakan salah satu jenis produk yang dihasilkan PT. Soho Industri Pharmasi, meskipun sudah menerapkan sistem MRP dan MPS (Master Production Schedule), akan tetapi terkadang terjadi penjadwalan produksi yang tidak sesuai atau melebihi kapasitas produksi yang ada. Pada lini produksinya, juga terdapat permasalahan, yaitu besarnya persediaan WIP (Work in Process) dan waktu tunggu manufakturing (throughput time). Dalam
2
lini produksi produk Sofaf terdapat perbedaan waktu proses antar tiap workstation yang ada. Hal ini menyebabkan adanya bottleneck, sehingga terdapat persediaan untuk produk WIP (Work in Process), terutama pada stasiun filling, terjadi penumpukkan simpanan WIP yang menunggu untuk diproses dari stasiun tableting, WIP juga terjadi pada stasiun boxing. Besarnya persediaan WIP ini menyebabkan perusahaan harus menyediakan sebuah ruangan khusus untuk menyimpan WIP, karena adanya ketentuan kondisi ruangan yang diperlukan untuk menyimpan WIP pada produksi produk kesehatan tersebut. Selain itu juga terdapat ketentuan khusus mengenai lama penyimpanan WIP (3 hari), sehingga masalah WIP menjadi masalah yang krusial dan harus segera dicari pemecahannya. Waktu tunggu manufaktur untuk produk Sofaf, yaitu sekitar 4 hari, jika dapat direduksi tentu akan lebih baik, karena akan mengurangi waktu pemesanan distributor. Penulis berusaha memberikan solusi dari permasalahan tersebut, dengan mengusulkan mengenai penerapan sistem terintegrasi antara perencanaan prioritas dan kapasitas sistem Manufacturing Resource Planning (MRP II) dengan sistem Kanban. Sistem manufakturing tidak dapat memproduksi prioritas (output) yang diinginkan tanpa memiliki kapasitas (input) yang cukup. (Gaspersz, 2004, p 127). Karena itulah pentingnya terdapat perencanaan prioritas dan kapasitas yang merupakan bagian dari sistem MRP II. Menurut Gaspersz (2004, p 52) MPS dan MRP yang diturunkan dari sistem MRP II akan digunakan sebagai alat yang menerjemahkan perencanaan penjualan ke dalam jadwal produksi dan kebutuhan
3
material. Sehingga dapat dikatakan penjadwalan yang dilakukan merupakan sistem dorong (push system), yaitu produk dibuat dengan cara mendorong material sepanjang proses dari stasiun kerja sebelum ke stasiun kerja sesudah. Sistem Kanban di sisi lain merupakan sistem tarik (pull system), dimana proses sesudah dalam lini produksi akan meminta atau menarik material dari proses sebelum. Sistem kanban merupakan penerapan sistem Just In Time (JIT) pada bagian produksi. Salah satu manfaat penerapan sistem kanban ini adalah untuk mengurangi persediaan WIP (Work in Process), karena stasiun kerja tidak akan memulai produksinya sampai ada permintaan dari stasiun kerja selanjutnya. Baik MRP II maupun sistem Kanban memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Pada awalnya MRP II dan Kanban selalu dibahas secara bertentangan. Karena adanya perbedaan karakteristik dari penerapan keduanya. Akan tetapi ternyata kedua sistem ini dapat saling melengkapi. Karena itu banyak praktisi mulai mengintegrasikan kedua sistem ini, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Maka dari itu, penulis berusaha mengintegrasikan perencanaan prioritas dan kapasitas sistem MRP II dengan sistem Kanban.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah PT. Soho Industri Pharmasi sudah melakukan perencanaan dan penjadwalan bahan baku serta penjadwalan produksi dengan metode MRP akan tetapi belum terdapat perencanaan kapasitas. Dan adanya perbedaan waktu proses tiap stasiun
4
mengakibatkan lini produksi yang berdasarkan sistem dorong akan memiliki banyak persediaan WIP. Beberapa permasalahan yang teridentifikasi, yaitu; 1. Tidak adanya perhitungan kapasitas dalam perencanaan produksi. 2. Besarnya jumlah persediaan produk Work In Process pada stasiun filling dan boxing. 3. Besarnya waktu tunggu manufakturing (throughput time) produk Sofaf yaitu sekitar 4 hari.
Identifikasi permasalahan tersebut kemudian dirumuskan untuk dapat melihat masalah-masalah tersebut dengan lebih mendetail dan terarah. Perumusan masalah dari identifikasi permasalahan di atas, yaitu sebagai berikut; 1. Bagaimana memasukkan faktor kapasitas pada perencanaan dan pengendalian produksi Sofaf ? 2. Bagaimana mengurangi persediaan WIP (Work in Process) pada lini produksi Sofaf untuk stasiun filling dan boxing ? 3. Bagaimana mengurangi waktu tunggu manufacturing produk Sofaf sehingga distribusi produk dapat lebih cepat ?
5
1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang membatasi permasalahan yang dibahas penulis sehingga dapat lebih terkonsentrasi pada satu bidang permasalahan, yaitu; Observasi dilakukan pada PT. Soho Industri Pharmasi Observasi dilakukan pada bagian PPIC dan produksi. dengan fokus produk Sofaf (nama produk disamarkan sesuai permintaan perusahaan).
1.4 Tujuan dan Manfaat Dari penelitian untuk penulisan Tugas Akhir ini, penulis memiliki beberapa tujuan, yaitu; 1. Mengetahui perencanaan prioritas dan kapasitas yang tersedia dalam perencanaan dan pengendalian produksi. 2. Mensimulasikan lini produksi produk Sofaf untuk membantu dalam pemahaman permasalahan yang ada. 3. Mensimulasikan usulan sistem untuk lini produksi produk Sofaf, yaitu sistem Kanban. 4. Mengetahui jumlah Work in Process pada lini produksi Sofaf saat ini (sistem aktual). 5. Mengetahui jumlah Work in Process pada lini produksi Sofaf dengan sistem Kanban. 6. Mengetahui waktu tunggu manufaktur sistem aktual dan sistem Kanban.
6
Manfaat dari penelitian untuk penulisan Tugas Akhir ini, yaitu; 1. Dapat mengantisipasi terjadinya kekurangan atau kelebihan kapasitas pada rencana produksi lini produksi Sofaf. 2. Mengurangi jumlah persediaan Work in Process pada lini produksi produk Sofaf. 3. Mengurangi waktu tunggu manufaktur (throughput time) yang dibutuhkan oleh produk Sofaf.
1.5 Gambaran Umum Perusahaan 1.5.1 Sejarah dan Latar Belakang Perusahaan PT. Soho Industri Pahrmasi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri medis. Nama Soho merupakan singkatan dari Societas Honorabilis (Honourable Society), yang memiliki arti ”Perhimpunan Mulia”. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tanggal 23 April 1952. PT. Soho Industri Pharmasi termasuk ke dalam perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).
1.5.2 Lokasi Perusahaan Pada awal berdirinya PT. Soho Industri Pharmasi menempati beberapa ruangan gedung PT. Ethica yang beralamat di Jl. Gunung Sahari XII No.11 Jakarta. Kemudian pada bulan Maret 1956 dipindahkan ke Jl. Lodan No.9 dengan menyewa gedung milik N.V. Geo Wehry / P.N. Dirga Niaga. Kemudian melihat perkembangan pabrik yang begitu pesat, maka manajemen memutuskan untuk membangun gedung pabrik
7
yang baru pada bulan Mei 1978. Gedung pabrik tersebut terletak di Jl. Pulogadung No.6 Jakarta (Kawasan Industri Pulogadung), dan ditempati sampai dengan saat ini.
1.5.3 Tata Letak dan Fasilitas Fasilitas gedung yang terdapat dalam kawasan PT. Soho Industri Pharmasi yaitu; 1. Gedung Departemen Produksi 2. Pengeringan 3. Ruang ganti pakaian 4. Kantin 5. Mushollah 6. Dapur 7. Kamar kecil 8. Cuci botol 9. Ruang SPSI 10. Koperasi 11. Poliklinik
Mesin-mesin dalam pabrik ditempatkan dalam ruangan tersendiri sesuai dengan ketentuan dari GMP (Good Manufacturing Process) dan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Benar). Untuk menjamin kelancaran arus barang dan produksi (flow of goods and production), maka mesin-mesin ditempatkan berdasarkan product layout.
8
1.5.4 Proses Produksi Proses produksi PT. Soho Industri Pharmasi terbagi menjadi dua, yaitu; 1. Produksi Obat Tradisional (OT) Obat Tradisional, yaitu produksi obat di mana bahan bakunya merupakan bahanbahan yang berasal dari alam, contohnya daun jambu, jahe, dsb. Contoh produknya yaitu; Laxing, Diapet. Pada lantai produksi Obat Tradisional ada dua jenis proses produksi, yaitu;
a. Produksi Ekstrak Merupakan produksi dimana hasil akhirnya merupakan bahan baku untuk produksi selanjutnya. Contoh; ekstrak daun jambu. Langkah proses produksinya, yaitu; 1). Sortir manual bahan baku yang ada, untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat dalam bahan baku. 2). Kemudian bahan baku (umumnya merupakan daun atau tumbuhan asli yang sudah dikeringkan) digiling menggunakan mesin penggiling. 3). Kemudian selanjutnya adalah proses ekstraksi, dengan menambahkan pelarut pada bahan baku yang sudah digiling tersebut. Pelarut dapat berupa alkohol ataupun air, untuk memisahkan bahan baku dengan zat aktifnya yang akan terlarut). 4). Setelah itu dimasukkan ke dalam evaporator (untuk menguapkan pelarutnya), sampai didapat massa yang kental sesuai dengan ketentuan. Ditambahkan bahan
9
tambahan dalam jumlah tertentu untuk mengeringkan ekstrak, dan diaduk agar bercampur merata. 5). Didapatkan ekstrak kering (berbentuk serbuk) dengan kadar air yang masih tinggi, maka dimasukkan ke dalam oven untuk menurunkan kadar ekstraktor sampai mencapai kadar air maksimum yang diperbolehkan. 6). Dihaluskan sampai gumpalan-gumpalan kasar yang ada menjadi serbuk halus yang homogen.
b. Produksi Obat Jadi Merupakan produksi obat jadi yang dapat distribusikan. Contoh; Laxing. Urutan langkah proses produksinya, yaitu; 1). Melakukan penimbangan bahan baku, sehingga sesuai dengan formula standar. 2). Proses mixing, yaitu pencampuran bahan baku yang sudah ditimbang tersebut. 3). Setelah dicampur, dilakukan proses filling, yaitu dilakukan pengisian ke dalam kapsul atau sesuai dengan jenis obat yang diproduksi. 4). Setelah dilakukan filling, maka proses selanjutnya adalah polishing, yaitu pembersihan serbuk-serbuk yang menempel pada sekeliling kapsul. 5). Setelah bersih, dilakukan stripping, yaitu memasukkan kapsul ke dalam strip (atau disesuaikan dengan jenis packaging produk yang dihasilkan). 6). Setelah di-stripping dilakukan sealing, yaitu menutup strip, dan cutting, yaitu memotong strip yang dihasilkan.
10
2. Produksi Obat Farma Dalam produksi obat Farma, produksi dibagi menjadi dua, yaitu; produksi solid (tablet, kapsul, kaplet) dan produksi non solid (sirup, krim). Langkah proses produksinya, yaitu; 1). Penimbangan bahan baku sesuai dengan formula standar. 2). Proses mixing, yaitu pencampuran bahan baku-bahan baku yang ada, dan ditambahkan pula dengan air dan alkohol. 3). Proses drying, pada proses ini produk dikeringkan dengan menggunakan oven dan FBD (Fluid Bed Dryer). 4). Setelah dikeringkan, dilakukan proses granulasi, yaitu pengayakan agar ukuran partikel menjadi lebih kecil. 5). Proses aduk kering dilakukan agar bahan baku tercampur lebih merata. 6). Pencetakan tablet dengan menggunakan mesin cetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. 7). Proses penyalutan (coating), yaitu melapisi tablet untuk menghindari rasa dan bau yang tidak enak, serta agar tidak segera hancur di dalam lambung. Ada dua jenis coating, yaitu; SCT (sugar coating) dan FCT (Film Coating). 8). Setelah itu dilakukan pengemasan primer (contoh; botol, strip, blister). 9). Dan
terakhir
didistribusikan.
dilakukan
pengemasan
sekunder
(karton
box)
sebelum
11
Lantai produksi dibagi menjadi 2 area dengan persyaratan tersendiri, yaitu; 1. Black Area Merupakan daerah di dalam lantai produksi di mana setiap pekerja wajib memakai seragam, sepatu kerja, dan tutup kepala. Yang termasuk black area yaitu daerah pengemasan akhir / sekunder (pengemas yang tidak kontak langsung dengan produknya, misalnya kardus, dsb). 2. Gray Area Gray Area merupakan daerah yang lebih kritis dibanding Black Area. Pada Gray Area, pekerja wajib memakai jas kerja (pakaian pelapis), sepatu kerja, tutup kepala, masker, dan sarung tangan (untuk pekerja tertentu). Yang termasuk ke dalam gray area yaitu dari proses mixing sampai pada pengemasan primer (pengemas yang kontak langsung dengan produknya (contoh strip, botol, tube, dsb).
1.5.5 Jenis Produk yang Dihasilkan Produk PT. Soho Industri Pharmasi terdiri dari 3 klasifikasi, yaitu; 1. Ethical Merupakan produk obat yang harus ditebus dengan resep dokter (tidak diperjualbelikan secara bebas). Contoh : Matovit 2. OTC (Over The Counter) Merupakan produk-produk obat yang dijual bebas di counter penjualan obat. Contoh : Curcuma Plus, Laxing, dsb.
12
3. Non Ethical Non OTC Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Soho Industri Pharmasi merupakan jenis produk yang telah memiliki sertifikat CPOB yang telah disetujui oleh POM, yaitu;
Tablet biasa non antibiotika
Tablet salut non antibiotika
Kapsul keras non antibiotika
Serbuk non antibiotika oral
Salep / krim non antibiotika
Gel non antibiotika
Suppositoria non antibiotika
Cairan non antibiotika obat luar
Cairan non antibiotika obat luar
Tablet biasa antibiotika
Kapsul keras antibiotika
Suspensi kering antibiotika oral
Salep /krim antibiotika
Tablet biasa antibiotika penicillin dan turunannya
Kapsul keras antibiotika penicillin dan turunannya
Suspensi kering antibiotika penisilin dan turunannya
Tablet salut antibiotika
Tablet salut antibiotika penicillin dan turunannya.
13
1.5.6 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PT. Soho Industri Pharmasi dibawahi oleh bagian Quality Assurance (QA). QA memiliki beberapa tugas, yaitu; 0
Mengawasi dan mengontrol bagian Quality Control (QC).
0
Memantau limbah produksi agar sesuai dengan ketentuan penanganan limbah industri.
0
Memantau air yang digunakan. Air yang digunakan yaitu air dari PAM (Perusahaan Air Minum) yang diolah melalui ionisasi menjadi Aquaderm.
0
Validasi dan kalibrasi peralatan produksi dan peralatan laboratorium.
0
Validasi proses dengan membakukan prosedur dalam proses.
0
Menangani pengembalian produk (product return) untuk diperlakukan sesuai ketentuan.
0
Menangani keluhan dari konsumen mengenai kualitas obat.
0
Mengawasi dan mengetahui dokumen-dokumen di dalam pabrik.
0
Analisa mikrobiologi untuk obat tradisional.
0
Memantau kondisi ruangan dalam lantai produksi untuk memastikan tidak adanya mikroba.
1.5.7 Sumber Daya Manusia Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. Soho Industri Pharmasi sampai saat ini mencapai ± 423 orang.
14
Mereka bekerja dalam sistem organisasi yang tertib, disiplin, berdedikasi yang tinggi, motivasi, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara prestasi dan penghargaan, antara kekuasan dan tanggungjawab yang semuanya dalam hubungan kekeluargaan yang erat. Produksi beroperasi selama 24 jam (untuk produk tertentu) dengan dibagi ke dalam 3 shift kerja, dengan masing-masing shift sebesar 8 jam kerja.
1.5.8 Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Perusahaan 0
Visi PT. Soho Industri Pharmasi yaitu;
Menjadi salah satu kelompok perusahaan terkemuka yang menghasilkan dan menyalurkan produk dan jasa kesehatan berkualitas tinggi, dan membaktikan usahanya bagi kepuasan optimal pelanggan.
0
Misi PT. Soho Industri Pharmasi yaitu;
Merupakan kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara terus menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang.
0
Nilai Budaya Kerja yang diterapkan pada PT. Soho Industri Pharmasi yaitu;
Kerja sama yang memiliki komitmen tinggi
Pelayanan prima kepada pelanggan
15
Pemrakarsaan cara baru dalam menjalankan usaha
Dedikasi dan produktivitas
Perlakuan yang adil dan penghargaan atas prestasi
Perjuangan demi hasil optimal
Integritas, kejujuran, dan disiplin