BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Menurut soetjiningsih (2004) Pada sebagian besar masyarakat remaja pada umumnya dimulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun (Notoatdmojo, 2007). World Health Organization (WHO) menetapkan batas usia remaja terbagi menjadi 2 bagian yaitu remaja awal 10–12 tahun dan remaja akhir 15–20 tahun. Namun Sarwono (2001) menyatakan bahwa batasan usia remaja di Indonesia, umumnya antara 11–24 tahun. Pada masa ini umumnya remaja mengalami perubahan fisik yang ditnandai dengan meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan social. Namun Santrock (2003:91) mengungkapkan bahwa Perubahan fisik yang terjadi pada remaja akan sangat terlihat pada masa pubertas. Normalnya lingkar perut yaitu 90 cm untuk laki-laki dan 80 untuk perempuan. Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak didalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak diperut tercermin dari meningkatnya lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas inisangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Lingkar perut juga sebagai suatu indikator untuk keadaan obesitas abdominal memiliki hubungan yang kuat dan menjadi indikator yang lebih baik untuk perubahan HDL. Sebanyak 18,8% penduduk Indonesia dan 15,8% penduduk Kalimantan Barat mengalami obesitas sentral. Berat badan berlebih dan obesitas adalah salah satu faktor risiko predominan diabetes. Peningkatan berat badan berbanding lurus dengan peningkatan diabetes. Hasil Riskesdas (2013) memperlihatkan bahwa prevalensi berat badan berlebih atau overweight di Indonesia mencapai 1
2
13,5% dan obesitas 15,4%. Diabetes masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Data Riskesdas menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia dari 5,7% (tahun 2007) menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta penderita (tahun 2013). Sementara itu, data International Diabetes Federation (IDF, 2015) juga menyatakan bahwa estimasi penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta penderita. Jika tidak dicegah, maka angka penyandang diabetes diperkirakan akan meningkat menjadi 16,2 juta pada tahun 2040. Pada dasarnya makanan yang dikonsumsi mengandung satu atau lebih zat-zat. Zat-zat yang terkandung dalam makanan dapat berupa lemak, protein,
vitamin,
dan
mineral.
lemak
dan
protein
sering
juga
dikelompokkan sebagai makanan sumber energi. Adapun vitamin dan mineral sebagai kelompok makanan non energi. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subukutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan organya (Misnadierly,2007). Obesitas merupakan keadaan yang menunjukan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal(Sumanto,2009). Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikit aktivitas atau latihan fisik (Misnadierly,2007). Obesitas sentral dapat terjadi karena adanya perubahan gaya hidup seperti
tigginya
konsumsi
minuman
al.2003;Riserus&Ingelsson.2007),
kebiasaan
beralkohol(Dorn merokok
(Canoy
et et
al.2005;Xu et al.2007), tingginya konsumsi makanan berlemak (Garaulet et al.2001), rendahnya konsumsi sayuran dan buah(Drapeau et al.2004; newby et al.2003), dan rendahnya aktivitas fisik (Slentz et al.2004;Besson et al.2009). Selain itu, peningkatan umur (Martin&Marinho.2003), perbedaan jenis kelamin (Dekkers et al.2004), dan status sosial ekonomi (Reynolds et al.2007) diduga juga berhubungan dengan kejadian sentral. Obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan resiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas umu (Shen et al 2006; wittchen et al,2006). Prevalensi obesitas sentral pada laki – laki AS meningkat dari 37% (periode 1999 – 2000)
3
menjadi 42,2% (periode 2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada perempuan AS meningkat dari 55,3% menjadi 61,3% pada periode yang sama (Li et al, 2007). Pada laki-laki dan perempuan eropa, obesitas sentral yang didefinisikan menurut kriteria lingkar perut definisi lokal (menggunakan nilai 90-102 cm untuk laki-laki dan 80-92 cm untuk perempuan) secara berturut-turut adalah 21% dan 24% di Belgia, 8% dan 13% di Perancis23% dan 65% di Spanyol, dan 18% dan 39% di Turki(Wittchen et al 2006). Prevalensi obesitas sentral di Yunani 36% pada laki-laki dan 43% pada perempuan (Panagiotakos et al,2004), China 16,1% pada laki-laki dan 37,6% pada perempuan (reynolds et al.2007), Oman 49.3% (Al-Riyami&Afifi.2003). di Indonesia prevalensi obesitas sentral di kota Padang didapatkan sebesar 12.1% pada laki-laki dan 46.3% pada perempuan (Kamso.2007), sedangkan di Denpasar diperoleh sebesar 51,1% (Gotera et al.2006). Riskesdas 2007 menemukan prevalensi obesitas sebesar 18.8% (Balitbangkes Depkes.2008). Peningkatan lingkar perut apabila dibiarkan terus menerus akan terjadi munculnya berbagai penyakit degeneratif. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan sindrom metabolik (Shen et al.2006), aterosklerosis (Lee et al.2007), penyakit kardiovaskuler (Baik et al.2000); Wildman et al.2005), diabetes tipe 2 (wang et al.2005;Khrisnan et al.2007), batu empedu (Tsai et al.2004), gangguan fungsi pulmonal (Chen et al. 2007) hipertensi dan dislipdemia (Barbagallo et al.2001). Proses metabolisme pemecahan glukosa dan trigliserida dalam menghasilkan suatu penggunaan energi pada awal latihan adalah glukosa, setelah glukosa habis terpakai maka trigliserida yang akan
di pecah
menjadi suatu energi, pada saat energi lemak sudah terpakai maka akan dipertahankan agar tidak menggunakan energi glukosa kembali sehingga energi lemak tetap terpakai. Awal aktivitas (kontraksi otot) terjadi proses anaerobic yang lebih dominan selama 5 detik, setelah aktivitas mencapai 4 menit mulai didominasi metabolism aerobic 70%. (Kisner,2007). Dan biasanya lemak benar – benar terbakar mulai dari 20–30 menit sehingga berolahraga sebaiknya minimal 45 menit agar lemak benar – benar terbakar bukan glikogen yang terbakar.
4
PERMENKES NO.80 tahun 2013 BAB I, pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa : “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan(fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi. WCPT 2011, mengungkapkan bahwa Fisioterapi memberikan layanan kepada individu dan populasi untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak maksimum dan kemampuan fungsional selama daur kehidupan. Ini meliputi pemberian jasa dalam keadaan dimana gerakan dan fungsi terancam oleh penuaan, cedera, penyakit, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan. Oleh karena itu, fisioterapis sebagai tenaga kesehatan
harus
memkasimalkan
mempunyai potensi
kemampuan
gerak
yang
dan
keterampilanuntuk
berhubungan
dengan
mengembangkan, pencenggahan, mengobati, dan mengembalikan gerak dan fungsi tubuh seseorang. Peran fisioterapi tidak hanya untuk orang sakit melainkan juga untuk orang sehat. Ketika ingin melakukan diet sekaligus olahraga berat badan sering tidak turun karena program diet dengan olahraga akan lebih cepat mengurangi lingkar perut dari pada menurukan berat badan, sehingga dari hasil olahraga yang khususnya bersifat beban, baik beban (weight) maupun kecepatan (speed) masa otot akan turun lebih cepat, tanda yang lebih tepat yaitu mengecilkan lingkar perut. Lingkar perut dapat dikecilkan dengan dengan olahraga yang bersifat aerobik (Jogging dan bicycle crunch) dengan latihan (Jogging dan side plank) Menurut Awan Hariono (2006:1), latihan adalah upaya seseorang dalam
meningkatkan
perbaikan
organisme
dan
fungsi
untuk
mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga. Tujuan dari latihan untu memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalam proses pelaksanaan latihan tidak cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang diberikan amat penting dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai dengan cabang masing – masing. Latihan fisik salah satu upaya
5
untuk mengatasi kelebihan lemak sekaligus untuk
mencapai tingkat
kesegaran jasmani yang baik serta dapat meningkatkan kemampuan fungsional. Latihan fisik dapat berupa latihan aerobik. Latihan aerobik adalah setiap jenis kegiatan fisik yang dilakukan pada tingkat intensitas sedang untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini diperlukannya oksigen yang cukup untuk membakar lemak dan gula untuk menghasilkan Adenosin Triphosphat (ATP). Agar lemak dapat terbakar sempurna selama latihan fisik perlu mengatur oksigen yang diperlukan dalam sebuah latihan aerobic memungkinkan sel otot untuk terus disuplai dengan oksigen yang cukup. Aerobik adalah istilah umum yang digunakan untuk latihan yang menggabungkan beberapa kelompok olahraga aerobik, perengangan dan pelatihan kekuatan dengan tujuan utama meningkatkan (fleksibilitas, kebugaran, kardiovaskular, dan kekuatan otot) seseorang. Ada juga aktivitas fisik yang bisa dianggap sebagai latihan aerobik, seperti berenang, berlari, berjalan, jogging, dan bersepeda. Dimulai dengan 5 sampai 10 menit pemanasan, lalu diikuti dengan olahraga inti nya, yang berlangsung sekitar 20–30 menit, Dan terakhir melakukan pendinginan. Latihan anaerobik adalah olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh, ketika terjadi pertukaran energi dalam jaringan tubuh anda tanpa menggunakan oksigen. Ada banyak latihan anaerobik, tapi yang paling umum adalah angkat berat, melompat dan berlari. Bahkan latihan yang intensitasnya yang tinggi, tetapi dilakukan untuk waktu yang singkat, diantaranya gerakan melempar lembing, lompat jauh, lompat tinggi, melempar palu, crunch, plank, sit up, push up dan pull up. Jogging merupakan bentuk berlari atau berjalan pada kecepatan lambat atau santai. Tujuan utama jogging adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik dan pembakaran lemak pada tubuh dari pada berjalan cepat, atau untuk mempertahankan kecepatan yang stabil dalam waktu yang cukup lama. Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan yang tidak perlu punya keahlian khusus agar dapat melakukan jogging. Semua orang dari segala usia pasti
6
dapat melakukan jogging, oleh karena itu jogging dapat menjadi olahraga yang paling sering dilakukan. Secara umum disaran dalam melakukan olahraga berdurasi 30-60 menit setiap hari dan dapat dimodifikasi sesuai pertimbangan tertentu. Tahap awal dengan durasi 30 menit yang kemudian bisa terus ditingkatkan setiap harinya dan dipertahankan pada durasi waktu yang ingin dicapai. Dan biasanya pada latihan bersifat aerobic salah satunya jogging untuk menurunan lingkar paling efektif dilakukan latihannya selama 8–12 minggu. Pada latihan aerobic mulai pembakaran lemak pada saat setelah glikogen sudah habis terpakai maka energi yang berasal dari lemak yang akan digunakan pada tahap selanjutnya. lemak yang dapat dioksidasi sebagai sumber energi terdiri atas trigliserida, asam lemak bebas dan trigliserida intra muscular. Asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil metabolisme dari jaringan lemak merupakan sumbangan yang besar pada metabolisme lemak saat kontraksi otot. Adapun beberapa cara untuk menghitung dosis olahraga yang paling sederhana dengan mengukur denyut nadi atau denyut jantung. Cara menghitungnya yaitu 220 dikurangi usia. Setelah hasil diperoleh dikalikan dengan 70%-80% dan setelah itu ditambahkan dengan denyut nadi istirahat. Side plank merupakan variasi lain dari gerakan plank biasa. Gerakan side plank sendiri pada intinya adalah menahan beban tubuh menggunakan satu tangan dengan posisi miring. Latihan ini mudah dilakukan dan masuk keategori latihan untuk pemula, bisa dilakukan tanpa peralatan karena hanya membutuhkan beban tubuh sebagai beban utama pada saat latihan. Biasanya melakukan side plank menahan 20 detik dan ditingkatkan durasinya setiap harinya hingga 1-2 menit dan lakukan sebanyak 10–15 kali dan melakukan gerakannya dengan 2 posisi kiri dan kanan. Crunch adalah gerakan pengencangan otot perut, adapun latihan yang menggunakan metode crunch, contohnya: bicycle crunch, abdominal crunch, situp dan sebagainya. Pada penelitian ini menggunakan latihan bicycle crunch yang bertujuan untuk mengembangkan kekuatan dan koordinasi dalam perut. Adapun prinsip pada latihan crunch dirancang
7
untuk meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot sambil melatih sistem aerobic. Dimana disusun dari mode latihan pembebanan ringan, pengulangan banyak, dan dilakukan beberapa kali dengan sebentar istirahat (Corbin dan Lindsey.2009;68). Dimana latihan crunch mulai penurunan lingkar perut selama 8–10 minggu. Latihan bicycle crunch merupakan gerakan yang sangat efektif karena terlibat daerah perut bagian atas dan bawah, sekaligus berolahraga fleksor pinggul. Bicycle crunch juga memang hampir mirip dengan sit up karena dilakukan dalam posisi berbaring bedanya adalah gerakannya lebih sempit dan posisi kaki tidak menapak kelantai melainkan diangkat bersama-sama dengan tubuh bagian atas, letakan tangan anda dibelakang kepala, kemudian gerakan lutut ke arah dada dan mengangkat bahu dari lantai atau matras tetapi tetap tidak menarik leher. Setelah itu luruskan kaki kanan ke sekitar sudut 45 derajat ke tanah sambil memutar tubuh bagiasn atas kekiri, membawa siku kanan kearah kiri. Pastikan dada bergerak dan tidak hanya siku nya saja. Biasanya bicycle crunch ini dilakukan dengan 3 kali set dan 10 kali pengulangan setelah itu bisa ditingkatkan kembali pengulanganya perharinya tetapi tidak terlalu berlebihan. Terjadinya penurunan lingkar perut pada latihan side plank dan bicycle crunch prosesnya dimulai dari glikolisis yang mengubah menjadi 2 mol asam piruvat, selanjutnya terjadi proses dekarboksilasi oksidatif yang mengubah asam piruvat menjadi acetyl CoA, setelah itu dilanjutkan dengan siklus kreb dan transforelektron yang menghasilkan energi dalam bentuk Adenosin Triphosphate (ATP). Pada saat energy dari glukosa habis dalam tubuh, maka terjadi pengaktifan metabolisme makromolekul lainnya, salah satunya lipid (trigliserida). Asam lemak yang diperoleh dari lipid, dimetabolisme di dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Caranya adalah dengan mengubah asam lemak menjadi acetyl CoA dalam mitokondria melalui proses B-oksidasi, selanjutnya dioksidasi dalam siklus kreb dan menghasilkan energi. B. Indentifikasi Masalah Berkembangnya teknologi dalam era globalisasi, hampir semua mahasiswa atau remaja menjadi serba elektronik dan serba praktis dalam
8
melakukan aktifitas menginginkan sesuatu yang serba mudah, efektif dan efisien. Efektifitas menginginkan waktu dan gerak benar-benar diterapkan namun
energi
yang
dikeluarkan
sekecil-kecilnya,
sebaliknya
produktifitasnya setinggi-tingginya. Yang akhirnya energi yang tidak digunakan dan disimpan sebagai cadangan lemak yang tertumpuk menyebabkan
seseorang
kelebihan
berat
badan
bahkan
menjadi
kegemukan dan meningkatkan lingkar perut (Kusuma,W.1994). Apabila pada dimasa remaja sudah mengalami berat badan berlebih secara tidak langsung kebanyakan remaja tersebut akan mengalami yang namanya malas bergerak, mudah lelah, hypersomnia dan apnea tidur sehingga apabila dibiarkan akan memperburuk keadaan invidu tersebut. Pada saat proses penurunan lingkar perut yang diawali dari pemecahan
adenosine
trisphosphate,
metabolism
karbohidrat
menghasilkan piruvat, yang terbentuk selama waktu kontraksi dan relaksasi. Sumbernya berasal dari glikogen dalam otot atau glucose darah, yang diubah menjadi glucose 6–fosfat dan akhirnya ke dalam asam piruvat dan proses itu menghasilkan 8 molekul ATP untuk setiap unit glucose. Setelah energy glukosa habis terpakai energy selanjutnya berasal dari trigliserida, asam lemak menyebar dari adipose ke sirkulasi dan berubah menjadi plasma albumin, asam lemak bebas tersebut akan dihantarkan ke jaringan aktif dimana asam lemak akan bermetabolisme menjadi energy (Judith.2005). sehingga dari pembakaran lemak yang menjadi energi tersebut dapat menurunkan lingkar perut. Dalam melakukan olahraga yang berfokuskan mengurangi jumlah lingkar perut ialah olahraga dengan latihan yang bersifat aerobik dengan latihan kekuatan atau beban. Latihan aerobik berarti latihan yang bersifat dan mengacu pada penggunaan oksigen dalam energi. Manfaat besar latihan
aerobik
selain
untuk
meningkatkan
kebugaran
adalah
meningkatkan pembakaran lemak dalam proses penurunan berat badan. C. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai beriku : 1. Apakah pemberian latihan bicycle crunch pada latihan jogging dapat menurunkan lingkar perut remaja?
9
2. Apakah pemberian latihan side plank pada latihan jogging dapat
menurukan lingkar perut remaja? 3. Apakah ada perbedaan penurunan lingkar perut pada latihan bicycle
crunch dengan latihan side plank pada latihan Jogging terhadap remaja? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan latihan bicycle crunch dan latihan side plank pada latihan jogging terhadap penurunan lingkar perut remaja 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui langkah pemberian latihan bicycle Crunch pada latihan Jogging terhadap lingkar perut remaja. b. Untuk mengetahui langkah pemberian latihan side plank pada latihan jogging terhadap lingkar perut remaja.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi pengembang ilmu pengetahuan a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi fisioterapi sehubungan dengan pemberian latihan Jogging dengan bicycle crunch terhadap penurunan lingkar perut remaja. b. Untuk melihat pengaruh pemberian latihan Jogging dan side plank
terhadap penurunan lingkar perut remaja 2. Bagi penelitian a. Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan pengalaman
dan kesempatan buat penulis untuk mengetahui perbedaan latihan bicycle crunch dan side plank pada latihan jogging terhadap penurunan lingkar perut remaja. b. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan sebagai suatu kesempatan yang sangat berharga diakhir kuliah ini. 3. Bagi intitusi pendidikan
a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi untuk program pelayanan fisioterapi. b. Sebagai bahan perbandingan serta bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.