BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, namun pada kenyataannya banyak terjadi kerusakan lingkungan akibat kegiatan manusia yang masih mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat diatasi dengan menamankan pemahaman tentang pentingnya lingkungan melalui literasi lingkungan kepada masyarakat. Literasi lingkungan merupakan kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berperilaku baik dalam kesehariannya, dengan menggunakan pemahamannya terhadap kondisi lingkungan. Literasi lingkungan sejak dini dapat diperdayakan melalui pembelajaran formal di sekolah. Pemberdayaan literasi lingkungan disekolah dapat dilakukan apabila siswa dilatih menguasai aspek dan kompetensi literisi lingkungan. Aspek-aspek literasi lingkungan yang harus dimiliki siswa untuk menguasai literasi lingkungan antara lain aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku (Simmons, 1995). Kompetensi yang harus dimiliki siswa untuk menguasai literasi lingkungan yaitu mengindentifikasi isu-isu lingkungan, menganalisis isu-isu lingkungan, mengevaluasi
solusi
potensial
isu-isu
lingkungan,
mengusulkan
tindakan
penyelesaian isu lingkungan (Hogden, 2012). Pembelajaran yang dapat melatih siswa menguasai aspek dan kompetensi literasi lingkungan salah satunya adalah pembejalaran sains. Sains khususnya biologi merupakan pelajaran yang erat hubungannya dengan lingkungan, dimana dijelaskan oleh Purves et al. (2003) bahwa biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang benda hidup, benda yang pernah hidup dan lingkungannya. Mulai dari tingkat molekul hingga tingkat ekosistem, oleh karena itu pelajaran biologi dapat digunakan untuk mengaplikasikan pendidikan lingkungan.
Pendidikan
lingkungan
merupakan
pendidikan untuk menghasilkan warga negara yang dilengkapi dengan literasi lingkungan (Hungerford, Peyton and Wilk, 1983).
1
2
Banyak hal yang dapat dipelajari dari mata pelajaran biologi, pembelajaran biologi dapat dikaitkan dengan kewirausahaan. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK). Gerakan nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan dapat diawali dengan aplikasi kewirausahaan dalam pendidikan salah satunya dalam pelajaran biologi. Pembelajaran biologi juga sangat penting perannya dalam mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Teknologi merupakan aplikasi sains yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pengembangan teknologi selalu dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat termasuk ilmu-ilmu biologi yang merupakan bagian dari sains. Pembelajaran biologi idealnya dikembangkan sesuai dengan hakikat pembelajaran sains yaitu ke arah pengembangan scientific processes, scientific products, scientific attitudes, identik pada proses kegiatan ilmiah yang mengembangkan keterampilan proses sains yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai aktivitas seperti: mengamati, menganalisa, melakukan percobaan untuk menemukan sendiri konsepkonsep sebagai produk sains ilmiah Carin dan Sund (1990). Melalui keterampilan proses sains maka literasi lingkungan siswa dapat diberdayakan. Hasil data analisis Standar Nasional Pendidikan (SNP) di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora menunjukkan adanya gap pada standar proses yaitu sebesar 2,78 %, dengan data ideal 13,89% dan data dilapangan 11,11%. Adanya gap yang terjadi dikarenakan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kurang melakukan proses sains yaitu siswa kurang bertanya, mengamati, menganalisis dan jarang melakukan percobaan. Berdasarkan data yang diperoleh, standar proses di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora perlu adanya perbaikan. Data hasil analisis ujian Tahun 2013/2014 menunjukkan nilai siswa untuk materi yang terkait dengan lingkungan menunjukkan nilai yang cukup tinggi pada materi pencemaran lingkungan, nilai sekolah yaitu 81,30, kota atau kabupaten 76,07, provinsi 80,46, nasional 70,47. Berdasarkan data analisis ujian nasional terlihat nilai yang diperoleh siswa cukup tinggi, namun rata-rata nilai literasi lingkungan siswa rendah yaitu 60,27. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan antara
3
nilai kognitif siswa pada materi pencemaran lingkungan dengan kemampuan literasi lingkungan siswa. Hasil analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru menunjukan bahwa kegiatan guru dan siswa kurang dirumuskan secara jelas dan operasional,
langkah
pembelajaran
kurang
berpusat
pada
siswa,
langkah
pembelajaran kurang melatih Keterampilan Proses Sains (KPS). Hasil analisis RPP terhadap potensi memberdayakan literasi lingkungan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang melatih KPS, sehingga 1) siswa kurang mengidentifikasi isu; 2) siswa kurang menganalisis isu; 3) siswa kurang mengevaluasi solusi potensial masalah; 4) siswa kurang mengusulkan tindakan penyelesaian masalah. Begitu juga dengan hasil analisis LKS menunjukan bahwa isi LKS kurang melatih KPS siswa sehingga kompetensi yang harus dikuasai siswa agar literasi lingkungan menjadi baik kurang dilatihkan. Hasil observasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru menunjukkan bahwa: 1) guru menguasai materi dengan baik, akan tetapi guru kurang menghubungkan konsep yang dipelajari dengan penerapan sehari-hari; 2) guru kurang menghubungkan konsep yang dipelajari dengan kondisi lingkungan dimasyarakat; 3) guru kurang menghubungkan penyelesaian masalah pada konsep yang dipelajari, dengan memanfaatkan teknologi yang telah berkembang; 4) guru kurang menghubungkan konsep yang dipelajari dengan peluang usaha yang dapat dilakukan. Selain itu strategi yang dilakukan oleh guru adalah ceramah dan tanya jawab interaktif, terjadi interaksi antara siswa dan guru akan tetapi kurang terjadi interaksi antar siswa. Berdasarkan data dan hasil observasi permasalahan terletak pada proses kegiatan belajar mengajar dan nilai literasi lingkungan siswa yang kurang diberdayakan. Salah satu usaha untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar dan memberdayakan literasi lingkungan siswa yaitu melalui penggunaan strategi/model yang sesuai. Strategi/model yang diterapkan saat kegiatan belajar mengajar disekolah kurang memberdayakan literasi siswa, oleh sebab itu perlu adanya pengembangan
4
model pembelajaran yang dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar dan memberdayakan literasi lingkungan siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatihkan literasi lingkungan salah satunya adalah model pembelajaran SETS. Model pembelajaran SETS (Science, Technology, Society) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Tujuan SETS adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya (Poedjiadi, 2005). Menurut Binadja (2000), dalam suatu pembelajaran biologi dengan pendekatan SETS, memiliki beberapa karakteristik yang perlu ditampilkan dalam pembelajaran, yaitu : 1) tetap menyampaikan pelajaran sains (biologi) yang telah ditentukan; 2) siswa dibawa pada situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke dalam bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat sebagai pengguna dan pengembang teknologi; 3) siswa diminta untuk menjelaskan hubungan antar unsur sains (biologi) dengan unsur-unsur lain dalam SETS; 4) siswa diajak untuk mencari alternatif penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke dalam bentuk teknologi tersebut ke dalam lingkungan dan masyarakat (mencari bentuk teknologi yang lebih baik); 5) di dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa. Melalui model pembelajaran SETS siswa akan mampu memahami keterkaitan hubungan antara sains, masyarakat, lingkungan, teknologi, akan tetapi pengetahuan siswa tentang kewirausahaan juga perlu disampaikan dalam pendidikan sesuai dengan Intruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995. Penggunaan model SETS dilengkapi entrepreneurship (kewirausahaan) diharapkan siswa memiliki sikap berwirausaha yang berdampak pada kemajuan ekonomi tanpa harus mengabaikan kondisi
5
lingkungan, yaitu dengan cara membuat produk dari barang yang dianggap tidak bernilai menjadi produk yang bernilai. Oleh karena itu, SETS dilengkapi entrepreneurship
(kewirausahaan)
akan
memberikan
pengetahuan
tentang
kewirausahaan kepada siswa. Model SETS memiliki kekurangan yang sama dengan model SETS yaitu dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk dapat membahas secara detail dan membutuhkan waktu ekstra untuk mengetahui dampak yang terjadi pada lingkungan maupun masyarakat (Binadja, 1999). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Tunjungan Blora menyatakan bahwa ketika penerapan model pembelajaran SETS siswa kesulitan saat mengkaitkan unsur-unsur SETS sehingga guru memerlukan waktu tambahan untuk melakukan konfirmasi. Selain itu kelemahan model SETS adalah siswa mengalami kesulitan untuk mengkaitkan unsurunsur SETS (Sutarno, 2009), maka diperlukan penambahan teknik untuk melengkapi kekurangan model SETS. Sesuai dengan pendapat Rustaman (2005) bahwa tidak semua model dapat digunakan untuk semua materi yang terdapat pada pelajaran biologi, supaya proses pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya maka perlu adanya penambahan multimetode atau teknik. Teknik yang dapat digunakan untuk menutupi kekurangan model SETS adalah teknik Mind Mapping. Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam. Ditinjau dari segi waktu Mind Mapping dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini disebabkan karena teknik ini dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dalam waktu yang lebih singkat. Mind Mapping mampu memangkas waktu belajar dengan mengubah pola pencatatan linier yang memakan waktu menjadi pencatatan yang efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh individu (Buzan , 2008). Teknik Mind Mapping juga akan membantu siswa menjabarkan satu persatu unsur SETS. Karakteristik SETS salah satunya adalah siswa harus mampu mengkaitkan
antara
entrepreneurship
unsur-unsur
yang telah
SETS,
dijabarkan
jadi
unsur-unsur
menjadi
5
Mind
SETS
ditambah
Mapping
akan
6
dikolaborasikan menjadi satu Mind Mapping yang bisa disebut dengan Colaborative Mind Mapping. Colaborative Mind Mapping akan membantu siswa menghubungkan keterkaitan antara 5 unsur yang terdapat dalam model SETS yang ditambah dengan entrepreneurship yaitu unsur (Science, Environment, Technologi, Society dan Entrepreneurship) sehingga diharapkan siswa akan lebih kreatif dan lebih memahami konsep yang telah diterima. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Correia et al. (2009) yang menggunakan Collaborative Concept Maps untuk memungkinkan siswa mengeksplorasi keragaman pendapat dari kelompok yang heterogen. Berdasarkan latar belakang di atas dan uraian data yang diperoleh maka perlu dilakukan penelitian dengan rumusan judul “Pengembangan Model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang dilengkapi dengan Collaborative Mind Mapping untuk Memberdayakan Literasi Lingkungan pada Materi Pencemaran”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diimplementasikan pada materi pencemaran untuk memberdayakan literasi lingkungan ? 2. Bagaimanakah kelayakan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diimplementasikan pada materi pencemaran untuk memberdayakan literasi lingkungan ? 3. Bagaimanakah keefektifan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diimplementasikan pada materi pencemaran untuk memberdayakan literasi lingkungan ?
7
C. Tujuan Pengembangan Tujuan dalam penelitian dan pengembangan sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping untuk memberdayakan literasi lingkungan. 2. Menguji kelayakan model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping untuk memberdayakan literasi lingkungan. 3. Menguji keefektivan model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping untuk memberdayakan literasi lingkungan.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Spesifikasi produk pada pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping secara rinci sebagai berikut : 1. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dikembangkan melalui kajian teori mengenai kelebihan dan kekurangan masingmasing. 2. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping menekankan pada penggunaan Collaborative Mind Mapping. 3. Model
pembelajaran
SETS
dilengkapi
Collaborative
Mind
Mapping
dikembangkan untuk siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora pada materi pencemaran. 4. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping mengacu pada komponen model pengembangan yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil (2008) yaitu: 1) Landasan teori; 2) Sintaks (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing); 3) Sistem sosial (the social system); 4) Prinsip reaksi (principles of reaction); 5) Peran dan tugas guru; 6) Sistem pendukung (support system); 7) Dampak instruksional dan pengiring.
8
5. Produk model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping, dilengkapi dengan perangkat pembelajaran meliputi : a. Silabus, silabus sesuai dengan silabus Kurikulum 2013 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), RPP dikembangkan mengacu pada RPP Kurikulum 2013, yang dilengkapi materi ajar, materi ajar berupa materi pencemaran lingkungan, dan instrumen penilian, instrumen penilaian berupa penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. c. Lembar Kerja Siswa (LKS), LKS digunakan untuk mengerjakan tugas selama pembalajaran yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan sesuai dengan sintaks model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping 6. Produk lain yang dihasilkan untuk melengkapi model dan perangkat pembelajaran adalah video implementasi model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dibuat sesuai sintaks model dari awal hingga akhir yang menggambarkan kegiatan siswa selama pembelajaran. Video model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dibuat sebagai acuan dan untuk mempermudah orang lain untuk memahami secara rinci pelaksanaan model.
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian Asumsi dalam penelitian sebagai berikut : 1. Pemberdayaan kemampuan literasi lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora dilakukan dengan pengembangan model pembelajaran yaitu model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping. 2. Model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping membantu dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran biologi materi pencemaran sesuai dengan karakteristiknya. 3. Peningkatan kualitas proses dan literasi lingkungan siswa pada uji coba lapangan operasinal semata-mata hanya disebabkan penerapan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping.
9
Keterbatasan/ ruang lingkup pada penelitian pengembangan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping terbatas pada materi pencemaran lingkungan. 2. Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping secara khusus untuk mengukur literasi lingkungan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. 3. Institusi yang digunakan sebagai uji coba adalah SMA Negeri 1 Tunjungan Blora.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Mengembangkan
khasanah
keilmuan
dibidang
pengembangan
model
pembelajaran dan implementasi dalam mata pelajaran biologi. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru 1) Memberi sumbangan pemikiran bagi guru dalam pengembangan model pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 dan kebutuhan siswa dalam pembelajaran dikelas. 2) Penerapan langsung model baru hasil pengembangan yaitu model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping pada pelajaran biologi materi pencemaran lingkungan. 3) Memberi masukan pada guru mengenai manfaat pengembangan model pada materi tertentu untuk memberdayakan literasi lingkungan siswa. b. Bagi siswa 1) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang diterapkan dapat membantu siswa memahapi konsep materi pencemaran.
10
2) Model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping yang dikembangkan dapat menjadi kegiatan pembalajaran lebih interaktif, inspiratif, menyanangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3) Membantu siswa untuk meningkatkan literasi lingkungan. c. Bagi peneliti 1) Memberikan pengalaman dan pengetahuan pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping pada mata pelajaran biologi materi pencemaran. 2) Bagi
peneliti
lainnya
dapat
digunakan
sebagia
rujukan
dalam
pengembangan model pembelajaran selanjutnya dengan tema yang berbeda. d. Bagi Sekolah 1) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dapat dijadikan referensi model pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran. 2) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dapat meningkatkan kompetensi guru 3) Pengembangan model pembelajaran SETS dilengkapi Collaborative Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa 4) Pihak kurikulum dapat menyebarkan model pembelajaran SETS yang dilengkapi Collaborative Mind Mapping secara luas kesekolah-sekolah lain sebagai pembelajaran untuk meningkatkan output yang berkualitas.
11
G. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran (Joyce & Weil, 1982). Menurut Joyce dan Weil (2008) setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut: yaitu: 1) Landasan teori; 2) Sintaks (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing); 3) Sistem sosial (the social system); 4) Prinsip reaksi (principles of reaction); 5) Peran dan tugas guru; 6) Sistem pendukung (support system); 7) Dampak instruksional dan pengiring.. 2. Model Pembelajaran SETS Model pembelajaran SETS (Science, Technology, Society) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005). 3. Mind Mapping Mind Mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Mind Mapping mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif (Buzan , 2008). 4. Entrepreneurship (Kewirausahaan) Suryana (2007) menyatakan bahwa kewirausaaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. 5. Literasi Lingkungan Literasi lingkungan merupakan kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk berprilaku baik dalam kesehariannya, dengan menggunakan pemahamannya terhadap kondisi lingkungan. Roth (1992) menggambarkan literasi lingkungan sebagai kemampuan untuk memahami dan menafsirkan kesehatan sistem lingkungan dan kemudian mengambil tindakan untuk memperbaiki, memulihkan atau memelihara sistem tersebut.