BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam.” Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peran penting dalam kehidupan. Hutan memberikan manfaat baik dari segi ekonomi, sosial, maupun ekologi. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan” (Pratiwi 2010:1). “Indonesia merupakan Negara kepulauan terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia, yang memiliki iklim tropis. Karena letaknya yang termasuk kawasan tropika, maka Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Oleh
karena
itu
Indonesia
sering
disebut
sebagai
Negara
Megabiodiversity yang berarti mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi” (Wardani 2007:1). “Gunung Lawu merupakan salah satu habitat yang sangat eksotis . Potensi hayati dikawasan gunung Lawu merupakan aset bagi pembangunan dan peradapan manusia”(Wardani 2007:1). “Gunung ini merupakan hotspot keanekaragaman hayati (Biodiversitas) di pulau Jawa dan menjadi daerah tangkapan air untuk wilyah yang cukup luas di Jawa Tengah dan Jawa Timur” (Steenis 1972). “Oleh karena itu usaha – usaha konservasi biodiversitas flora dan fauna di gunung Lawu sangat dilakukan. Biodiversitas flora fauna lawu sangatlah banyak dan memiliki keunikan tersendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawan dan Sugiyarto (2000-2001) di hutan Jobolarangan gunung Lawu menyatakan bahwa terdapat 203 spesies flora, 12 familia Larva Insekta” (Edwi Mahajoeno, dkk 2001:133), “…..di sungai – sungai kecil hutan Jobolarang ditemukan 33 genus kelompok plankton”(Ari Susilowati, dkk 2001:129), serta masih terdapat beberapa jenis satwa liar di area tersebut. Namun sayangnya dengan keadaan biodiversitas lawu yang sangat menakjubkan seperti yang sudah dijelaskan diatas, pengetahuan masyarakat akan hal tersebut amat sangat kurang. “Menurut fenomena empiris atau hasil
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 1
pengamatan gunung Lawu sering terjadi perusakan lingkungan baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari kegiatan manusia” (Wardani 2007:2). Kurangnya pengetahuan tentang biodiversitas lawu merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan gunung Lawu. “Adanya berbagai kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia, serta masih sedikitnya penelitian tentang pendataan kawasan di hutan gunung Lawu maka perlulah dilakukan adanya penelitian tentang keanekaragaman tumbuhan dan hewan lebih lanjut……” (Wardani 2007:3). Maka perlu dibuat sebuah pusat konservasi biodiversitas flora fauna gunung Lawu yang dapat melestarikan, mengembangkan, dan menginformasikan, kepada masyarakat sebagai upaya menjaga keawetan biodiversitas flora fauna Lawu. Pusat Konservasi adalah suatu area yang memiliki fungsi melindungi sistem penyangga kehidupan, mengawetkan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara optimal. Dengan adanya sebuah area pusat konservasi biodiversitas
flora
dan
fauna
gunung
Lawu,
selain
melindungi
keanekaragaman flora fauna gunung Lawu juga dapat mengembangkan, melestarikan, memberi informasi dan pembelajaran, pengetahuan kepada masyarakat mengenai biodiversitas flora fauna gunung Lawu. B. BATASAN MASALAH Permasalahan
yang dibahas pada perancangan Pusat Konservasi
Biodiversitas Flora Fauna Gunung Lawu di Tawangmangu dengan Konsep Hi – Tech dibatasi pada permasalahan desain interiornya. Penekanan pembahasan dan perancangan interior yang dapat memenuhi kebutuhan para pengguna sekaligus pengelolanya. Untuk pembahasannya meliputi. 1. Fasilitas Utama Yang terdiri dari : a. Ruang Pamer
:
Memamerkan
dan
mempublikasikan
tanaman - tanaman hasil riset para peneliti pusat konservasi flora fauna Lawu.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 2
b. Laboratorium
: Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat
riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan yang berkaitan dengan flora fauna Lawu. c.
Audiovisual digunakan
: Ruang Audiovisual adalah ruangan yang untuk
melihat
video
pertumbuhan,
dan
perkembangan flora fauna Lawu. d. Perpustakaan
: Mengkoleksi buku – buku mengenai
konservasi, flora, dan fauna. 2. Fasilitas Pendukung Yang terdiri dari : lobby, resepsionis, area tunggu, loket, animal medical, ruang kantor, dan souvenir.
C. RUMUSAN MASALAH Ditinjau dari latar belakang dan batasan perancangan maka desain interior Pusat Konservasi Biodiversias Flora Fauna Gunung Lawu ditekankan pada: 1. Bagaimana merancang interor sebuah pusat konsrvasi yang dapat mewadahi kegiatan penelitian, pengembangan, dan pelestarian? 2. Bagaimana merancang interior sebuah pusat konservasi yang dapat memberi edukasi, rekreasi, dan konservasi? 3. Bagaimana merancang interior sebuah pusat konservasi yang menerapkan konsep Hi-Tech?
D. TUJUAN DESAIN 1. Menghasilkan rancangan interior sebuah pusat konservasi yang dapat mewadahi kegiatan penelitian, pengembangan, dan pelestarian 2. Menghasilkan rancangan interior pusat konservasi yang dapat memberi edukasi, rekreasi, dan konservasi 3. Mendesain interior sebuah pusat konservasi dengan menerapkan konsep Hi – Tech.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 3
E. MANFAAT Terdapat tiga manfaat dari perancangan dan perencanaan Pusat Konservasi Biodiversitas Flora Fauna Gunung Lawu, yakni antara lain: 1. Bagi Pemerintah a. Manfaat dari perancangan dan perencanaan museum tersebut bagi pemerintah adalah dapat memberi sarana edukasi dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai biodiversitas Flora Fauna gunung Lawu bagi masyarakat. b. Memfasilitasi
masyarakat
dengan
menyediakan
Pusat
Konservasi yang sudah dikelola baik interior maupun struktur organisasinya. 2. Bagi Masyarakat Umum a. Memberikan solusi tempat informasi, edukasi, rekreasi baru dengan memunculkan Pusat Konservasi Biodiversitas Flora Funa Gunung Lawu. b. Sebagai sarana edukasi dan tempat menambah pengetahuan tanpa harus mendaki hingga ketinggian tertentu utuk melihat dan mempelajari biodiversitas Lawu. 3. Bagi Desainer a. Manfaat dari perancangan dan perencanaan Pusat Konservasi tersebut bagi desainer adalah mengenal dan menambah wawasan desain interior terhadap perlakuan ruang bagi beberapa macam flora fauna biodiversitas gunung Lawu b. Mengembangkan daya imajinasi, ide dan gagasan mengenai sistem interior yang berkaitan dengan bangunan jamak, yang edukatif, informatif, dan rekreatif. c. Mengembangkan kreativitas desainer dalam perancangan dan perencanaan interior bangunan, desain furniture, pemanfaatan ruang, dan pengolahan landscape menjadi kesatuan yang estetis dan sesuai fungsinya.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 4
F. METODOLOGI DESAIN Metodologi yang diterapkan pada proyek ini disusun berdasarkan proses mendesain interior seperti yang dikemukakan oleh David K. Ballast (Ballast, K., David, 1992). Proses ini meliputi langkah –langkah sebagai berikut: 1. Programming Pada tahap ini dikembangkan konsep umum dari desain Pusat Konservasi berdasarkan atas tujuan desain yang sudah ditetapkan dan kebutuhan user atau penggunanya. Setelah tujuan desain ditetapkan maka dilakukan langkah-langkah pengumpulan data melalui:
Survey
Survey terhadap obyek-obyek yang terkait dengan fasilitas tentang pelestarian, penelitian, pengembangan atau sejenisnya.
Wawancara
Wawancara atau interview dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung dari para pemangku kepentingan, pengelola, dan pengguna
dari fasilitas
pelestarian atau sejenisnya.
Observasi
Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendapatkan data lapangan terkait fasilitas sejenis yang telah ada termasuk untuk menangkap suasana interior yang terwujud.
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar dengan kamera digital, handycam, dan sketsa pada ruang-ruang yang tidak diperkenankan diabadikan dengan peralatan. 2. Analisa data
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 5
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa untuk disusun programmatic concepts (konsep programming) yang terdiri dari:
Kebutuhan ruang
Besaran ruang
Pola hubungan antar ruang
Organisasi ruang
Zoning
Pengelompokan ruang
3. Metode Desain Konsep desain adalah respon desainer dalam memberikan solusi terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam programming. Respon ini merupakan ekplorasi dan pengembangan imajinasi “ruang” yang sudah berorientasi fisik yang merupakan hasil eksplorasi ide gagasan. Pada proyek Pusat Konservasi ini, pengembangan ide gagasan dilakukan dengan menggunakan pengamatan terhadap film – film yang ber genre science fiction, sebagai media pengembangan ide. Caranya adalah dengan membuat gambar sketsa perspektif 3 dimensi secara manual maupun digital untuk mewujudkan ruang yang diimajinasikan. Dari berbagai alternatif gambar yang dihasilkan baru kemudian dipilih salah satu sebagai keputusan desainnya untuk diajukan kepada pembimbing proyek.
G. SISTEMATIKA PENULISAN Terdapat beberapa tahap dalam sebuah sistematika penyusunan laporan desain, yakni antara lain adalah:
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini uraian proses dalam mengidentifikasi masalah yang akan dicapai akan dicari solusinya yang merujuk pada berbagai sumber pustaka. Bagian ini juga menguraikan kondisi atau potensi sebuah pembahasan dilihat dari degi fisik, ekonomi, sosial, maupun dari lingkunannya yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 6
BAB II KAJIAN LITERATUR Pada bagian ini uraian tentang literature yang memiliki keterkaitan dengan desain. Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir yang menunjukan keterkaitan antar masalah, teori, hasil penelitian yang relevan, dan pilihan tindakan. BAB III KAJIAN LAPANGAN Membahas tentang hasil observasi atau surve lokasi-lokasi yang akan dijadikan site plan dan lokasi yang menjadi acuan desain serta dapat menjadi inspirasi perancangan desain. BAB IV ANALISA DESAIN Pada bagian ini adalah bagian dimana semua langkah-langkah yang sudah disebutkan dalam bab sebelumnya diolah dan dieksekusi sesuai dengan hasil perancangan dan perencanaan desain yang akan dilakukan. BAB V KESIMPULAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa data, evaluasi konsep perancangan dan perencanaan serta keputusan desain dari konsep perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 7