BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia. Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang dan berada pada urutan ke 10 di negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia, kanker serviks menduduki urutan pertama dari 10 kanker terbanyak yang ditemukan di 13 pusat labarotorium patologi anatomi di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbesar di dunia (Kemenkes, 2015). Menurut data Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC), tahun 2012, diperkirakan 528.000 kasus baru kanker serviks. Sebagian besar (sekitar 85%) dari beban global terjadi di daerah yang kurang berkembang, dimana itu menyumbang hampir 12% dari semua kanker wanita. Daerah yang berisiko tinggi, berdasarkan Age Standardized Rate (ASRs) lebih dari 30 per 100.000 populasi, adalah Afrika Timur (42,7), Melanesia (33,3), Afrika Selatan (31,5) dan Afrika Tengah (30,6). Jumlah terendah terdapat di Australia/Selandia Baru (5,5) dan di Asia Barat (4,4). Kanker serviks adalah kanker yang paling umum terjadi pada wanita di Afrika Timur dan Tengah (Globocan, 2012; Ferlay dkk., 2014). Ada sekitar 266.000 kematian akibat kanker serviks di seluruh dunia pada tahun 2012, yang menyumbangkan 7,5% dari semua kematian akibat kanker pada perempuan. Hampir sembilan dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah-daerah yang kurang berkembang. Kematian bervariasi 18 kali lipat antara daerah yang berbeda di dunia. Daerah dengan angka kematian kurang dari 2 per 100.000 di Asia Barat, Eropa Barat dan Australia/Selandia Baru sedangkan negara dengan angka kematian lebih dari 20 per 100.000 adalah Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2) dan Afrika Timur (27,6) (Globocan, 2012).
1
2
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, prevalensi kanker adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk. Prevalensi tertinggi kanker terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar (4,1‰), diikuti Jawa Tengah (2,1‰), Bali (2‰), Bengkulu dan Jakarta masingmasing (1,9‰). Penyakit kanker serviks dan kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013. Prevalensi kanker serviks sebesar 0,8‰ dan prevalensi kanker payudara sebesar 0,5‰. Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi, yaitu sebesar 1,5‰, sedangkan prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat di Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4‰. Berdasarkan estimasi, jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah (Infodatin Kemenkes RI, 2015). Setiap 2 menit ada 1 wanita yang meninggal karena kanker serviks di dunia, sedangkan di Indonesia, setiap 1 jam ada 1 wanita yang meninggal karena kanker ganas ini. Diperkirakan kematian akibat kanker serviks ini akan terus meningkat sebesar 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang jika tidak dilakukan tindakan pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat (Kemenkes, 2015). Survei pendahuluan dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Daerah Istimewa Yogyakarta. Data rekam medis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus kanker serviks setiap tahunnya, baik dari data pasien yang rawat inap maupun rawat jalan. Kanker serviks selalu masuk 3 besar dari 10 besar penyakit kanker yang ada di RSUP Dr. Sardjito. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan pasien kanker serviks yang dirawat jalan sebanyak 4.695 kasus dan rawat inap sebanyak 821 kasus. Pada tahun 2015, jumlah kunjungan kanker serviks menunjukkan peningkatan, yaitu pasien yang dirawat jalan sebanyak 5.957 dan dirawat inap sebanyak 1.098 kasus, sedangkan menurut laporan rekam medis tahun 2016 pada semester pertama dari Januari-Juni jumlah kunjungan pasien yang dirawat jalan sebanyak 2.965 dan dirawat inap sebanyak 647 kasus.
3
Kanker serviks umumnya banyak terjadi pada wanita dengan usia produktif (20-45 tahun). Namun, tidak menutup kemungkinan kanker serviks juga dapat menyerang wanita dengan usia yang lebih muda. Di negara berkembang kejadian kanker serviks mulai meningkat pada wanita dengan usia 20-29 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 55-64 tahun, dan terjadi penurunan pada usia 65 tahun (Sankaranarayanan dkk., 2002). Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor sosio demografi yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor aktivitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seksual, pasangan seksual yang berganti-ganti, pasangan seksual yang tidak disirkumsisi, paritas, kurang menjaga kebersihan genital, merokok, riwayat penyakit kelamin, riwayat keluarga penderita kanker serviks, trauma kronis pada serviks, penggunaan pembalut dan pantyliner, dietilstilbestrol (DES) serta penggunaan kontrasepsi oral. Adapun faktor-faktor tersebut ada yang bisa dimodifikasi dan faktor yang tidak bisa dimodifikasi (Kemenkes, 2015; CDPH, 2013). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di antaranya adalah penelitian Farrera (2000) yang menunjukkan bahwa wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari 1 dan paritas yang tinggi memiliki faktor risiko terkena kanker serviks di Honduras. Hasil penelitian Kapeu (2008) menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko independen untuk kanker/squamosa cell cancer pada wanita yang terinfeksi HPV onkogenik di Finland. Penelitian Louie (2009) menunjukkan bahwa usia dini saat berhubungan seksual pertama kali dan kehamilan pertama meningkatkan risiko kanker serviks di negara berkembang. Penelitian yang dilakukan Tira (2008) dan Syatriani (2011) di Makassar menunjukkan bahwa jumlah perkawinan, riwayat abortus, pemakaian alat kontrasepsi hormonal, penggunaan pembalut, sabun pH > 4, status sosial ekonomi dan pasangan pria yang tidak disirkumsisi merupakan faktor risiko kejadian kanker serviks. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mempertimbangkan perlunya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di RSUP Dr. Sardjito Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Faktor-faktor yang
4
diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dimana dengan mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan kejadian kanker serviks diharapkan dapat menurukan prevalensi kanker serviks. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di RSUP Dr. Sardjito Daerah Istimewa Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di RSUP Dr. Sardjito Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi faktor usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan, paritas, penggunaan pembalut, sirkumsisi, penggunaan kontrasepsi, dan merokok, dengan kejadian kanker serviks di RSUP Dr. Sardjito Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Mengetahui hubungan dan besar risiko antara usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan, paritas, penggunaan pembalut, sirkumsisi, penggunaan kontrasepsi, dan merokok, dengan kejadian kanker serviks di RSUP Dr. Sardjito Daerah Istimewa Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti a. Sebagai media untuk menambah cakrawala berpikir peneliti dalam ilmu kesehatan masyarakat serta menambah keterampilan dalam melakukan penelitian. b. Pembuktian secara ilmiah tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks.
5
2. Bagi institusi terkait Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan atau informasi bagi pengambil kebijakan dalam hal merumuskan suatu kebijakan dan pengembangan program dalam upaya pencegahan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kejadian kanker serviks pada wanita serta penanggulangan komplikasinya. 3. Bagi masyarakat Bagi wanita agar lebih meningkatkan kesadaran dalam mencegah terinfeksi virus Human Papilloma (HPV) sebagai penyebab kanker serviks. 4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan, masukan, informasi dan kepustakaan bukti ilmiah bagi pengembangan ilmu/penelitian di bidang kesehatan reproduksi khususnya terkait dengan kejadian kanker serviks. E. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan kanker serviks. Berdasarkan penelusuran kepustakaan, penulis mendapatkan beberapa penelitian yang hampir sama dilakukan antara lain: 1. Bowyer (2014) di London melakukan penelitian dengan judul Association between Human Papilloma virus vaccine status and other cervical cancer risk factors. Penelitian tersebut menggunakan disain kohort dengan responden adalah remaja putri (15-16 tahun) yang dilakukan di 13 sekolah yang ada di London. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada variabel independen yang diteliti yaitu usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan, paritas, pembalut, sirkumsisi, penggunaan kontrasepsi, disain penelitian case control study, dan subjek penelitian adalah wanita usia 25-75 tahun. 2. Basu (2014) di Maldives melakukan penelitian dengan judul knowledge, attitude and practices of women in Maldives related to the risk factors, prevention an early detection of cervical cancer. Penelitian tersebut
6
menggunakan metode survei yang dilakukan pada perempuan berusia 20-50 tahun di tiga wilayah Maladewa. Variabel pada penelitian tersebut adalah, usia dini saat menikah dan melahirkan, melakukan pernikahan lebih dari satu kali dan jumlah paritas yang tinggi yang merupakan faktor risiko dari kejadian kanker serviks. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek penelitian wanita usia 25-75 tahun, menggunakan disain case control study, dan variabel independen lain yaitu, penggunaan pembalut, sirkumsisi, penggunaan kontrasepsi dan merokok. 3. Najmah (2012) melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan judul faktor-faktor risiko kanker serviks di bagian obsgyn RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan variabel dependenya adalah umur pasien saat pertama kali terdeteksi kanker serviks, sedangkan varibel independenya adalah jumlah anak, jumlah pasangan seksual, umur pertama menikah, riwayat kanker sebelumnya, riwayat penggunaan pil KB dan riwayat infeksi menular seksual. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada variabel dependenya yaitu kejadian kanker serviks, dan variabel independen, seperti penggunaan pembalut, sirkumsisi, penggunaan kontrasepsi dan merokok. Untuk disain penelitian adalah case control study. 4. Umri (2014) melakukan penelitian di Medan dengan judul hubungan usia pertama kali melakukan hubungan seksual dengan kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah disain penelitian case control
dengan
matching umur dan variabel independen penggunaan kontrasepsi, paritas dan merokok sedangkan perbedaanya pada variabel independen lain yaitu, jumlah pasangan, penggunaan pembalut, dan sirkumsisi. 5. Merrill (2005) melakukan penelitian dengan judul cancer risk associated with early and late maternal age at first birth. Penelitian ini menggunakan disain literatur sistematis review. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa usia yang lebih tua pada saat melahirkan pertama kali meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker otak tetapi mengurangi risiko kanker serviks dan
7
endometrium. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah pada variabel independen yaitu, jumlah pasangan, paritas, penggunaan pembalut, sirkumsisi, penggunaan kontrasepsi dan merokok, disain case control study. 6. Chelimo (2012) di New Zealand melakukan penelitian dengan judul risk factors for and prevention of Human Papilloma viruses (HPV), genital warts and cervical cancer. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel independen laki-laki yang tidak disirkumsisi, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel independen lainnya yaitu, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan, paritas, penggunaan pembalut, penggunaan kontrasepsi, dan disain penelitian case control study. 7. Zarchi (2010) melakukan penelitian di Yazd-Iran dengan judul evaluation of cervical cancer risk-factors in women referred to Yazd-Iran hospital from 2002 to 2009. Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi faktor-faktor risiko kanker serviks seperti data demografi usia, usia saat menikah, jumlah perkawinan dan pasangan, usia di kehamilan pertama, frekuensi kehamilan dan jumlah persalinan (paritas), merokok dan status pap smear. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah disain yang digunakan case control study, da variabel independen lain yaitu, penggunaan pembalut, sirkumsisi dan penggunaan kontrasepsi. 8. Syatriani (2011) melakukan penelitian dengan judul faktor risiko kanker serviks di Rumah Sakit umum pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan disain case control dengan variabel indepennya adalah hygiene perorangan (penggunaan sabun dan penggunaan pembalut), status ekonomi dan pasangan pria tidak disirkumsisi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada bebrerapa variabel independen yaitu usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan, paritas, penggunaan kontrasepsi dan merokok.
8
Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan adalah pada waktu, tempat penelitian, variabel independen penelitian, variabel dependen dan metode penelitian. Peneliti akan meneliti hubungan dan besar risiko antara variabel independen (usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan, paritas, penggunaan pembalut, penggunaan kontrasepsi (pil, suntik, implan dan IUD) dan merokok terhadap variabel dependen (kejadian kanker serviks) di RSUP Dr. Sardjito Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan disain penelitian case control.